
PAREPARE (Hidayatullah.or.id) — Ketika membaca di Balikpapan kisah tentang kandang sapi yang diubah menjadi sarana ibadah yang viral itu, saya merasa biasa saja. Tapi begitu sampai di Pangkep, saya baru merasakan hal yang luar biasa.
Bayangkan! Sampai di kampus perintisan tersebut, saya langsung didorong jadi khatib Jumat. Hati saya membatin, adakah orang shalat Jumat di masjid kandang sapi ini. Tapi ternyata, Alhamdulillah, ada jamaah; 2 shaff bapak-bapak, dan 1 shaff ibu-ibu.
“Jadilah saya mahasiswa STIS pertama yang khutbah di kandang sapi,” kata Samsul Bahri dikala didaulat naik mimbar di hadapan jamaah masjid Kampus Pondok Pesantren Hidayatullah Parepare, Rabu (10/7/2019) selepas Maghrib.
Samsul adalah satu dari belasan mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Hidayatullah Balikpapan yang sedang melakukan amanah dakwah atau Praktik Kerja Dakwah (PKD) atau umumnya disebut KKN, selama sebulan di Kabupaten Pangkep. Kawan lainnya disebar di berbagai daerah lain di Sulawesi Selatan.
Ditambahkan Samsul Bahri, ia dengan setengah berseloroh memohon agar Ketua DPD Hidayatullah Pangkep segera “diuruskan” jodohnya.
“Kasian, ustadz. Saya membayangkan beratnya berjuang kalau sendiri. Tolong Ustsdz Karding itu diuruskan segera,” katanya sambil orang yang dimaksud seraya menutup laporan.
Samsul, demikian ia disapa, akan mengakhiri pengabdiannya dan segera kembali ke Kampus Induk Hidayatullah Gunung Tembak, Balikpapan, Kalimantan Timur. Ia dan yang lain berkumpul di Kampus Hidayatullah Parepare untuk selanjutnya berlayar ke Balikpapan.
Laporan Perjalanan
Kampus Madya Hidayatullah Parepare yang menjadi titik kumpul rombongan tersebut tidak menyiakan kesempatan. Apalagi pada malam hari itu juga ada Ketua DPW Hidayatullah Sulawesi Selatan, Drs Mardhatillah.
“Ini kesempatan langka. Banyak mahasiswa STIS kumpul di Parepare. Kesempatan maghrib-isya ini, saya ingin mendengar laporan dari berbagai daerah tempat PKD,” sambut ustadz Mardhatillah selepas maghrib di atas mimbar.
“Saya ini ketua DPW. Adek-adek ini bertugas di wilayah kekuasaan saya. Makanya saya mau dengar laporan. Minimal kesan dan pesannya,” kata anggota Badan Pembina Yayasan Hidayatullah Parepare tersebut menambahkan.
Bisa jadi, lanjut dia, laporan yang saya dapat petugas di lapangan berbeda dengan laporan antum. “Makanya, saya mau dengar. Tolong ustadz Aziz atur mereka bergantian,” tutup perintis Pondok Pesantren Hidayatullah Maluku ini sambil menyerahkan waktu ke pengarah acara.
Dimoderatori langsung oleh alumni STIS Hidayatullah Abdul Aziz, secara bergantian mahasiswa peserta Praktik Kerja Dakwah (PKD) STIS Hidayatullah tersebut tampil di mimbar. Mulai dari perwakilan Belopa, kemudian Pangkep, dan ditutup oleh mahasiswa asal Seko, Luwu Utara yang mendapat amanah liburan 2 tahunan.
“Kita lanjutkan besok malam, insya Allah, sambil menunggu daerah lain merapat di Parepare,” tutup moderator. (ybh/hio)
Related Posts
Geliat Layanan Dakwah dan Pendidikan Hidayatullah Tulungagung
Amil Tugas Mulia, Teguhkan dengan Ibadah dan Akhlak Islam
Orang Muslim tak Ngangggur karena Sibuk Mengurus Islam
Sumur Bor dan Qurban untuk Warga Kampung Tanah Merah Bintan
Training Parenting Mushida Sulsel Perkuat Wawasan Berumah Tangga
Posdai Berencana Bangun Kampung Mualaf untuk Suku Toghutil
Bangsa ini Punya Harapan Bila Anak Mudanya Rajin ke Masjid
Inilah 4 Hal yang Harus Selalu Ditingkatkan oleh para Guru
Halaqah Gabungan Hidayatullah Sumatera Selatan dan Jambi
Kapolda Maluku Utara Beri Sembako untuk Santri Hidayatullah