
BOJONEGORO (Hidayatullah.or.id) — Masjid adalah bangunan sentral di Pondok Pesantren Putri Hidayatullah Bojonegoro, Jawa Timur. Selain untuk shalat lima waktu, di masjid itu para santri membaca dan menghafal al-Qur`an serta menerima tausyiah dari para ustadz.
Begitu penting masjid itu, sayangnya keadaannya sangat memprihatinkan. Tiang dan atapnya terbuat dari seng galvalum
Berada di lantai dua, keempat sisinya belum ada dindingnya sama sekali. Akibatnya, jika musim hujan seperti sekarang ini, air hujan leluasa menyerbu ke dalam. Belum lagi gangguan angin, yang bertiup kencang.
Sudah tentu itu semua mengganggu kekhusyukan ibadah shalat dan kegiatan santri lainnya.
Abdullah Ridho pimpinan Hidayatullah Bojonegoro mengakui, masjidnya memang masih darurat. “Karena tidak ada tempat lain, walaupun darurat tetap kita pakai,” kata Ridho.
Masjid dibangun mulai 2 tahun lalu. Rencanya akan terdiri dari 2 lantai. Sementara ini, lantai bawah masih dipakai untuk asrama santri. Keadaannya juga darurat, dengan dinding-dinding dari triplek.
Letak masjid dan pesantren itu hanya beberapa ratus meter dari lokalisasi terkenal di Bojonegoro yaitu Kalisari. Tepatnya di pinggir jalan Kalisari, Banjasari, Kecamatan Trucuh.
Lokalisasi itu sebenarnya sudah ditutup pemerintah beberapa tahun lalu. Tapi masih ada saja yang buka “praktek” tiap hari.
Hidayatullah, kata Ridho, awalnya merasa gamang saat hendak mendirikan pesantren di dekat daerah lokalisasi. “Khawatir ada pengaruh buruk kepada para santri,” kata Ridho.
Ridho kemudian berkonsultasi ke ulama dan tokoh masyarakat. Alhamdulillah, mereka semua menguatkan niat baik itu. “Bismillah, akhirnya kita kuatkan niat membangun pesantren di situ,” katanya.
Kini, selain masjid, di atas areal tanah 5 ribu meter persegi itu sudah berdiri gedung dua lantai sebagai ruang kelas untuk belajar.
Digunakan sejak dua tahun lalu, kini sudah ada sekitar 100 santri. Berasal dari Bojonegoro dan daerah lain di Jawa Timur. Ada juga dari daerah di Jawa Tengah, Aceh, Papua, Kalbar, Kaltim dan Sumsel.
Kelak Ridho berharap, jika orang mendengar nama Kalisari, yang diingat bukan lagi daerah lokalisasi. “Namun yang terpatri dalam ingatan orang adalah pondok pesantren,” ujar Ridho lagi. Untuk mewujudkan niat mulia Ridho itu, tentu butuh bantuan kita semua.*/Bambang
Related Posts
Tumbuhkan Motivasi Diri Muslim untuk Menjadi Muallimul Qur’an
Umat Islam Perlu Terus Selalu Menjaga Dua Kultur Kebaikan
Beginilah Ulama Berdagang
Pasca Banjir Jabodetabek, IMS Beri Layanan Kesehatan Gratis
Depdik Hidayatullah Jawa Timur Siapkan Diri Hadapi Era 4.0
DPD Hidayatullah Way Kanan Menggelar Rapat Kerja
Pemuda Hidayatullah Teguhkan Gerakan Cerdaskan Kehidupan Bangsa Melalui LTC dan LPQ
Tutup TOT Nasional, Waketum DMI Komjen (Purn) Syafruddin Menitip Pesan untuk Pemuda
UNH: Cerdaskan Umat dengan Gerakan Dakwah Al Quran
Meluaskan Dakwah dengan Majelis Quran Berbagai Lapisan