MANUSIA, karena kebodohan dan pikiran dangkal, atau tumpukan dosa dan propaganda jahat, acapkali membenci apa yang sebetulnya baik baginya. Ada banyak kisah yang bisa kita ceritakan, dari zaman terkini sampai terkuno.
Banyak santri yang masuk pesantren dengan setengah dipaksa orangtuanya. Pada awal tahun ajaran baru, hampir setiap hari mereka menangis, dengan berbagai alasan. Setiap kali hari kunjungan orangtua tiba, mereka hanya punya satu permintaan: โpindah!โ.
Tapi, setelah hari-hari yang penuh keluhan itu mereka lalui, dengan segala lika-liku dan perjuangan semua pihak, mereka pun bertahan di Pesantren sampai enam tahun, mulai SMP sampai SMA.
Sebagian malah ingin tetap di Pesantren saja, meski belum ada Perguruan Tinggi tempat mereka belajar. Ada juga yang kemudian menikah dan secara sukarela memilih untuk mengabdikan diri di tempat yang dulu mereka benci itu.
Saya bertanya kepada anak-anak itu, โKenapa dulu menangis dan tidak mau di Pesantren?โ Mereka hanya tertawa, tersipu-sipu malu. Ya, menertawakan dan malu pada kepicikan dirinya sendiri, tapi sekaligus bersyukur ada orang-orang yang sangat peduli pada kebaikan mereka dan dengan teguh mempertahankan cita-cita itu, meski mereka tidak paham bahkan sangat jengkel.
Begitulah mestinya keteguhan para dai, guru, dan orangtua; seteguh para Rasul dalam meyakinkan kaumnya. Sungguh, kebanyakan anak-anak dan umat tidak mengerti apa yang mestinya baik bagi mereka, sehingga memusuhi para penyerunya dengan sengit.
Tidakkah kita mengingat Umar bin Khatthab dan permusuhannya kepada Islam? Bagaimana dengan Khalid bin Walid, pemimpin pasukan berkuda Quraisy yang menghancurkan barisan para Sahabat dalam Perang Uhud? Lihatlah Amr bin Ash yang dengan segala cara merayu Najasyi agar mengusir Jaโfar bin Abi Thalib dan para Sahabat yang berhijrah ke Habasyah!
Tapi, itu sebelum mereka mengenal kebaikan Islam. Setelah hatinya terbuka, tiba-tiba mereka menjadi bagian dari para pembela Islam yang paling mengesankan dalam sejarah. Umar bin Khatthab, jangan tanya lagi apa prestasinya, terlalu banyak untuk diceritakan. Khalid bin Walid, panglima yang melalui kepemimpinannya Allah memulai penjungkiran Kekaisaran Persia. Amr bin Ash, melaluinya garnisun-garnisun Romawi di Mesir dan Alexandria dihancurkan, dan tidak pernah tegak kembali.
Begitulah, terkadang diperlukan upaya ekstra untuk membuat manusia dapat mencicipi kebaikan Islam. Mereka mungkin akan melawan, marah, memusuhi, benci, dan kitalah yang harus bersabar. Mereka hanya tidak mengerti.
Rasulullah shallallahu โalaihi wasallam bersabda:
ุนูุฌูุจู ุงูููููู ู ููู ููููู ู ููุฏูุฎูููููู ุงูุฌููููุฉู ููู ุงูุณููููุงุณููู
Artinya: โAllah merasa takjub kepada orang-orang yang masuk surga dalam (keadaan terbelenggu oleh) rantai-rantai.โ (Riwayat Bukhari, dari Abu Hurairah).
ุนูุฌูุจู ุฑูุจููููุง ุนูุฒูู ููุฌูููู ู ููู ููููู ู ููููุงุฏูููู ุฅูููู ุงููุฌููููุฉู ููู ุงูุณููููุงุณููู
Artinya: โTuhan kita merasa takjub terhadap kaum yang digiring ke surga dalam (keadaan terbelenggu oleh) rantai-rantai.โ (Riwayat Ahmad dan Abu Dawud, dari Abu Hurairah).
ุงูุณูุชูุถูุญููู ุงููููุจูููู ุตููููู ุงูููู ุนููููููู ููุณููููู ู ุซูู ูู ููุงูู : ุนูุฌูุจูุชู ููุฃูููููุงู ู ููุณูุงููููู ุฅูููู ุงููุฌููููุฉู ููู ุงูุณููููุงุณููู ููููู ู ููุงุฑูููููู
Artinya: Nabi tertawa, lalu ditanyakan, โApa yang membuat Anda tertawa?โ Beliau menjawab, โSaya merasa takjub kepada kaum-kaum yang digiring ke surga dalam (keadaan terbelenggu oleh) rantai-rantai, padahal sebenarnya mereka sangat tidak mau.โ (Riwayat Thabrani dalam al-Kabir, dari Abu Umamah).
ุถูุญููู ุฑูุณููููู ุงูููู ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู ุซูู ูู ููุงูู : ุฃูููุง ุชูุณูุฃูููููููู ู ูู ูู ุถูุญูููุชูุ ููุงููููุง : ููุง ุฑูุณููููู ุงูููู ู ูู ูู ุถูุญูููุชูุ ููุงูู : ุฑูุฃูููุชู ููุงุณูุง ููุณูุงูููููู ุฅูููู ุงูุฌููููุฉู ููู ุงูุณููููุงุณููู . ููุงููููุง : ููุง ุฑูุณููููู ุงูููู ู ููู ููู ูุ ููุงูู : ููููู ู ู ููู ุงููุนูุฌูู ู ููุณูุจูููููู ู ุงููู ูููุงุฌูุฑููููู ููููุฏูุฎูููููููููู ู ููู ุงููุฅูุณูููุงู ู
Artinya: Rasulullah shallallahu โalaihi wasallam tertawa kemudian bersabda: โTidakkah kalian bertanya kepadaku mengapa aku tertawa?โ Para Sahabat bertanya: โWahai Rasulullah, mengapa Anda tertawa?โ Beliau menjawab: โAku melihat sekelompok orang yang digiring ke surga dalam (keadaan terbelenggu oleh) rantai-rantai.โ Para Sahabat bertanya lagi: โWahai Rasulullah, siapakah mereka?โ Beliau menjawab: โMereka adalah orang-orang non-Arab yang ditawan kaum Muhajirin (dalam peperangan), lalu dibuat masuk Islam.โโ (Riwayat Thabrani, dari Abu Thufail).
Siapkah Anda membawakan Islam kepada orang-orang yang tidak tidak mengerti itu dan bersabar menggiring mereka ke surga, meski mereka tidak mau dan sangat keberatan?
Allah berfirman, โHai orang yang berselimut! Bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan Tuhanmu agungkanlah! Dan pakaianmu bersihkanlah! Dan perbuatan dosa tinggalkanlah! Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak! Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah!โ (QS. Al-Muddatstsir: 1-7).
Wallahu aโlam.
______________
ALIMIN MUKHTAR, penulis adalah alumni STAIL Hidayatullah Surabaya dan saat ini pengasuh di Pondok Pesantren Hidayatullah Malang, Jawa Timur.
Related Posts
“Pemuda Tidak Bergerak Percepat Saja Umurnya Jadi 75 Tahun”
Warga Hidayatullah Harus Berupaya Menjadi Figur Al Amin
Hidayatullah Manokwari Terima Amanah Wakaf Mobil untuk Operasional Dakwah
Kembali dan Terus Membaca untuk Dakwah Penuh Kasih
Tahlilan dan Maulidan sebagai Wasilah Menebar Kebaikan
Ulama Mangkat, Bencana Meningkat, Bagaimana Membacanya?
Logika Ilahiyah, Kiat dari Ustadz Khairil Bais dalam Menyikapi Setiap Problema
Ketika Suami Mengeluh Istrinya Selalu Terlambat Shalat Subuh
Potensi 1,6 Milyar Muslim Dunia
Menomorsatukan Allah untuk Menggapai Kebahagiaan dan Ketenangan Hakiki