RAKHINE (Hidayatullah.or.id) – Topan dahsyat Mocha pada hari Ahad (14/5/2023) menewaskan 150 warga Rohingya di negara bagian Rakhine, Myanmar barat, menurut sejumlah sumber Rohingya.
“Saya mendapat informasi dari kerabat saya di daerah bahwa hanya di dua desa di Sittwe (ibu kota Rakhine) sejauh ini 150 orang Rohingya telah tewas akibat Topan Mocha,” kata Mojib Ullah, seorang pemimpin Rohingya, kepada Anadolu melalui telepon pada hari Selasa, 26 Syawal 1444 (16/5/2023).
Jumlah korban tewas dikhawatirkan meningkat karena lebih banyak informasi dikumpulkan dari daerah-daerah lain yang dilanda topan di Rakhine, kata Ullah, yang merupakan direktur Komite Warisan Islam & Budaya Persatuan Rohingya Arakan (Rakhine).
Topan super, yang dikategorikan sebagai badai teratas oleh Amerika Serikat (AS), menghantam pelabuhan maritim tenggara Bangladesh di Cox’s Bazar dan negara bagian Rakhine Myanmar pada hari Ahad.
Ullah mengatakan topan itu merusak kamp-kamp pengungsi internal di Sittwe di mana hampir 140.000 Muhajirin Rohingya tinggal.
“Saya khawatir banyak yang mungkin tewas di kamp-kamp itu,” kata pemimpin Rohingya itu, seraya menambahkan bahwa akan membutuhkan lebih banyak waktu untuk mendapatkan jumlah lengkap korban.
Seorang warga Rohingya dari Sittwe, yang namanya tidak diungkapkan demi keselamatannya, mengklaim bahwa lebih dari 100 warga Rohingya telah tewas akibat topan dahsyat yang dia saksikan.
Penyintas Topan Mocha, begitu dia menyebut dirinya, mengungkapkan kekesalannya atas pemberitaan media yang menyebutkan warga yang tewas hanya enam orang di Myanmar.
“Bagaimana (bisa) media internasional mengonfirmasikan bahwa Mocha hanya menewaskan enam atau beberapa orang di Myanmar? Orang yang kami cintai tidak lagi bersama kami dan itu bukan lelucon. Realitaslah yang seharusnya menjadi sumber informasi,” ungkap warga Rohingya itu dalam pernyataan tertulis.
Dia menambahkan: “Saya bahkan belum bisa memastikan jumlah kematian yang sebenarnya. Saat ini lebih dari seratus mayat dari komunitas Rohingya saja di Sittwe ditemukan dan saya adalah saksi mata. Masih banyak anak-anak dan orang tua yang hilang.”
Dia menggarisbawahi ketidakberdayaan Muhajirin Rohingya yang menjadi korban topan di Myanmar. Ia juga menambahkan bahwa beberapa jembatan di titik masuk ke kamp pengungsi internal Rohingya hancur akibat topan.
“Belum ada pejabat yang mengunjungi kami atau sinyal seluler apa pun tersedia hingga Senin malam,” tambahnya.
Sejauh ini pemerintah Myanmar belum merilis konfirmasi resmi mengenai korban Muhajirin Rohingya di Sittwe. (Md Kamruzzaman | Anadolu Agency via SA)