JAKARTA (Hidayatullah.or.id) — Aksi Bela Palestina yang digelar Aliansi Rakyat Indonesia Bela Palestina di kawasan Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat, Ahad lalu, menegaskan kembali sikap Indonesia anti penjajahan yang tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Hal itu sebagaimana diamanatkan oleh konstitusi negara Indonesia seperti tercantum dalam Naskah Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Naskah Pembukaan UUD 1945 itu dibacakan oleh Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah Dr. H. Nashirul Haq, Lc, MA di hadapan jutaan massa yang menghadiri aksi damai itu, Ahad, 21 Rabi’ul Akhir 1445 (5/11/2023).
Pembukaan UUD 1945 ini merupakan bagian pendahuluan dari UUD 1945 yang berupa teks empat alinea yang mempunyai makna yang berbeda-beda, yaitu, pada Alinea I bermakna bahwa bangsa Indonesia anti penjajahan, karena penjajahan tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Kemudian, bangsa Indonesia juga mengakui bahwa setiap bangsa berhak untuk merdeka. oleh karena itu bangsa Indonesia mendukung perjuangan kemerdekaan bangsa-bangsa di dunia.
Alinea II menggambarkan cita-cita luhur bangsa Indonesia yaitu ingin mewujudkan negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Alinea III berisi pernyataan kemerdekaan Indonesia, dan juga pengakuan bangsa Indonesia bahwa kemerdekaan yang dicapai adalah berkat rahmat Tuhan dan bukan semata-mata hasil perjuangan bangsa Indonesia sendiri.
Alinea IV memuat tujuan dibentuknya pemerintahan dan negara Republik Indonesia, serta memuat dasar negara Pancasila.
Berikut isi lengkap Pembukaan UUD 1945 dibacakan Dr. H. Nashirul Haq, Lc, MA di hadapan peserta aksi yang juga dihadiri oleh tokoh dan pimpinan ormas Islam dan lintas agama tersebut:
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Pembukaan
Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pada kesempatan tersebut, para tokoh lintas agama juga menyampaikan enam tuntutan sebagai bentuk perlawanan terhadap Israel dan dukungan untuk Palestina.
Tokoh-tokoh yang mewakili membacakan 6 tuntutan tersebut yaitu Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Sudarnoto Abdul Hakim, Perwakilan Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI) Jimmy Sormin, dan Ketua Umum Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi) Philip Kuntjoro Widjaja. Ada juga mantan Ketua Umum Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia Chandra Setiawan dan Akademisi Muhammad Cholil Nafis.
Keenam tuntutan tersebut secara ringkas yaitu meminta dihentikannya perang dan adili zionis Israel, menuntut dibatalkannya hubungan diplomatik dengan Israel dan boikot semua produk Israel, menuntut dihapuskannya hak veto yang ada di PBB, meminta konsistensi dukungan pemerintah bela Palestina, dan ucapan terima kasih untuk pendukung Palestina serta mengajak seluruh umat beragama mendoakan Palestina.
Tokoh yang hadir diantaranya Mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Ketua Prakarsa Persahabatan Indonesia-Palestina Din Syamsudin, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Ketua DPR Puan Maharani, calon presiden 2024 Anies Baswedan, dan pimpinan ormas ormas Islam dan lintas agama tingkat nasional. (ybh/hidayatullah.or.id)