JAKARTA (Hidayatullah.or.id) — Sekretaris Pembina Kampus Induk Pondok Pesantren Hidayatullah Gunung Tembak, Balikpapan, Ust. H. Latief Usman, mengenang satu dari lima tokoh pendiri Hidayatullah, almarhum KH. Muhammad Hasyim Harjo Suprapto atau Hasyim HS, sebagai seorang teladan dalam banyak hal khususnya dalam kedisiplinan ibadah.
“Semangat beliau dalam ibadah itu luar biasa. Ini yang harus menjadi teladan bagi kita dan semua generasi pelanjut,” kata Ust. H. Latief Usman saat menghadiri undangan Diskusi Kamisan Seri-36 bertajuk “In Memoriam KH. Hasyim HS” gelaran DPW – DMW Hidayatullah DKI Jakarta, Kamis, 15 Dzulqa’dah 1445 (23/5/2024).
Menurut Ust. H. Latief Usman, sosok, kiprah, karya, dan warisan pikiran almarhum KH. Hasyim HS mengajarkan banyak hal tentang betapa mendasarnya kemantapan keyakinan akan kekuasaan Allah SWT sebagai tujuan hidup.
KH. Hasyim HS yang juga Ketua Majelis Penasehat Hidayatullah ini meninggal dunia di kediamannya Villa Mubarak, Kampus Induk Pondok Pesantren Hidayatullah Gunung Tembak, Kelurahan Teritip, Kecamatan Balikpapan Timur, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, Selasa, 13 Dzulqaidah 1445 H (21/5/2024).
“Beliau mengajarkan untuk selalu memiliki kekuatan mental dan kesabaran yang tinggi agar kita hanya menggantungkan segala tujuan hanya kepada Allah,” katanya.
Ust. H. Latief Usman lantas mengutip salah satu zikir rutin dalam lembar At Tawajjuhat yang sudah menjadi kultur di Hidayatullah. Zikir ini, ditegaskan beliau, hendaknya menjadi satu nilai yang terejawantah dalam diri setiap kader.
“Jangan sampai ada satupun urusan kita yang lepas dari pengharapan akan bantuan Allah Subhanahu wa Ta’ala walaupun sekejap mata,” katanya seraya melafaskan zikir tuntunan Nabi tersebut sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnus Sunniy dan dishahihkan al-Hakim tersebut:
يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ، وَأَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ وَلاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ
(Yaa hayyu yaa qayyuum bi rahmatika astaghiitsu ashlih liy sya’niy kullahu wa laa takilniy ilaa nafsiy tharfata ‘ain)
“Wahai Tuhan yang Maha Hidup; wahai Tuhan yang Maha Mengurusi segala sesuatu; aku mohon pertolongan kepada-Mu, dengan kasih sayang-Mu. Perbaikilah segala urusanku dan jangan serahkan aku kepada diriku sendiri walau sekejap mata pun”
Menurut Ust. H. Latief Usman, berbagai pencapaian yang kini telah berhasil diraih oleh Hidayatullah dalam berbagai bidang adalah merupakan buah dari bantuan, pertolongan, dan keberkahan dari Allah SWT. Terutama lewat doa dan keteladanan yang telah diwariskan para pendiri.
“Jangan satupun urusan kita lepas dari permohonan bantuan kepada Allah, walaupun sekejap mata. Tharfata ‘ain!.” tegasnya menandaskan.
Sosok Murabbi dan Ilmuan
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Bidang Pembinaan dan Pengembangan Organisasi (PPO) Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah Ust. Asih Subagyo juga didapuk memberikan pengantar.
Kondisi kesehatannya yang berat tak memungkinkan dia hadir secara langsung pada pemakaman almarhum di Balikpapan. Kendati demikian, Asih Subagyo yang mengikuti rangkaian prosesi tersebut melalui siaran live streaming tak bisa menyembunyikan rasa kehilanggannya terhadap sosok kharismatik tersebut.
Bagi Asih, almarhum KH. Hasyim HS adalah sosok teladan yang dalam dirinya mengkombinasikan figur yang memiliki ilmu yang tinggi dan guru yang penyabar sekaligus.
“Orangnya pendiam tapi ilmunya luar biasa. Orang yang deket dengan beliau pasti bisa merasakan kedalaman ilmunya,” kata Asih.
Meskipun tak memiliki interaksi yang intensif sebagaimana kader kader dari Gunung Tembak, Asih mengatakan kedekatan langsung ia rasakan dikala ia bertemu kali pertama dengan almarhum di tahun 1994 di Yogyakarta.
“Saat itu saya masih mahasiswa. Beliau datang ke Yogyakarta mendampingi Ustadz Abdullah Said,” kata Asih, mengenang pertemuan kali pertama di asrama mahasiswa yang ia tempati kala itu di bilangan Sagan, Sleman.
Saat diamanahi menjadi pengurus DPP Hidayatullah, pertemuan Asih dengan almarhum sudah semakin sering terjalin, terutama pada momen gelaran acara musyawarah organisasi atau pada pertemuan kultural tingkat nasional.
Ada pesan almarhum KH. Hasyim HS yang diingat betul Asih Subagyo. Tepatnya dua tahun lalu ketika KH. Hasyim HS membesuk dia di kediamannya di Depok.
Asih menceritakan, saat itu KH. Hasyim HS berpesan kepadanya: “Pak Bagyo, jaga kesehatan, karena perjuangan ini masih panjang”.
Di kesempatan lain, giliran Asih yang melakukan kunjungan balasan dan menjenguk KH. Hasyim HS di Balikpapan.
Saat itu kondisi kesehatan KH. Hasyim HS sudah agak menurun dan sudah harus menggunakan kursi roda dan sesekali harus dipapah menggunakan alat bantu tongkat.
Ketika membesuk balik itu, Ibu Rosmala, istri tercinta almarhum, dengan setengah berbisik menyampaikan ke Asih agar tidak bercerita masa lalu sebab KH. Hasyim HS selalu menangis jika memori perjuangan tak terlupakan itu terlintas.
Asih pun membuka obrolan dengan materi materi ringan yang ditimpali dengan senyum khas KH. Hasyim HS yang duduk di kursi roda sambil memegang tongkat.
KH. Hasyim HS pun tertawa lebar dikala Asih yang berguyon bertanya bagaimana sih ceritanya Ustadz Hasyim mau dengan Ibu Rosmala.
Bagi Asih, almarhum KH. Hasyim HS adalah sosok pendidik yang telah berhasil menancapkan basis utama gerakan dan menorehkan karya monumental.
“Beliau murabbi sejati yang luar biasa yang telah melahirkan banyak pribadi murid murid yang luar biasa,” imbuh Asih.
Maka tantangan berikutnya adalah milik generasi pelanjut yang akan melanjutkan estafeta perjuangan ini. Menurut Asih, kita harus menunjukkan kematian seorang pendiri bukan berarti juga kematian bagi apa yang telah dimulainya. Justru sebaliknya, ia menjadi titik awal bagi keberlanjutan perjalanan organisasi.
“Hal ini juga berlaku bagi Hidayatullah, sebuah organisasi dan gerakan Islam yang lahir dari semangat dan visi para pendirinya,” kata Asih.
Asih menegaskan, meskipun kepergian para pendiri merupakan kehilangan yang besar, namun itu bukanlah akhir dari perjuangan yang telah dimulai. Sebaliknya, hal itu menjadi bagian dari proses transisi dan transformasi organisasi.
Beruntungnya, kata Asih, karena proses transformasi ini sudah berjalan di Hidayatullah di saat diantara para pendirinya masih hidup terutama dalam hal transformasi nilai-nilai (value), berupa manhaj dan dan jati diri.
“Akhirnya, tugas bagi generasi pelanjut yang masih ada adalah agar senantiasa meluruskan nawaitu, mengambil ibrah dan pelajaran dari para pendiri dan perintis, untuk terus berbuat dan berkarya lebih baik lagi sesuai dengan kompetensinya,” tandasnya.
Diskusi Kamisan Seri-36 daring yang dipandu oleh Sekretaris DPW Hidayatullah DKI Jakarta, Suhardi Sukiman, ini dihadiri tidak saja oleh peserta dari DKI Jakarta tetapi juga kader kader Hidayatullah dari berbagai daerah.
Pada sesi diskusi, beberapa orang lainnya tampil menyajikan telaah dan kesan kesan terhadap profil almarhum KH. Hasyim HS yang telah meninggalkan kita semua.
Diantara mereka ada Ketua Dewan Murabbi Wilayah Hidayatullah Kaltim Ust. Dr. Muhammad Tang, Ketua DPW Hidayatullah Lampung Ust. Rusdi Hidayat dan hadir pula Dai Kondang Nasional asal Nusa Tenggara Timur (NT) KH. Dr. Ahmad Bukhori Muslim, MA. (ybh/hidayatullah.or.id)