Hidayatullah.or.id — Pemuda Hidayatullah harus terus membangun budaya kerja dan tidak boleh berpangku tangan. Pemuda tidak pantas mengabiskan waktu hanya berhubungan dengan lawan jenis melalui SMS (pesang singkat), atau lebih sibuk nongkrong di jejaring sosial internet seperti Facebook dan Twitter. Kini pemuda senantiasa dituntut berperan aktif dalam pergaulan sosial di masyarakat.
Demikian penggalan pidato yang disampaikan oleh Ketua Pimpinan Wilayah (PW) terpilih Syabab Hidayatullah Gorontalo periode 2014-2019, Bacharuddin Majid Yohannes, S.Pd.I.
“Pemuda adalah mereka yang selalu menggeliat dan resah terhadap kondisi zaman yang semakin bobrok. Ini yang harus menjadi kegelisahan Pemuda Hidayatullah untuk membaktikan diri pada kerja-kerja keummatan demi ukiran karya monumental di masa mendatang,” kata Bachar Yohannes di hadapan puluhan hadirin usai dilantik di Gorontalo, baru baru ini.
Pemuda, jelas Bachar, adalah mereka yang terus berusaha dengan kemampuan yang dimiliki untuk memberikan kontribusi pemikiran dan karya dalam rangka merubah wajah dunia.
“Sudahkah kita mampu mengobrak-abrik pemikiran sekuler dan kemudian menawarkan gagasan ideologis untuk perubahan yang lebih baik, inilah yang menjadi tantangan kita bersama,” ungkapnya.
Dalam lanjutan pidatonya, Bachar mengatakan bahwa peranan pemuda dalam mewujudkan mimpi dan cita-cita sebuah lembaga adalah mutlak untuk dilakukan. Ini tegas dia bukanlah sebuah isapan jempol belaka dan cerita fiktif semata yang terjadi di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Bachar menerangkan bahwa terbentuknya NKRI ini adalah geliat para pemuda Indonesia yang terus bergerak, bersuara, dan senantiasa berada di garis depan dalam mewujudkan mimpi demi terbentuknya NKRI.
“Mereka melakukan perjuangan yang panjang dan pengorbanan yang berdarah-darah sampai para penjajah berhenti menggorogoti negeri ini,” cetus Bachar.
Salah satu gerakan konkrit yang dilakukan oleh Pemuda Indonesia saat itu adalah mengumpulkan seluruh pemuda untuk menyatukan pandangan, visi, dan ide yang tercetus dalam Sumpa Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1942. Pada titik puncak gerakan pemuda Indonesia adalah “menculik” Bung Karno dan mendesaknya untuk memproklamirkan Kemerdekaan Indonesia.
Tak lupa Bachar juga sedikit menapaktilasi perjalanan sosok pemuda bernama Abdullah Said yang tak lain adalah pendiri Pesantren Hidayatullah. Pemuda Islam dengan keberanian yang luar biasa itu mampu mengobrak abrik pemikiran sekuler dan menawarkan ideologinya.
“Beliau seorang pemuda yang menjadi inspirator bagi seluruh kader-kader Hidayatullah yang mampu mengubah hutan belantara di Kalimantan Timur menjadi Kampus Peradaban Islam. Lalu, bagaimana dengan Pemuda Hidayatullah Gorontalo,” imbuh dia menutup pidatonya seraya berharap Pemuda Hidayatullah Gorontalo dapat semakin eksis.
Musyawarah Wilayah (Muswil) II Syabab Hidayatullah Gorontalo yang dilaksanakan pada tanggal 27 April 2014 lalu berlangsung cukup alot, kerap terjadi adu argumentasi antara peserta musyawirin namun tetap berlangsung tertib dengan suasana kekeluargaan yang kental.
Agenda pembukaan Muswil ini dihadiri oleh puluhan peserta yang terdiri dari pemuda MA, SMK dan Mahasiswa Hidayatullah se-Gorontalo. Musyawarah wilayah II Syabab Hidayatullah Gorontalo kali ini mengusung tema “Transformasi Idealisme Gerakan Pemuda Menuju Kepemimpinan Gorontalo Yang Bermartabat”.
Hadir pula dalam agenda tersebut Ketua Wilayah Hidayatullah Gorontalo Fahruddin Rifai, S.Pd.I, M.Si yang sekaligus sebagai pemberi arahan dan membuka acara MUSWIL dengan resmi.
Dalam sambutan dan arahannya, Fahruddin mengatakan bahwa para pemuda yang ada hari ini merupakan harapan lembaga ke depan. Maju dan mundurnya lembaga Hidayatullah tergantung pada peranan Pemuda Hidayatullah. Fahruddin juga mendorong kepada ketua syabab terpilih untuk membawa organisasi ke arah yang lebih baik dan selalu bersinergi dengan organisasi induk. (hio/ybh)