AdvertisementAdvertisement

Bahagianya Bertemu Ulama

Content Partner

SATU HAL yang membahagiakan saya adalah saat bertemu ulama. Bukan untuk “ngalap berkah”, namun memang setiap ketemu ‘alim itu, selalu ada energi baru, yang tanpa disadari mengalir dalam jiwa.

Bersanding saja, seolah terjadi transfer spiritual. Apalagi berbincang, mendengar tausyiah dan atau membaca buku-buku (kitab-kitab) karangannya. Seolah asupan ruhiyah terpenuhi, secara sempurna.

Berkali-kali saya mengalami hal semacam ini. Baik ulama nusantara maupun dunia. Pernah dua tahun lalu ketemu pengarang buku al jihad bil maal fi sabilillah, Dr. Nawaf Takruri di kediaman beliau di Istanbul Turki.

Demikian juga saat silaturrahim dengan Syaikh Amin Al Hajj di Khartoum Sudan. Bahkan dari beliau, Alhamdulillah mendapatkan hadiah 12 kitab karangan beliau. Salah satu kitab beliau berjudul Ulama Suu’.

Dan saat di Khartoum juga sempat silaturrahim ke Rektor Universitas Al Qur’an, Serta ulama muda Syaikh Abdullah Hayyi dan sebagainya.

Alhamdulillah, kemarin 3/2/2018 juga sempat berjumpa dengan Habib Abdurrahman al Habsy Kwitang, saat peletakan batu pertama pembangunan Masjid dan Gedung Dakwah Hidayatullah. Dan sekali lagi, setiap berjumpa ulama, siapapun itu, selalu saja ada insight baru.

Qadarulllah pagi ini (4/2/2018) juga sempat berjumpa dengan seorang ulama muda dari negeri jiran, yang juga Mufti Negeri Perlis. Beliau adalah Shahibus Samahah (SS) Prof. Madya Dato’ Arif Perkasa Dr. Mohd Asri Zainul Abidin.

Kami dengan agenda yang berbeda ketemu saat breakfast di salah satu Hotel Syariah di bilangan Cikini. Beliau bersama rombongan dalam rangka lawatan ke Indonesia untuk mensosialisasikan buku beliau yang baru, yang bertajuk, “Bahaya Memahami Hadits Tanpa Melihat Konteks”, sebagai pengantar Studi Asbabul Wurud.

Sebuah buku yang memang layak beliau tulis, karena kapasitas beliau sebagai Doktor di bidang Hadits pada Al Qur’an and As-Sunah Studies di International Islamic University of Malaysia Itu. Kami bisa bertemu karena kami juga sedang ada kegiatan di tempat yang sama.

Yang menarik dari beliau adalah mengajar di berbagai Universitas di Malaysia, serta aktif berceramah di forum resmi atau medsos.
Selain itu juga mengajak anak-anak muda untuk berhimpun dalam NGO sebagai wadah bagi aktivis muslim dalam Yayasan Kebajikan Institut al-Qayyim (IQ) yang kini mulai berpengaruh di Malaysia.

Kecintaan Prof. MAZA terhadap ilmu juga ditandai dengan aktif menulis buku dan artikel antara lain Hadits Palsu – Kesan Terhadap Imej Islam, Arus Tajdid – Fikrah Merentasi Jamaah dan Islam Liberal – Tafsiran Agama yang Kian Terpesong, dan termasuk yang baru ini.

Selain itu, tutur katanya lembut, tetapi tetap tegas, jernih dan jelas. Sehingga nampak terukur, meski ada joke-joke segar yang menghiasinya. Dan kedalaman ilmunya, cukup terasa saat beliau berbicara.

Terkait dengan buku baru beliau, bukan kapasitas saya untuk menilainya. Tetapi dalam pengantar tulisannya, disampaikan tentang bahaya memahami hadits tanpa melihat konteks.

Beliau sampaikan bahwa tujuan dari agama (Islam) adalah li mashlahat al ibad, untuk kemanfaatan manusia. Sehingga beberapa materi hadits ada yang sifatnya tak terbatas oleh waktu dan tempat, khususnya hadits-hadits yang berkenaan dengan akidah, ibadah dan praktik umum dari akhlak, seperti berbuat baik pada orang tua, berbuat baik pada tetanggasebagainya. Akan tetapi, terdapat pula hadits-hadits yang secara intrinsik terkait dengan asbab al wurud (sebab dan kondisi) mereka.

Sehingga disimpulkan, maka seseorang janganlah menduga-duga arti suatu hadits tanpa mempertimbangkan sabab wurud-nya, agar memastikan tidak tercapainya kesimpulan yang keliru atas aturan tertentu yang berasal dari hadits tersebut.

Maka wajib bagi siapapun yang ingin menerjemahkan hadits dalam kategori ini, untuk memahami pengetahuan tentang sabab wurud al hadits, yang menyediakan kemampuan untuk memahami konteks dari teks-teks tersebut.

Singkatnya, meski berkatagori “ringkasan”, buku ini mampu memberikan wawasan yang cukup luas tentang bagaimana ruang lingkup asbab wurud hadits dan berbagai aspek teknis implementasi.

Hal ini tentu merupakan sebuah panduan yang memang sungguh layak untuk diketahui oleh bahkan seorang Muslim yang awam sekalipun, terutama karena memperhitungkan konteks sebuah kelahiran sebuah hadits akan, misalnya, memberikan pemahaman yang boleh jadi tidak terbayangkan sebelumnya.

Kembali ke soal judul tulisan ini. Sebagai orang awam, saya berbahagia jika bisa bertemu dan duduk bersama ulama. Ingin rasanya bertemu dengan sebanyak-banyaknya ulama, baik lokal maupun internasional, diseluruh belahan dunia.

Ingin mengaji, ber-talaqi dan menimba ilmu serta transformasi spirit, nilai, keimanan dan ruhul jihad serta tradisi keilmuan dari beliau-beliau itu.

Jelas cuma itu yang saya bisa. Tetapi saya terus mendorong dan mengantarkan anak-anak saya kelak agar mampu menjadi ulama. Sebuah keinginan yang semoga di mudahkan Allah SWT. Wallahu a’lam

_____
ASIH SUBAGYO, 
penulis adalah Ketua Bidang Perekonomian DPP Hidayatullah

- Advertisement -spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Ya Allah Perbaiki Segala Urusanku dan Jangan Serahkan pada Diriku Sekejap Mata pun

JIKA Anda titip kepada seseorang agar dibelikan nasi goreng di suatu tempat yang cukup jauh dari rumah, apa yang...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img