JAKARTA (Hidayatullah.or.id) — Saat ini tengah berkecamuk serangan fisik dan militer (al ghazwul al askari) secara brutal dan membabi buta dilakukan penjajah zionis Israel ke tanah Baitul Maqdis, Palestina. Data terakhir menyebutkan jumlah korban meninggal dunia akibat serangan udara Israel di Palestina kini mencapai angka 8.000 orang.
AP News yang mengutip laporan Kementerian Kesehatan di Gaza memberitakan bahwa pada Senin, 30 Oktober 2023, dari ribuan korban meninggal di Palestina itu, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.
Di sisi lain, tak henti hentinya komplotan media Barat menyemburkan kebohongan dan propaganda menyesatkan ihwal tragedi yang sangat menyayat hati ini. Kendati demikian, berbagai upaya tersebut selalu mampu dipukul balik dengan fakta yang disajikan oleh jurnalis independen, pekerja kemanusiaan, dan koalisi masyarakat internasional pemerhati Palestina.
Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah Ust. Dr. Nashirul Haq Marling, MA, pun melihat pentingnya keterlibatan publik dalam meluruskan berbagai disinformasi yang berkembang tentang Palestina yang dijajah zionis Israel.
“Sekarang ada dua perang yang terjadi dalam masalah Baitul Maqdis Palestina yaitu perang militer atau fisik al ghazwul al askari dan perang opini, al gazhwu al fikri. Selain mendoakan, kita bisa ikut terlibat dalam al gazhwu al fikri dengan menyebarkan kebenaran tentang Palestina,” katanya.
Hal itu disampaikan Nashirul Haq pada sambutannya ketika mengantar forum Briefing Nasional Pemuda Hidayatullah tentang Baitul Maqdis bertajuk “Framework Sistem Wahyu tentang Baitul Maqdis, Pembebasannya dan Geopolitik Dunia“, Ahad malam, 14 Rabi’ul Akhir 1445 (29/10/2023).
“Perkara Baitul Maqdis Palestina ini adalah masalah aqidah dan masalah kemanusiaan, maka kita lihat manusia seluruh dunia terlibat,” kata Nashirul.
Lebih jauh, dia menegaskan, isu Palestina pun sesungguhnya bukan hanya masalah aqidah dan masalah kemanusiaan tetapi juga merupakan tanggung jawab konstitusi yang dibebankan pada bangsa kita dan setiap pundak pundak kaum muslimin.
“Kemudian ini juga tanggung jawab konstitusi, maka kita perlu memahami secara global persoalan Palestina, Baitul Maqdis, dan Masjidil Aqsha,” terangnya.
Nashirul lantas menguraikan perihal keutamaan Baitul Maqdis Palestina dan penduduk Syam yang disebut Nabi sebagai penduduk yang teguh dalam keimanan sampai tiba kiamat.
“Baitul Maqdis adalah kiblat pertama umat Islam. Dia adalah tanah suci ketiga setelah Makkah dan Madinah. Masjid yang diperintahkan oleh Nabi kita untuk dikunjungi meskipun saat ini kita belum bebas untuk mengunjunginya,” katanya.
Ia juga menjelaskan ihwal bangsa Yahudi mengenai sejarah dan kehidupannya yang banyak termaktub dalam Al Qur’an baik mengenai ciri ciri dan wataknya.
Nashirul menyebutkan, Yahudi adalah sebuah bangsa. Adapun zionis, adalah gerakan politik untuk berdiri sendiri sehingga menjadi penjahat perang.
“Yahudi yang juga identik dengan Bani Israil memang telah diabadikan dalam Qur’an, seperti dalam surah Al Maidah, dimana Allah Ta’ala telah mengingatkan bahwa sungguh akan didapati orang orang yang permusuhan dan kebenciannya kepada Islam sangat tinggi,” katanya sambil mengutip kitab suci Al Qur’an surah al-Isra ayat 4-6 yang memotret kesombongan golongan ini.
“Maka kita melihat kesombongan Israel meremehkan resolusi PBB untuk gencatan senjata. Inilah kesombongan yang besar,” kata Nashirul.
Selain sombong, kaum Bani Israil juga gemar membunuh. Seperti membunuh nabi nabi dan mereka juga berusaha membunuh orang orang yang suci yang mengajak kepada keadilan. “Maka mereka pun sangat memusuhi pihak pihak yang pro Palestina,” katanya.
Membantu Palestina
Lebih jauh Nashirul menegaskan bahwa pembelaan kita untuk Palestina terutama karena dilandasi keimanan aqidah Tauhid. Pembelaan itu juga karena dilandasi oleh persamaan keyakinan (ukhuwah islamiyah) dan persaudaraan antar sesama manusia (ukhuwwah fi al-insaniyah basyariyyah) yang menghendaki keamanan dan keadilan.
“Apa yang dilakukan oleh penjajah zionis Israel sudah keterlaluan, tidak manusiawi, brutal, dan kebablasan,” cetusnya.
Atas kesadaran itu pula, ia pun menyerukan agar selalu mendoakan saudara saudara kita Palestina yang berdiri di garis depan dalam membela kehormatan dan kemuliaan kaum muslimin dan Baitul Maqdis. Selain doa, tidak kalah penting adalah membantu dengan harta (amwal).
“Kita doakan terus Palestina dengan qunut nazilah. Di masjid Baitul Karim DPP Hidayatullah sendiri sudah lima waktu qunut nazilah,” katanya.
Nashirul juga mengemukakan pentingnya untuk terus membela Palestina melalui jalur diplomasi politik dengan terus mendorong pemerintah untuk melakukan pembelaan terhadap Palestina yang lebih kuat lagi.
“Kita apresiasi pernyataan tegas dan terang menteri luar negeri kita ibu Retno Marsudi berbicara di depan podium Majelis Umum PBB di New York yang menegaskan posisi Indonesia dalam membela kemerdekaan Palestina,” katanya.
Nashirul menukaskan, sejatinya Baitul Maqdis Palestina tidak butuh kita. Namun, kitalah yang membutuhkannya.
Namun, persoalan utamanya, tegas dia, adalah jangan sampai Palestina dibebaskan lalu kemudian kita tidak masuk menjadi bagian dari perjuangan ini.
“Mari kita menjadikan kebaikan ini sebagai wasilah untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Ta’ala dan membuktikan jihad kita secara ruhiyah, maaliyah, dan jasadiyah,” tandasnya. (ybh/hidayatullah.or.id)