Hidayatullah.or.id – Bank Muamalat tak menyia-nyiakan potensi lembaga pendidikan yang memiliki perputaran uang cukup tinggi. Dua tahun terakhir, Muamalat menjadikan ceruk pasar itu sebagai salah satu sumber penghimpunan dan penyaluran dana.
Karsono, Region Head Bank Muamalat di wilayah Kalimantan mengatakan, strategi tersebut sudah berjalan intensif setidaknya dalam dua tahun belakangan, sejak Bank Indonesia menggencarkan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT).
“Sejak 2014, kami sudah merambah pondok pesantren hingga perguruan tinggi untuk memasok layanan keuangan. Termasuk layanan keuangan digital (LKD),” ucapnya saat peluncuran LKD di Pondok Pesantren Hidayatullah Balikpapan.
Karsono menjelaskan, LKD memang strategis jika disediakan di lingkungan yang memiliki banyak massa. Lembaga pendidikan adalah salah satunya.
Berstatus bank syariah, pendekatan religius diakuinya menjadi faktor utama dalam memilih lembaga pendidikan Islam seperti pondok pesantren sebagai pangsa bisnis. Namun, Karsono menyebut ada faktor teknis yang menjadikan segmen ini unggul.
“Perhitungannya, semisal pada pendaftaran tahun ajaran baru per santri membayar rata-rata Rp 5 juta, dikalikan 400 orang saja sudah Rp 2 miliar. Sementara untuk SPP, per pondok itu rata-rata bisa Rp 15 miliar Ditambah dana dari orang tua santri, setidaknya bisa dua kali lipat lebih besar dari itu,” urai Karsono.
Dengan menjadi pusat layanan keuangan di pesantren, Bank Muamalat disebutnya juga lebih mudah menjaring nasabah baru. Hal itu tak lepas dari lebih efisiennya transaksi antarnasabah dari bank yang sama.
“Kalau pakai rekening lain, tentu ada biaya transfer. Ini bisa jadi pertimbangan orang tua santri, agar sejak awal anaknya masuk pesantren, sudah membuka rekening di bank yang sama pula,” beber dia.
Tak hanya pesantren, kata dia, potensi serupa juga bisa dioptimalkan lewat lembaga pendidikan reguler, bahkan perguruan tinggi. Segmen itu pun sudah lama digarap Bank Muamalat.
“Di Samarinda, kami sudah masuk ke IAIN. Termasuk dengan LKD tadi. Bagi lembaga pendidikan menggunakan layanan kami, perputaran uang pun tak sebatas di lingkup internal. Pihak luar, seperti orang tua peserta didik,” beber dia. (man2/k15/jos/jpnn)