BALIKPAPAN (Hidayatullah.or.id) — Ditengah dinamika geopolitik dunia dan pertarungan wacana global yang tak jarang menyajikan ketegangan, generasi muda sangat perlu membekali diri dengan kemampuan ‘pembacaan’ yang cerdas terhadap berbagai ‘tanda tanda’ zaman itu.
Pesan tersebut adalah diantara benang merah yang disampaikan Ust. Imam Nawawi pada khutbah Jum’at di Masjid Ar Riyadh, Kampus Induk Pondok Pesantren Hidayatullah Gunung Tembak, Teritip, Balikpapan, Kaltim, Jum’at, 26 Rabi’ul Akhir 1445 (10/11/2023).
Dalam uraian khutbahnya, Imam menekankan pentingnya umat Islam khususnya generasi muda memahami realitas zaman tersebut.
Karena itu, menurutnya, tradisi membaca yang berbasis Wahyu Qur’ani harus selalu dihidup hidupkan sehingga kultur iqra’ bismirabbik menjadi peneguh menuju transformasi era baru peradaban dunia.
Imam menekankan bahwa iqra’ bismirabbik bukan sekadar rangkaian kata, tetapi merupakan pedoman pegangan dan manhaj Hidayatullah. Ia membawakan contoh nyata dari sejarah, mengingatkan para jamaah tentang keberanian para sahabat Nabi, seperti Bilal bin Rabah, yang dengan kegigihan membela Islam.
“Bilal itu budak, namun transformasi dalam dirinya berjalan cepat sejak mendengar ayat iqra’ bismirabbik. Sejak itu ia menjadi manusia merdeka dan tidak mau tunduk pada kebatilan manusia,” tegasnya.
Demikian pula dengan sosok Khalid bin Walid. Imam menyebutkan, sahabat Khalid yang awalnya hanya mampu berperang dengan kekuatan akal, mengubah seluruh hidupnya dalam jihad setelah bertemu iqra’ bismirabbik.
“Sebuah peradaban tak akan terwujud tanpa iqra’. Tanpa membaca, orang tak bisa menulis, dan tanpa berpikir, manusia tak akan mampu membangun sebuah peradaban,” jelasnya.
Imam memberikan contoh peradaban Yunani kuno yang begitu maju pada masanya. Namun kini hanya menjadi kenangan dan fosil sejarah.
Dia juga merinci bagaimana negara-negara maju seperti Korea, Jepang, dan Singapura menghadapi tantangan penurunan populasi dan kehilangan nilai-nilai mulia.
“Dengan kemajuan berpikir secara empiris, bersama tumbuhnya teknologi yang canggih, ternyata yang kita sebut negara maju itu bertemu dengan fakta mencengangkan, yakni ancaman kepunahan. Karena penduduknya tidak mau menikah dan berketurunan,” katanya.
Memasuki Era Baru
Masih dalam khutbahnya, Mas Imam juga menebar perspektifnya berkenaan dengan kondisi Palestina hari hari ini. Tanah Baitul Maqdis itu kini menjadi sorotan dunia.
“Palestina setiap hari dibombardir oleh Israel dengan dukungan negara maju. Akan tetapi Palestina masih bertahan. Dan, itu alamat Allah akan berikan pertolongan. Hanya orang yang iqra’ bismirabbik yang dapat meyakini bahwa kemerdekaan Palestina itu pasti akan datang,” terangnya.
Oleh sebab itu, Imam mengajak untuk siap sedia memasuki era baru tersebut dengan kesadaran iman dan ilmu pengetahuan.
“Saat ini adalah abad perjuangan, dimana dunia akan memasuki era baru. Umat Islam harus memiliki kesadaran, kepekaan, dan karakter terdepan dalam kebaikan,” kata Imam, merujuk pada konsep siklus peradaban menurut sejarawan muslim terkemuka Ibnu Khaldun.
Imam menutup khutbahnya dengan menelaah kritis pemikiran mendalam tentang materialisme, kekuasaan, dan pentingnya menjaga kesucian nilai nilai dalam perjuangan hidup seraya menekankan pandangan tentang peran umat Islam dalam menghadapi tantangan zaman.*/Adit Abdullah