JAKARTA (Hidayatullah.or.id) — Guru ternyata bukan semata penggerak dan penentu kualitas pendidikan, tetapi juga sentral peradaban. Demikian diungkapkan oleh pemerhati pendidikan yang juga Ketua Dewan Murabbi Pusat Dr Tasyrif Amin saat memaparkan materi tentang Hardiknas di Channel Youtube BMH TV (30/4/2021).
Pria jebolan doktoral Universitas Ibn Khaldun Bogor itu menambahkan bahwa yang terpenting dalam pendidikan bukan semata materi dan metodologi, tetapi guru bahkan lebih jauh adalah ruh guru itu sendiri.
Dalam kacamata Islam, seorang guru sangat berpengaruh terhadap peradaban, karena gurulah yang membentuk karakter murid dengan ilmu dan keteladanan. Jika ingin tahu masa depan bangsa, maka lihatlah bagaimana guru hari ini.
Namun demikian di Tanah Air, soal guru tidaklah seperti yang seharusnya (ideal). Beragam kendala masih belum diretas, terutama perhatian yang sepatutnya kepada guru, untuk mendongkrak kualitas pendidikan Tanah Air.
Realitas
Dilansir Deutsche Welle berbahasa Indonesia, pendidikan di Indonesia jauh tertinggal oleh negara-negara lain.
Dalam survei kualitas pendidikan yang keluarkan oleh PISA (Programme for International Student Assessment) di Desember 2019, Indonesia menempati peringkat ke-72 dari 77 negara. Pengamat menilai kompetensi guru yang rendah dan sistem pendidikan yang terlalu kuno menjadi penyebabnya.
Survei PISA merupakan rujukan dalam menilai kualitas pendidikan di dunia, yang menilai kemampuan membaca, matematika dan sains dalam sebuah negara.
Sementara itu, Ruang Guru menuliskan bahwa menurut data UNESCO dalam Global Education Monitoring (GEM) Report 2016, pendidikan di Indonesia menempati peringkat ke-10 dari 14 negara berkembang dan kualitas guru menempati ukuran ke-14 dari 14 negara berkembang di dunia.
Hal ini menunjukkan bahwa Hardiknas 2021 memang harus diusahakan menjadi momentum penggebrak kesadaran publik yang belakangan relatif terseret pada isu-isu politik yang tidak substansial.
Benahi
Pertanyaan berikutnya apa solusi dan siapa yang mestinya tanggung jawab?
Kita tak perlu menudingkan telunjuk kemana-mana. Cukup mari berperan dengan kemampuan yang ada dan lakukanlah upaya-upaya pembenahan.
Virtual Event Hardiknas BMH misalnya, merupakan satu cara yang tepat menggebrak kesadaran publik dengan gelaran yang tak biasa dalam upaya menjadikan Hardiknas sebagai momentum pembenahan.
Sebagaimana jamak dipahami, langkah pertama dan utama untuk melakukan pembenahan ialah membangun ruang kesadaran diri, bahwa negeri ini masih tertinggal dalam banyak hal, utamanya pendidikan.
Di antara langkah paling konkret adalah dengan cara meningkatkan kualitas tenapa pendidik yang mencakup aspek intelektual, emosional, hingga moral dan spiritual. DI sisi yang sama, pemerintah juga mesti menetapkan satu rumusan yang memadai, sehingga upaya mandiri masyarakat dapat bertemu di satu titik yang saling menguatkan.
Setidak-tidaknya, kalau diri memang sibuk dan tak mampu berbuat banyak, jadikan sebagian harta kita sebagai sedekah untuk menguatkan program-program pendidikan yang dijalankan oleh banyak lembaga, termasuk seperti BMH yang pada 2021 ini menargetkan pendirian 1000 Rumah Quran di seluruh Tanah Air.
Rumah Quran merupakan satu cara yang ditempuh oleh BMH dan Hidayatullah untuk hadirkan pendidikan yang secara langsung dapat membenahi pendidikan nasional, utamanya dari sisi intelektual, moral, dan spiritual.
Imam Nawawi, Ketua Umum Pemuda Hidayatullah