AdvertisementAdvertisement

Cerita Unik Kafilah Silatnas dari Kapal Dharma Ferry, Halaqah dan Malam Tanpa ‘Kepastian’

Content Partner

USAI menyelesaikan shalat subuh berjamaah, para peserta Silaturahim Nasional Hidayatullah langsung meninggalkan mushala. Mereka tidak kembali ke deck masing-masing.

Melainkan menuju buritan kapal, membentuk lingkaran bundar di sisi-sisi lumbung kapal, lalu menjalankan halaqah.

Di Hidayatullah, berhalaqah memang menjadi satu kebiasaan yang terwarisi dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Ruangan mushala yang terbatas, tidak menjadi alasan meniadakan halaqah.

Antrian jamaah shalat kloter selanjutnya sudah menunggu. Memaksa yang sudah selesai shalat lekas meninggalkan mushala, untuk halaqah. Begitu terus polanya.

Nikmat Perjalanan Panjang

Memilih kapal menjadi moda transportasi memang menyenangkan. Itulah yang di rasakan Syaiful. Peserta asal DKI Jakarta.

Laki-laki asal Sulawesi Selatan ini turut menjadi rombongan kapal Dharma Ferry 5 dengan tujuan Tanjung Perak, Surabaya-Semayang Balikpapan.

“Saya bawa motor, sempat khawatir karena jadwal kapal awalnya jam 9 malam. Istirahat cuma sekali dari Jakarta-Surabaya,” ucap Syaiful yang masih mengenakan jaket motornya.

Untungnya, kapal ditunda. Kapal meninggalkan Terminal Penumpang Gapura Surya Nusantara, pukul 06:00 WIB.

“Seru sih perjalanan panjang begini, banyak kesan dan ceritanya,” tutur ayah dari satu anak ini.

Para Pencari Sinyal

Selepas adzan isya, pusat informasi kapal Dharma Ferry 5 mengabarkan bahwa nanti di sekitar jam 20:00 ada sinyal di lambung kapal sebelah kiri.

Mendengar kabar itu, kami semua girang. Setelah terputus sedari pagi dengan jaringan internet.

Tak lama usai pengumuman, para pencari sinyal ini mulai bergerak, mereka berbondong bondong keluar kamar menuju pelataran kapal.

Jam sudah menunjukkan lebih dari yang dijanjikan pengelola kapal. Namun tampaknya sinyal yang dinantikan belum muncul-muncul.

Di sela menunggu ketidakpastian tersebut, kebanyakan kami masih yakin akan tiba waktunya jaringan internet itu datang.

“Sudah dapat sinyal belum,”tanya salah satu peserta yang lalu lalang di lumbung kapal sambil mengangkat tangan kirinya yang ada gawal.

“Belum nih,”jawab kompak para pencari sinyal tersebut sambil tertawa.

Kami masih sabar menunggu, sambil sesekali di selingi candatawa, tak henti hentinya kami memandang layar handpone berharap ada tanda.

Menjelang pukul 21:00, nampaknya para pencari sinyal ini sudah mulai menyerah. Mata mulai perih, memberi isyarat.

Angin di luar semakin jadi, banyak yang memutuskan kembali masuk ke kapal dan beristirahat.

Saya termasuk yang akhirnya gugur menyerah. Dan memutuskan kembali ke kamar dan mulai memejamkan mata.

Tak ada kabar, apakah para pencari sinyal akhirnya menemukan sesuatu yang amat berarti itu.

Qadarullah. Selepas melupakan peristiwa semalam. Usai shalat Subuh, tanpa ekspektasi apapun tiba-tiba sinyal muncul.

“Langsung Allah ganti,” ucap seseorang yang sedang menikmati sinyal internet sembari tersenyum.

Itulah sedikit kisah menarik nan lucu, perjalanan kami. Rombongan kafilah berbagai daerah yang pergi menuju Silaturahim Nasional Hidayatullah di Balikpapan.

Kapal Dharma Ferry 5 yang membawa kami akan tiba pukul 13:00 WITA di pelabuhan Semayang. Informasi ini diperoleh berdasarkan pengumuman dari manejemen kapal siang hari kemarin.*/Azim Arrasyid Sofyan

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Ya Allah Perbaiki Segala Urusanku dan Jangan Serahkan pada Diriku Sekejap Mata pun

JIKA Anda titip kepada seseorang agar dibelikan nasi goreng di suatu tempat yang cukup jauh dari rumah, apa yang...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img