MUNGKIN sebagian orang pernah berpikir, kenapa kalau buka internet, beritanya tidak membangun kecerdasan. Orang yang mau berpikir mendalam akan tahu, berarti kita kekurangan generasi penulis. Lalu bagaimana cara menghadirkan generasi pena itu agar berita-berita ke depan berkualitas.
Saya pernah mendengar seorang tokoh pemikiran Islam, ahli filsafat, menuturkan perihal masalah generasi penulis ini.
Jadi sang tokoh itu mendatangi sebuah media Islam. Ia menggugat mengapa tulisan yang nuansanya tidak membangun justru sering muncul.
Pemimpin media itu menjawab sederhana. Kalau Anda siap menulis dan Anda punya kader-kader penulis, kami siap memuat tulisan Anda. Tapi syaratnya satu, konsisten.
Sang tokoh termenung. Kemudian menjadikan kisah itu untuk menggugah kaum muda mau belajar terampil menulis.
Opini Ustadz Abdullah Said
Ustadz Abdullah Said menjadi sosok yang termasuk berpikir akan hal itu sejak lama. Beliau bahkan mampu menghadirkan sebuah media yang hingga kini tetap beroperasi, yakni Majalah Hidayatullah.
Ustadz Abdullah Said mengatakan begini:
“Mestinya kita iri kalau mengklaim diri sebagai khalifatullah, tapi yang dimuat di koran Mike Tyson terus. Padahal tidak ada secuil tugas khalifah yang dia kerjakan, gantian saja orang dipukuli.
Tapi dia yang merebut berita, nyaris sampai orang-orang di Gunung Binjai, yang tidak kenal pun jadi tahu siapa Mike Tyson itu.
Penggembala-penggembala di kampung, dia pajang fotonya Mike Tyson di dinding rumah, dekat dapurnya.
Ada juga orang Islam yang masuk surat kabar, tapi Basri Masse, hanya karena mau digantung. Mestinya tidak begitu bapak dan saudara-saudara, bentuk berita kita sebagai khalifatullah
Mestinya kita rebut opini masyarakat, sehingga tidur kita, ngomong kita program kita, membuat semua presiden membelalak matanya dimana-mana. Apalagi yang mau dikerjakan oleh si Baco ini, si Langkoddi ini, si Nanang ini. Begitu mestinya realitas kualitas seorang khalifah.”
Demikianlah Ustadz Abdullah Said Rahimahullah menstressing kepada jama’ah dalam Pengajian Malam Jumat di Karang Bugis, Balikpapan, medio tahun 1990.
Strategisnya Generasi Penulis
Memperhatikan uraian Ustadz Abdullah Said itu kita dapat ambil kesimpulan bahwa hadirnya generasi penulis sangat menentukan.
Dahulu, pada era Utsman bin Affan RA menghimpun naskah Al Qur’an, hafalan memang jadi perhatian, namun untuk memastikan itu ayat Al Qur’an atau tidak, harus dibuktikan dengan adanya tulisan tangan dari sahabat-sahabat yang menyimpan lembaran-lembaran Al Qur’an kala itu.
Dan, kalau kita perhatikan hari ini, orang sibuk berkomentar sebagian karena buah dari tulisan.
Dalam kata yang lain, perubahan besar butuh hadirnya generasi penulis. Lalu mengapa umat Islam lemah dalam hal menulis?
Kepada para penulis, kita harus belajar dari Buya Hamka. Walau beliau tumbuh dalam masyarakat yang kebanyakan masih buta huruf, semangatnya dalam menulis tidak pernah padam.
Akan tetapi, kalau perubahan ingin kita hadirkan, maka semua pihak harus memahami bahwa generasi penulis memiliki posisi strategis.
Tentu saja, seperti membangun masjid, adanya penulis tidak akan membuat masjid berdiri. Akan tetapi dengan sinergi baik, para penulis bisa mendorong kemajuan pembangunan berjalan lebih cepat, insha Allah.*
) Penulis bergiat di lembaga kajian Progressive Studies and Empowerment Center (Prospect) prospect.or.id | Ketua Umum PP Pemuda Hidayatullah 2020-2023. Publikasi pokok pokok pemikiran dan gagasan-gagasan orisinil Ustadz Abdullah Said ini atas kerjasama Media Center Silatnas Hidayatullah dan Hidayatullah.or.id