DEPOK (Hidayatullah.or.id) — Persaudaraan Dai Indonesia (Posdai) yang berada dibawah Departemen Komunikasi dan Penyiaran Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatulllah menggelar Daurah Musyrif Gerakan Nasional Dakwah Mengajar dan Belajar Al Qur’an (Grand MBA) selama 3 hari.
Acara dibuka oleh Ketua Dewan Pertimbangan Hidayatullah KH Dr Abdul Mannan berbarengan dengan Mabit Silaturrahim & Tarhib Ramadhan di Kampus Utama Pondok Pesantren Hidayatullah Depok, Jawa Barat, pada Jum’at malam (2/4/2021).
Dr Abdul Mannan dalam sambutannya mendorong revitalisasi gerakan pemberantasan buta huruf Al Qur’an. Menurutnya, Al Qur’an sebagai mukjizat akhir zaman, gerakan ini mestinya tidak saja menyasar masyarakat bawah, melainkan juga kalangan menengah ke atas.
Karena itu, menurutnya, Grand MBA juga perlu meningkatkan jangkauan bidikannya hingga ke level komunitas masyarakat menengah ke atas. Sebab, lanjut dia, nyatanya tidak sedikit orang pintar dan berkecukupan namun belum bisa mengaji.
“Jadi tidak saja mengajarkan Al Qur’an sampai masuk ke gang gang sempit, tapi juga harus peduli dengan saudara saudara kita lainnya yang level keberadaannya menengah ke atas namun masih belum bisa baca Qur’an,” katanya.
Ia pun berpesan kepada para muallim Al Qur’an agar tak perlu risau dengan ketiadaan sumber daya materi untuk menunjang Grand MBA. Karena, terang dia meyakinkan, siapa yang mengurus dan menyibuki Al Qur’an pasti “berkecukupan”.
“Buktinya, banyak penjaga Al Qur’an yang gajinya lebih tinggi dari PNS bahkan mengalahkan gaji presiden,” katanya setengah berkelakar.
Dengan gaya khasnya yang lantang dan berapi-api, beliau berharap kegiatan daurah ini menghasilkan output siap tandang ke gelanggang mensyiarkan Al Qur’an dalam rangka memperkokoh sendi sendi kehidupan dalam masyarakat dan berbangsa.
Tak usah risau, kata dia, karena Al Qur’an pasti berbuah kebaikan dan keberkahan kepada siapapun yang sungguh sungguh mendakwahkannya. Bahkan, dia menamsilkan, sekiranya ada 2 pengamen yang diantaranya membacakan Al Qur’an dan lainnya menyanyi lagu bebas, maka orang akan lebih memilih berderma kepada yang mengaji.
“Saya mau tanya, adakah orang yang mengurus Al Quran mati kelaparan, buktikan secara empirik. Tidak ada. Itu karena orang yang ber-Qur’an punya pendirian dan memiliki kedirian yang jelas,” pungkasnya.
Sementara itu, Koordinator Pusat Grand MBA Ust Agung Tranajaya, Lc, M.Si, mengatakan kegiatan daurah ini merupakan amanat dari Rakernas Hidayatullah 2021 lalu dalam rangka memberikan arah lebih jelas untuk pengembangan mainstream lebih maksimal.
Kata Agung, dakwah sebagai salah satu mainstream gerakan, Hidayatullah dituntut untuk terus berbenah tak terkecuali Grand MBA sebagai cikal bakal Lembaga Lajnah Al-Qur’an Hidayatullah Pusat.
“Gerakan ini terus memacu diri untuk mengembangkan manajemen dan sumber daya insani lebih terencana, lebih teradministrasi, lebih unggul dan lebih memiliki respon terhadap kebutuhan jaringan struktural organisasi,” kata Agung menjelaskan latar belakang kegiatan ini.
Daurah ini, lanjut dia, selain untuk meningkatkan standar komitmen dan kompetensi yang dimiliki, daurah musyrif ini juga sebagai sarana pemebelajaran efektif sekaligus berfungsi untuk memberikan solusi pada salah satu problem utama dai di lapangan, yakni meningkatkan kemampuan manajerial untuk pengembangan Majelis Qur’an dan Rumah Qur’an di wilayahnya masing-masing.
Selain itu, Agung mengimbuhkan, daurah ini juga bertujuan menyiapkan muallim Grand MBA menjadi Musyrif di wilayahnya masing-masing dengan memahamkan mereka akan tugas pokok dan fungsi masing-masing.
Para peserta nantinya akan dilibatkan dalam pengembangan Majlis Qur’an dan Rumah Qur’an Hidayatullah serta pelibatan para musyrif dalam pengembangan kurikulum Grand MBA.
Daurah Musyrif Gerakan Nasional Dakwah Mengajar dan Belajar Al Qur’an yang digelar selama tiga hari ini mengangkat tema “Solidkan Langkah, Kuatkan Ukhuwwah Bersama Qur’an Meraih Berkah”.
Daurah ini mensyaratkan pengalaman sebagai muallim minimal 1 tahun, lulus marhalah ula, kompeten dalam bahasa Arab, tajwid, ulumul Qur’an, Ilmu Tafsir, hafalal-Qur’an minimal 5 juz dan memahami matan al-Muqaddimah al-Jazariyyah. (ybh/hio)