HARI ini, ruang digital menjadi semacam medan pertarungan antara idealisme yang diwakili para da’i, penyair, aktivis, pemikir, dll melawan pragmatisme yang diwakili para pelaku industri, politisi, oligarki, dll.
Ketika kita membuka link berita, maka yang muncul pertama kali adalah segerombolan iklan yang menutupi hampir semua teks, kita dipaksa untuk memelototi iklan-iklan yang menawarkan berbagai produk.
Yang lebih dahsyat lagi, privasi kita telah diperjualbelikan untuk kepentingan riset kecenderungan setiap orang. Dari data data kita yang telah mereka kantongi kemudian menjadi referensi untuk menawarkan produk produk mereka yang melintas secara ajek di laman-laman media sosial yang kita buka. Itulah fakta yang terjadi hari ini, dan harus kita hadapi.
Karenanya perlu terus mengokohkan benteng pertahanan untuk menjaga keseimbangan. Para da’i adalah pewaris risalah para nabi yang diutus dengan pesan utama bahwa ada kebahagiaan yang hakiki yaitu dengan mentaati Allah dan Rasulnya.
Hal ini ditegaskan dalam firmanNya yang lain.
āBarang siapa yang mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka pastilah ia akan bahagia sebenar-benarnya bahagiaā(QS: Al-Ahzab. 71).
Gerakan tarbiyah dan dakwah akan berhadapan dengan industri yang merupakan personifikasi pemikiran Epicurus (341-217 SM), yang mengatakan filosofi harus merintis jalan ke arah kesenangan hidup. Ya, gagasan gagasan filsuf barat memang hanya berhenti pada kesenangan duniawi.
Kunci dari keseimbangan berpikir itu sebagaimana yang dikatakan Ibnul Qoyyim rahimahullah:
āŁŁŲ³ Ų§ŁŲ²ŁŲÆ Ų£Ł ŲŖŲŖŲ±Ł Ų§ŁŲÆŁŁŲ§ Ł Ł ŁŲÆŁ ŁŁŁ ŁŁ ŁŁŲØŁ ŁŲ„ŁŁ Ų§ Ų§ŁŲ²ŁŲÆ Ų£Ł ŲŖŲŖŲ±ŁŁŲ§ Ł Ł ŁŁŲØŁ ŁŁŁ ŁŁ ŁŲÆŁ (Ų·Ų±ŁŁ Ų§ŁŁŲ¬Ų±ŲŖŁŁ ŁŲØŲ§ŲØ Ų§ŁŲ³Ų¹Ų§ŲÆŲŖŁŁ 381)
“Bukanlah zuhud itu dengan mencampakkan dunia dari genggaman sementara ia masih bersemayam di hati, zuhud yang benar adalah mencampakkan dunia dari dalam hati meskipun ia tetap dalam genggaman tanganmu”
Wallahu a’lam bisshawab.
Mujahid M. Salbu