DEPOK (Hidayatullah.or.id) – Kualitas seorang dai ditopang oleh kekuatan spiritualnya. Spiritual yang menggerakkan. Seorang dai apalagi dai Hidayatullah, utamanya yang mengemban amanah pucuk pimpinan, dalam setahun jangan satupun putus shalat malam.
Demikian dikatakan Ketua Dewan Pertimbangan Pimpinan Umum (DPPU) Hidayatullah Dr H Abdul Mannan, MM, dalam dalam acara bedah buku “Era Peradaban Baru” karyanya di Masjid Ummul Quro Pesantren Hidayatullah Depok, Jawa Barat, belum laga ini.
“Dalam setahun jangan satupun putus shalat lail (malam). Kalau ada yang bolong, bagaimana mau manhaji,” tegasnya.
Dengan gaya khasnya, beliau mengatakan bagi seorang yang telah aktif spiritualnya, maka semua malam-malam di bulan Ramadhan sejatinya adalah adalah malam Lailatul Qadr.
Bahkan, dengan setengah berkelakar, beliau mengatakan Qiyaamullail justru sudah turun sejak di hari kedua Ramadhan. Sehingga, lanjutnya, seharusnya tidak ada waktu bagi kader Hidayatullah untuk bermalas-malasan dalam rangka memaksimalkan bulan suci ini dengan intensifikasi ibadah.
Beliau pun sempat berguyon dengan menyindir orang yang masih tinggal di rumah kontrakan, hidup terbatas, tapi di waktu yang sama enggan menjaga ibadahnya kepada Allah SWT. “Karena rumah kontrakan, spiritual kontrakan juga,” selorohnya.
Beliau mengatakan, pesan tersebut perlu disampaikan olehnya semata bentuk kecintaan dan tanggungjawab untuk menggugah kesadaran kader demi lahirnya generasi terbaik.
Beliau menjelaskan, untuk melahirkan kader berkualitas dan terbaik sebagaimana dinukil dalam frame “kuntum khaira ummah”, adalah pekerjaan yang tidak sederhana dan mengharuskan adanya seleksi yang ketat.
“Bukan diterima semua. Bagaimana mau jadi kader kalau diajak disiplin shalat malam saja tidak mau,” katanya.
Terakhir, dia berpesan kepada jajaran guru dan yayasan Hidayatullah untuk membangun budaya iqra melalui kegiatan-kegiatan ilmiah seperti seminar dan melakukan perubahan ke arah yang lebih baik dengan spirit ibda’ binafsik. (ybh/hio)