MAMUJU (Hidayatullah.or.id) — Ketua Dewan Murabbi Pusat (DMP) Hidayatullah Ust. Dr. H. Tasrif Amin, M.Pd, mengutarakan pentingnya untuk terus melakukan perbaikan secara individu masing masing sambil tak henti melakukan gerakan pencerahan dengan penyebaran pesan pesan kebaikan kepada kepada keluarga, lingkungan, dan masyarakatnya.
Beliau menerangkan, manusia terlahir secara fitrah, oleh sebab itu setiap manusia memiliki kecenderungan selalu berbuat baik sesuai ketentuan Tuhan Sang Pencipta. Kefitrahan bawaan itu tentu dengan dasar iman yang perlu didukung dengan ekonomi dan sistem sosial yang baik.
“Kesadaran ini tidak hanya menyoroti asal-usul manusia, tetapi juga menunjukkan potensi alamiah yang dimiliki setiap individu untuk bertindak sesuai dengan kebaikan,” katanya.
Hal itu disampaikan beliau saat mengisi taushiah dalam acara Halal Bihalal Silaturahmi Syawal dan Halaqah digelar Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Hidayatullah Sulawesi Barat (Sulbar). Acara itu berlangsung selama 2 hari di Masjid Al Walidain, Kampus Madya Ponpes Hidayatullah Mamuju, Sabtu-Ahad, 25-26 Syawal 1445 (4-5/5/2024)
Ia menjelaskan, fitrah manusia tidak dapat dipisahkan dari keberadaan Tuhan Sang Pencipta. Fitrah ini merupakan garis bawaan moral dan spiritual yang ditanamkan oleh Tuhan dalam diri manusia. Sebagai hasilnya, kecenderungan untuk berbuat baik sudah tertanam dalam diri setiap individu.
“Ini sejalan dengan ajaran agama yang mengajarkan nilai-nilai moral dan etika yang mendorong kita untuk bertindak dengan kebaikan,” terangnya.
Dalam pada itu, kecenderungan untuk berbuat baik perlu diperkuat oleh iman yang kokoh. Iman adalah pendorong utama yang memotivasi seseorang untuk mengamalkan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa iman yang kuat, fitrah manusia bisa terhambat oleh berbagai godaan dan tantangan yang ada di dunia ini.
Selain itu, ia menguraikan, kita juga harus mengakui peran penting dari faktor-faktor eksternal seperti kemapanan dan sistem sosial yang baik dalam memperkuat fitrah manusia.
Ketika seseorang hidup dalam kondisi yang stabil dan di lingkungan yang mendukung, mereka cenderung memiliki kesempatan lebih besar untuk mengaktualisasikan potensi kebaikan mereka.
Demikian pula sistem sosial yang adil dan inklusif juga menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap individu untuk berkembang secara maksimal dan berkontribusi pada kebaikan bersama.
“Fitrah manusia yang alami, didukung oleh iman yang kuat dan sistem sosial yang baik, merupakan fondasi utama terciptanya kebaikan dalam masyarakat,” imbuhnya.
Oleh karena itu, dia menambahkan, sebagai individu dan sebagai masyarakat, adalah tugas kita untuk memelihara dan memperkuat faktor-faktor ini agar kita dapat hidup sesuai dengan potensi yang telah diberikan oleh Sang Pencipta dan berkontribusi pada kebaikan bersama.
Dua Komponen Ramadhan
Masih pada kesempatan yang sama, Tasyrif menyebutkan bahwa Ramadhan yang sudah kita lalu belum lama ini memiliki 2 komponen utama yakni turunnya Al-Qur’an sebagai petunjuk (hudan) dan pembeda yang jelas antara haq dan bathil (bayan).
Karena itu, beliau menekankan bahwa setiap rumah yang di dalamnya terjaga tradisi ber-Qur’an dan ibadah maka akan dimuliakan Allah. Dan, sebaliknya, jika tidak menjadikan Al Qur’an sebagai jalan hidup maka kerugian menantinya.
Ramadhan, bulan yang penuh berkah, bukan hanya sekadar rentetan hari yang dihabiskan dengan menahan lapar dan haus. Lebih dari itu, Ramadhan adalah momen suci yang mengandung makna mendalam bagi umat Islam.
Dua komponen utama yang membuat Ramadhan begitu istimewa adalah turunnya Al-Qur’an sebagai hudan dan bayan. Karena itu, Al-Qur’an bukanlah sekadar kumpulan kata-kata, tetapi merupakan wahyu langsung dari Allah yang di dalamnya terdapat petunjuk yang jelas bagi manusia dalam segala aspek kehidupan, baik yang bersifat spiritual maupun yang bersifat praktis.
“Saat kita membaca dan merenungkan Al-Qur’an selama Ramadhan, kita seharusnya tidak hanya membaca, tetapi juga memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-Nya dalam kehidupan sehari-hari,” imbuhnya.
Tradisi ber-Qur’an di rumah dan dimana pun berada adalah tanda keberkahan, karena setiap ayat yang dibaca dan direnungkan adalah pencerahan bagi jiwa dan membawa kebaikan. Oleh karena itu, menjadikan Al-Qur’an sebagai jalan hidup selama Ramadhan dan seterusnya adalah suatu keharusan bagi setiap muslim.
Berquran menurut Tasyrif bukan hanya tentang membaca, tetapi tentang merenungkan dan mengaplikasikan ajaran-Nya dalam setiap aspek kehidupan kita.
“Dengan demikian, kita akan menemukan keberkahan, petunjuk, dan perlindungan dari Allah. Tidak ada kerugian yang lebih besar daripada meninggalkan petunjuk Allah dalam Al-Qur’an,” tandasnya.
Pertahankan Spirit Ramadhan
Kendati sempat mengalami kendala teknis dalam pelaksanaannya, Halal Bihalal Silaturahmi Syawal dan Halaqah digelar Dewan Pengurus Wilayah Hidayatullah Sulawesi Barat ini berjalan sukses dan lancar.
Ketua Dewan Pengurus Wilayah Hidayatullah Sulawesi Barat, Drs. H. Mardhatillah, turut hadir dalam kesempatan tersebut. Menurutnya, kegiatan ini diadakan pada akhir bulan Syawal berbeda dengan tahun tahun sebelumnya. Selain karena ada beberapa kendala teknis juga jadwal beberapa pengurus tidak di tempat.
“Yang terpenting adalah silaturahmi dan istiqamahnya mempertahankan nilai spirit Ramadhan,” kata Mardhatillah, seperti dilansir laman Hidayatullahsulbar.com
Menyinggung golongan yang istiqamah, dikatakan dia, adalah orang yang memiliki perubahan karakter setelah menjalani ibadah Ramadhan. Indikatornya adalah menjaga tadarrus Al Qur’an, shalat fardhu berjamaah, tahajjud, dan sedekahnya terus dilakukan dengan kontinyu di luar Ramadhan sekalipun.
Di hadapan ratusan jamaah yang memadati Masjid Al Walidain tempat acara tersebut digelar, Mardhatillah mengingatkan, hadirnya Hidayatullah di seluruh kabupaten dan kota di Sulawesi Barat adalah modal besar untuk melakukan pengabdian di masyarakat sekaligus bermitra dengan pemerintah.
Rangkaian silaturahmi Syawal tersebut terdapat halaqah Al Qur’an serta diskusi seputar problematika dakwah dan kegiatan olahraga. (ybh/hidayatullah.or.id)