DEPOK (Hidayatullah.or.id) – Ketua DPPU Hidayatullah, KH Dr Abdul Mannan, menantang kader muda Hidayatullah melakukan terobosan dakwah yang lebih progresif dan melahirkan karya yang tak kalah momumental dengan para pendahulu untuk kebaikan umat dan bangsa Indoensia tercinta.
Motivasi tersebut beliau sampaikan dikala menjadi narasumber dalam acara Dialog Peradaban bertajuk “Envisioning Perlaku Peradaban” yang diselenggarakan PP Syabab Hidayatullah bekerjasama dengan Elkindy Institute dan DPW Hidayatullah Jabodebek di Kota Depok, Jawa Barat, beberapa waktu lalu.
“Tepat waktu, itu peradaban. Dari dulu saya tidak pernah terlambat. Disiplin waktu. Semua aktifitas tidak pernah terlambat. Kalau mau berjuang, berjuang yang bener,” ungkapnya.
Sebenarnya, lanjut dia, tidak ada ceritanya muballigh kelaparan. Lapar karena tidak kreatif dan bermental inferior. Padahal, tegas dia, Islam ini superior tapi pengusungnya interior.
“Mengapa inferior, karena tidak memahami manhaj. Hanya latah saja. Tak paham substansi manhaj. Mengapa dulu bukan sarjana tapi punya semangat pergerakan, karena paham manhaj,” ujar pendiri Elkindy Institute ini.
Dia mengatakan, kader awal Hidayatullah secara akademis sebenarnya masuk kategori interior karena umumnya bukan sarjana bahkan rata-rata hanya lulusan SD/SMP. Tapi mereka memiliki keyakinan dan keberanian. Karena itu, di zaman sekarang ini dimana fasilitas sudah lengkap, jangan sampai sifat inferior menggerogoti.
“Kuncinya iman. Perbaiki syahahat. Pemuda bermental kempes karena faktor lemahnya Tauhid. Putus shalat malam satu malam, akan putus cahaya dari langit. Di zaman almarhum Abdullah Said (Rahimahullah), kalau tidak shalat malam, boleh ikut rapat tapi nyimak aja. Ndak boleh bicara,” ujarnya.
Penulis buku “Era Peradaban Baru” ini berpesan, untuk menjaga disipin diri terutama dalam menjaga kualitas iman, harus 40 hari shalat berjamaah dan tidak terlambat takbiratul ihram bersama imam.
Sekedar diketahui, Elkindy Institute adalah lembaga pengkajian dan pengembangan peradaban yang salah satu konsennya mengoleksi manuskrip catatan pemikiran pendiri Hidayatullah yang diharapkan menjadi sumbangsih positif terhadap tradisi pengkajian filologi modern dan pengembangan peradaban bangsa. (ybh/hio)