Hidayatullah.or.id — Indonesia adalah negeri indah dengan julukannya sebagai Jamrud Khatulistiwa. Disebut demikian sebab ia dilintasi oleh garis khatulistiwa dengan eksotisme alamnya hijau bak jamrud.
Kepulauan Nusantara ini juga dihuni oleh beragam etnis, budaya, dan suku bangsa dengan kekayaan alamnya yang luar biasa. Keberagaman bangsa tersebut harus dihargai dan terus dijaga. Dan, bagi Hidayatullah, kontribusi pembangunan yang dilakukan adalah menggalakkan pendidikan umat dengan gerakan dakwah kultural.
“Dakwah kultural adalah gerakan keteladanan. Inilah tradisi Hidayatullah sejak dulu. Para pendirinya adalah orang-orang muda yang tidak saja bicara, tapi juga melakukan praktik,” kata Ketua Panitia Dauroh Marhalaha Wustho Hidayatullah, Fery Indarto, di Bali beberapa waktu lalu.
Sebagai sebuah himpunan organisasi massa Islam (Islamic-based civil society) yang sekaligus sebagai kelompok kepentingan (interest group), Hidayatullah mengusung gerakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar sebagaimana dituntunkan Rasulullah SAW (Manhaj Nubuwwah) yang terangkum dalam metode Sistematika Nuzulnya Wahyu atau SNW yang digagas pendirinya.
“Di Dalam penjabarannya, SNW adalah reaktualisasi gerakan pencerahan ummat sebagaimana dilakukan Rasulullah dan sahabatnya dengan hikmah kebijaksanaan, kesantunan, pemaaf, bermusyawarah, dan nahi munkar,” kata Fery menjelaskan.
Karenanya, kata Fery yang juga menjabat sebagai ketua PW Hidayatullah Bali, dengan gerakan dakwah kultural yang digagasnya, Hidayatullah ingin terus menjadi pelopor gerakan moral yang menjunjung tinggi keutuhan dan sangat menghargai keberagaman.
Hidayatullah sebagai ormas Islam berbasis kader, selalu concern mentransformasikan nilai nilai agung peradaban Islam melalui warganya di mana pun mereka berada dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. [Baca: Semarak Peragaan Peradaban Islam Melalui Ekspansi Kultural]
Tantangan Dakwah
Dakwah adalah tugas mulia. Maka, mereka yang memilih jalan ini adalah orang-orang mulia. Namun, dari waktu ke waktu tugas dan beban dakwah tentu akan semakin berat dengan menghadapi berbagai tantangan yang semakin komplek.
Karenanya, dibutuhkan berbagai keterampilan dan pengetahuan yang memadai dari para pelaku dakwah agar dakwah yang disampaikan mudah dimengerti dan dipahami. Disamping itu, diperlukan juga metode dakwah yang mampu menggugah hati dan menggerakkan obyek dakwah.
Dakwah yang proporsional dan profesional sekaligus akan mampu mengubah sikap masyarakat ke arah yang positif dan produktif dalam beramal, serta dapat meningkatkan pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan bermasyarakat.
Mencermati bahwa peran dai sangatlah penting dalam pembinaan umat, PW Hidayatullah Bali mengadakan Dauroh Marhalah Wustho untuk meng upgrade para dai yang selama ini sudah terjun dalam dunia dakwah. Kegiatan yang diberangi dengan temu kangen silaturrahim digelar selama 4 hari di Denpasar, Bali (23-26/12).
Dijelaskan Ustadz Feri, laju perkembangan dunia saat ini selalu diikuti dengan perubahan standar nilai yang dianut sebagian besar manusia. Dari sini, akan muncul sebuah ketimpangan pola hidup dan aturan kehidupan yang tidak selaras dengan hukum syar’i yang telah ditetapkan oleh Allah SWT kepada makhluknya.
Dengan demikian, imbuhnya, seorang dai dituntut untuk mengeksplor kajian dan pengetahuannya agar dapat mengimbangi perubahan yang ada. Hal ini menjadi titik fokus dalam rangka menyiapkan tenaga-tenaga dai yang langsung live in ditempat mad’unya namun juga mampu mengarahkan dan memberikan contoh tuntunan yang baik.
Ketua PP Hidyatullah, H. Hasan Rofidi, dalam sambutannya mengatakan pelatihan ini dalam rangka meningkatkan kualitas dai agar dapat terus memberikan pelayanan dakwah terbaik yang maksimal kepada umat. Bagi peserta yang berkecimpun di amal usaha seperti pendidikan dan sosial, pelatihan ini diharapkan menjadi pemicu bagi mereka untuk terus memberika karya-karya terbaik. Tidak saja kepada sesama muslim, tapi juga bermanfaat bagu seluruh manusia di sekitarnya.
Ketua MPP Hidayatulah Ustadz Abdullah Ihsan yang hadir menutup acara tersebut mengaku bersyukur dapat menyaksikan kader-kader dai yang siap tandang ke gelanggang. Beliau mendorong peserta lulusan marahalah ini untuk tak henti berbakti untuk Islam.
“Bakti kepada Islam berarti siap mendakwahkannya kepada siapa pun yang belum mengenalnya dan melakukan pemurnian ajarannya,” pesan beliau saat menutup Dauroh Marhala Wustho ini.
Pelatihan dai ini diikuti sebanyak 35 lima orang sekaligus dilakukan ikrar dan dinyatakan lulus oleh panitia sebanyak 31 orang dai yang langsung dipandu oleh Ketua Departemen Perkaderan PP Hidayayullah, H. Hasan Rofidi, yang disaksikan oleh KH. Abdullah Ihsan selaku Ketua MPP Hidayatullah, Fery Indarto, dan disaksikan pula oleh Muhammad Samsudi selaku Kacab BMH Denpasar. (Yusran Yauma)