Hidayatullah.or.id – Ketua Umum DPP Hidayatullah Ust H Nashirul Haq mengatakan kader Hidayatullah di manapun berada harus selalu mengedepankan sikap washotiyah sebagai dasar perjuangan setiap kader dan anggota Hidayatullah.
“Hidayatullah selau menekankan sikap washotiyah dalam berdakwah, bersikap, dan berukhuwah. Prinsip washotiyah inilah yang bisa membuat Hidayatullah diterima semua pihak,” kata Ust Nashirul Haq saat memberikan taushiah acara silaturrahim DPD Hidayatullah se-Provinsi Bali, Ahad (24/04/2016).
Pesan Ust Nashirul tersebut selaras dengan penyampaian yang pernah diutarakan Pimpinan Umum Hidayatullah KH. Abdurrahman Muhammad, dimana beliau menegaskan bahwa keberadaan kampus-kampus Pesantren Hidayatullah di seluruh penjuru nusantara adalah sebagai alat peraga dakwah dan merupakan miniatur peradaban mulia yang secara inklusif dan transformatif mengejawantah keagungan ajaran Islam dalam segala aspek kehidupan.
Beliau mengatakan bahwa dalam melakukan dakwah Islam, Hidayatullah selalu mengedepankan inklusifitas dalam rangka terus mengeratkan ikatan persatuan umat dan interaksi sosial antar sesama manusia. Dengan demikian, dakwah akan terbangun dengan semangat persaudaraan serta jauh dari klaim dan saling vonis.
Sebab itu, beliau mendorong jamaah Hidayatullah hendaknya tidak berfikir ekslusif sehingga paradigmanya pun menjadi sempit. Hidayatullah memang ada cacatnya, tapi jangan sampai kemudian hal itu melemahkan kita dalam berkarya untuk umat ini dan berfastabiqul khairat dengan cara yang penuh hikmah dan kebijaksanaan.
Ketua Umum DPP Hidayatullah juga mendorong penguatan lembaga-lembaga pendidikan Hidayatullah sehingga dapat melahirkan kader kader dengan kualitas keilmuan yang tinggi.
“Sekaligus kualitas ruhiyahnya juga sejalan dengan keilmuannya. Jangan sampai hanya terkesan intelektual tetapi ruh spiritualnya tidak ada,” ujarnya.
Di akhir penyampaiannya beliau mendorong setiap kader dan anggota Hidayatullah harus bisa membangun komunitas Islami di manapun dia berada, karena Hidayatullah adalah ormas sehingga tidak semua anggotanya memungkinkan tinggal di pesantren.
“Di kampung-kampung atau di perumahan harus diupayakan ada halaqah” pungkas beliau. */ Zulkipli Abu Nuna