Hidayatullah.or.id — Ide dan produk produk karya dari kader dan jamaah Hidayatullah yang berkualitas dan pada kenyataannnya memberi manfaat kepada khalayak luas, maka dia bisa disentralkan. Demikian ditegaskan Sekjen PP Hidayatullah Ir Abu A’la Abdullah.
“Kalau secara standar sudah bagus, manajemen sudah siap, maka distandarisasi. Namun, kalau masih berupa ide ide besar dan belum memiliki standar manajemen dan standar operasional yang cukup, maka perlu dipending. Perlu penyelarasan antara gagasan, konsep, manajemen operasional, dan aplikasi di lapangan,” kata Abu A’la Abdullah kepada media ini di sela-sela acara Rakornas Hidayatullah 2014 di Kota Depok, Jawa Barat, ditulis Senin (20/01/2014).
Selain Grand MBA atau Gerakan Nasional Dasar Mengajar dan Belajar Al Qur’an, sistem pendidikan integral yang dimiliki Hidayatullah juga akan distandarisasi dan disentralisasi. Namun kata Abdullah, memang ke semuanya secara konsep harus benar-benar matang serta siap berkompetisi dengan produl lain.
“Katakanlah Grand MBA harus siap berkompetisi dengan metode lain seperti metode ummii atau qiroati,” kata beliau.
Beliau menegaskan bahwa sektor riil memang berkembang sangat pesat dan cepat. Sementara pendidikan yang diselenggarakan oleh kampus-kampus Hidayatullah adalah merupakan bentuk layanan masyarakat. Sehingga pelaksana pendidikan selalu dituntut untuk mengejar kualitas dan loyalitas. Sebab kalau ada konsep dan gagasan baru yang lebih dulu hadir, ia akan mengambil itu.
“Tapi kalau Grand MBA dan sistem pendidikan intgeral ala Hidayatullah menunjukkan sebuah gagasan nasional yang sama atau setidaknya kurang kurang sedikit dengan produk lainnya, itu bisa diangkat,” imbuhnya.
Bagaimana pun revitalisasi organisasi merupakan kensicayaan yang harus dilakukan agar terus ada inovasi, dan tidak boleh mandeg.
“Harus berkembang karena kompetisi fastabiqul khairat kita dengan teman-teman yang lain juga berjalan alamiah,” tandasnya. (ybh/hio)