JAKARTA (Hidayatullah.or.id) — Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah, Ust. Dr. H. Nashirul Haq, MA, menyampaikan 4 pesan dalam menghadapi Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
Agar pemilu dan pilpres berjalan dengan baik dan berkualitas, Nashirul mengatakan, kita harus mendorong pemerintah dan memberikan edukasi kepada masyarakat tentang 4 hal berikut.
Pertama, menjadikan pemilu tidak gaduh, harus berjalan damai, tenang, aman, dan nyaman.
Kedua, pemilu harus jujur dan transparan, mulai dari pelaksana, pelaku, pengawas, dan pesertanya.
Ketiga, jauhi permusuhan, adu domba, dan fitnah.
“Jangan saling menghujat dan caci maki, apalagi saling membenci dan bermusuhan dengan saudara, teman atau tetangga sendiri,” kata Nashirul dalam siaran naskah khutbah bertajuk “Memilih Pemimpin yang Berkualitas”, Jum’at, 28 Rajab 1445 (9/2/2024).
Pesan Keempat, lanjutnya, adalah bermunajat yang maksimal agar Allah menghadirkan pemimpin dan wakil-wakil rakyat yang jujur, adil dan bertakwa.
“Agar masyarakat Indonesia ini sejahtera lahir bathin dan bisa menjalankan ajaran agama dengan baik,” katanya.
Ia menegaskan, Pemilu adalah momentum untuk mengubah nasib bangsa menjadi lebih baik, lebih maju, adil, makmur, sejahtera, beradab, dan bermartabat.
Pemilu, dijelaskan dia, adalah proses pengalihan kekuasaan dan kepemimpinan nasional. Kita ingin setiap pergantian kekuasaan terlaksana dengan jujur, adil, dan damai. “Sebagai elemen bangsa terbesar, wajib bagi kita ummat Islam untuk menyukseskannya,” imbuhnya.
Menjaga Persatuan
Masih dalam naskah khutbahnya, Nashirul menyampaikan pentingnya untuk selalu menjaga persatuan dan kerukunan. Perbedaan partai yang kita pilih hendaknya tidak menimbulkan pertentangan, permusuhan, apalagi dendam.
“Karenanya, hindari provokasi, jauhkan adu domba, dan politik pecah belah. Kita tetap harus menjamin bahwa perbedaan itu tidak membahayakan ketenangan dan ketentraman masyarakat, asal disertai argumen yang kuat dan benar serta dialog yang baik dan terbuka,” ajaknya.
Nashirul menegaskan, umat Islam harus pro aktif dan tidak boleh berpangku tangan. Ketika menyaksikan kecurangan, pemalsuan, dan penyimpangan.
“Kita harus berani menjadi saksi, membela kebenaran demi kepentingan rakyat dan kemaslahatan bangsa. Jangan menjadi saksi tuli dan bisu, nyatakan yang benar, singkirkan yang salah,” urainya.
Bagi kita, memilih pemimpin itu bagian penting dari ajaran Islam. Jika ingin negara kita ini maju, berdaulat, adil, dan makmur.
Maka, terangnya, wajib bagi kita memilih pemimpin yang berkualitas, yaitu, pertama: memiliki integritas (bermoral dan beretika), dan, kedua, memiliki kapabilitas (mempunyai kemampuan dan kompetensi).
Dia menjelaskan, dalam hal ini Allah Subhanahu wa ta’ala mengisyaratkan dua kriteria pemimpin melalui ungkapan Nabi Yusuf Alaihissalam ketika menyatakan kesiapan untuk menjadi pejabat negeri Mesir.
قَالَ اجْعَلْنِيْ عَلٰى خَزَاۤىِٕنِ الْاَرْضِ ۚ اِنِّيْ حَفِيْظٌ عَلِيْمٌ ﴿يوسف ۵﴾
“Dia (Yusuf) berkata: “Jadikanlah aku bendaharawan negeri (Mesir), karena sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga (amanah) dan berilmu pengetahuan” (QS. Yusuf: 55)
“Allah Subhanahu wa ta’ala telah memberi rumus yang sederhana, jika bangsa ini menginginkan perubahan yang lebih baik, maka harus memilih pemimpin yang terbaik sebagaimana digambarkan dalam ayat tadi,” jelasnya.
Demikian pula, umat Islam harus aktif dan tidak pasif karena kita yang menghendaki perubahan dan perbaikan. Perbaikan nasib bangsa Indonesia terjadi oleh dan dari bangsa kita sendiri. Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوۡمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنفُسِهِمۡۗ وَإِذَآ أَرَادَ ٱللَّهُ بِقَوۡمٖ سُوٓءٗا فَلَا مَرَدَّ لَهُۥۚ
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya” (QS. Ar Ra’d: 11).
“Ayat ini memberi isyarat kepada kita agar bersungguh-sungguh melakukan segala bentuk ikhtiar, usaha, dan aksi nyata di lapangan,” tukasnya. (ybh/hidayatullah.or.id)