JAKARTA (Hidayatullah.or.id) — Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf (Ditzawa) Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI), Prof. Dr. H. Waryono Abdul Ghofur menilai Hidayatullah yang hadir berkhidmat di masyarakat sampai ke pelosok bisa menjadi contoh. Ia pun menceritakan pengalamannya saat mampir di Pesantren Hidayatullah Jayapura.
“Saat ke Papua Nugini, saya mampir salat jamak di Pesantren Hidayatullah Jayapura. Mungkin ini Hidayatullah pertama yang saya singgahi,” ujarnya tersenyum.
Hal itu disampaikan Prof Waryono saat menjadi pembicara pada hybrid event Kuliah Peradaban 2023 bertajuk “Zakat sebagai Pilar Peradaban” di Pusat Dakwah Hidayatullah, Cipinang Cempedak I/14, Otista, Polonia, Jatinegara, Jakarta Timur, Rabu, 11 Rabi’ul Awal 1445 (27/9/2023).
“Saya ingin belajar kepada Hidayatullah yang tidak mengklaim sebagai organisasi ke akar rumput tapi realitanya justru sudah berada di semua provinsi, kabupaten, kota, dan dakwahnya pun bahkan sampai harus dengan jalan kaki. Hidayatullah bisa menjadi percontohan,” lanjutnya.
Prof Waryono mengatakan Indonesia adalah kawasan kesatuan sangat luas dan masih banyak daerah masih “perawan” yang membutuhkan kehadiran gerakan zakat terutama dalam mengejar ketertinggalan. Di sisi lain, fasilitas atau infrastruktur yang ada terbatas hanya dapat diakses “orang kota”.
Prof Waryono menyampaikan sejatinya kita bisa mengejar ketertinggalan dengan segala potensi yang dimiliki. Sehingga, menurutnya, kedepan setiap kita punya kewajiban bersama sama menghadirkan secercah harapan baru.
“Wilayah yang sangat luas ini dengan pelayanan yang berbeda, tidak sama, anggarannya juga tidak sama, kualitas manusianya tidak sama, sementara kita harus maju bersama. Nah itulah yang menjadi tantangan kita,” imbuhnya.
Sebagai makhluk yang berperadaban, jelasnya, manusia sebenarnya mampu mengatasi berbagai tantangan yang ada. Berbeda dengan makhluk lainnya, seperti binatang, ia tidak pernah mengenal modernitas dan peradaban baru, kecuali yang dilatih untuk bisa beradaptasi.
“Sementara manusia adalah makhluk yang mampu mengatasi keterbatasannya,” tukasnya seraya mencontohkan salah satu kreativitas manusia mengatasi keterbatasan seperti membangun hunian bertingkat di lahan yang sempit di perkotaan.
Karenanya, ia mengatakan, untuk maju dan berkembang maka harus mengesampingkan semua hal yang bisa menjadi alasan.
“Bangsa yang mundur adalah bangsa yang banyak alasan. Kalau manusia betul betul mendayagunakan kapasitas yang diberikan oleh Allah Ta’ala, maka manusia adalah makhluk yang paling mampu mengatasi problem keterbatasan,” katanya.
Ia pun mengapresiasi berbagai inisiatif kebaikan gerakan yang telah dilakukan oleh komunitas Islam termasuk Hidayatullah dalam mengentaskan masalah masalah bangsa dengan hadir di titik titik rentan diantaranya dengan membuka layanan pendidikan yang berkualitas.
“Saya pikir, misi Hidayatullah kenapa ada di berbagai daerah itu juga menurut saya diantaranya adalah itu. Memfasilitasi teman teman kita, masyarakat kita, yang tidak bisa pergi jauh karena berbagai keterbatasan,” tandasnya.
Hybrid event Kuliah Peradaban 2023 bertajuk “Zakat Pilar sebagai Pilar Peradaban” yang digelar Lembaga Amil Zakat Nasional Baitulmaal Hidayatullah (Laznas BMH) bekerjasama dengan Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah ini dihadiri juga oleh Ketua Umum DPP Hidayatullah KH. Dr. Nashirul Haq, MA.
Selain itu, hadir juga manajemen BMH diantaranya Direktur Supendi, Ketua Pengurus Firman ZA, Sekretaris Pengurus Dede Heri Bachtiar, Bendahara Abdul Chadjib Halik, Sekretaris Lembaga Eko Muliansyah, Direktur Perhimpunan Tri Winarno, Direktur Prodaya Zainal Abidin, dan Kepala Humas Imam Nawawi yang sekaligus memandu acara ini. (ybh/hidayatullah.or.id)