MAMASA (Hidayatullah.or.id) – Kabupaten Mamasa berjarak sekira 330 kilometer perjalanan melalui kabuaten Polewali Mandar (Polman). Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Hidayatullah Sulawesi Barat yang dinahkodai Ustadz Imron M. Djufri, S.Pd.I merutinkan rute itu untuk memantapkan rintisan dakwah Hidayatullah di Kabupaten yang terkenal dengan jargon “sitayuk, sikamasei, sirande maya maya (saling menghormati, saling menghargai, saling mengasihi).
Berbeda jika rute itu ditempuh dari arah utara Mamuju, melalui kecamatan Tasiu kemudian masuk ke kecamatan Tabulahan termasuk ke wilayah kabupaten yang lazim disebut Kondo Sapata. Lebih dekat dengan jarak tempuh 149 kilometer saja.
Dua jalan yang menghubungkan ke kabupaten yang bersuhu minimal 16*C itu masih lebih mulus jika ditempuh melalui kabupaten Polman. Dan, jika ditempuh di jalur utara akan banyak terkendala dengan belum tuntasnya pembangunan infrastruktur di wilayah itu.
Menegangkan karena secara topografi tempat yang didiami sub suku Toraja yang berpenduduk sekira 190 ribu jumlah jiwa itu disesaki dengan pendakian, kelokan tajam, dan jalan licin usai guyuran hujan karena hampir semua panorama di wilayah itu adalah perbukitan.
Meski sudah difungsikannya bandar udara Sumarorong yang terletak 35 kilometer dari kota kabupaten namun penerbangan Mamuju-Mamasa masih sering terkendala.
“Berapa pun jarak dan waktu tempuhnya tetap kita tembus, karena sudah jadi komitmen kita untuk membuka cabang di (kabupaten) Mamasa tetap harus dilakukan,” kata Imron saat menyemangati pengurus wilayah lainnya saat memutuskan rencana tersebut.
Lanjutnya, Mamasa adalah satu dari enam kabupaten di Sulawesi Barat dan belum terbuka cabang Hidayatullah di daerah tersebut walaupun telah diagendakan.
Terhambatnya pembukaan lahan dakwah Hidayatullah di Mamasa terkendala sumber daya insani dan beberapa program di daerah lain yang membutuhkan perhatian khusus. Padahal permintaan akan kebutuhan tenaga dai tak pernah surut.
Kabupaten yang menawarkan eksotime alam yang indah ini menyajikan panorama yang sangat memikat, penduduknya ramah serta sangat terbuka dengan pendatang bahkan beberapa destinasi wisata cukup memikat pengunjung.
Sebenarnya sudah lama masyarakat muslim di sini menginginkan adanya kegiatan pendidikan keagamaan yang lebih intensif dengan penguatan nilai-nilai Islam di wilayah yang tidak mempunyai garis pantai itu.
Apalagi To Mamasa (sebutan bagi orang bersuku Mamasa) yang sangat kuat memegang tradisi leluhur sangat toleran dengan penganut agama lain. Sehingga sikap toleransi itulah yang menurut Kepala Kementerian Agama Kabupaten Mamasa H. Ahmad Barambangi, S.Ag.MA, optimis rintisan cabang Hidayatullah segera hadir di Bumi Kondo Sapata itu.
“Saya yakin Hidayatullah sudah menasional dengan gayanya yang santun bisa melebur di Mamasa, apalagi muslim di sini sangat menunggu-nunggu hadirnya lembaga pendidikan Islam,” kata Ahmad Barambangi.
Ketua Kemenag Kabupaten Mamasa yang tidak asing dengan dakwah Hidayatullah itu menjelaskan, bahwa Mamasa dengan tujuh belas kecamatan dan memiliki 135 desa terdapat beberapa kantong-kantong muslim dan sangat membutuhkan binaan.
Hal tersebut dikuatkan Lukman warga muslim yang mengakui meski sudah ada pembinaan agama yang dilakukan oleh sejumlah pihak, namun kehadiran Hidayatullah di Mamasa , harapnya, mampu melengkapi kehidupan beragama warga kabupaten yang memiliki luas 3.006 km² itu.
“Kami ingin masyarakat muslim di sini juga terbina sebagaimana di kabupaten lain. Apalagi di sini kami minoritas sehingga kami khawatir nantinya tidak dapat pendidikan dan mengamalkan agama ini sesuai dengan tuntunan sebenarnya,” sambung Abdul Hafidz menguatkan sahabatnya itu.
Langkah selanjutnya, DPW Hidayatullah Sulbar akan memastikan ketersediaan tenaga dai dan guru agama yang memang masih terbatas jumlahnya untuk melakukan pembinaan agama Islam menyusul desakan masyarakat muslim di Mamasa yang membutuhkan pembinaan.*/ Muhammad Bashori