Hidayatullah.or.id — Pimpinan Wilayah Hidayatullah Kalimantan Utara (PW Kaltara) bekerjasama dengan Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Bulungan, Tanjung Selor, menggelar workshop dan upgrading dai se-Kalimantan Utara. Acara yang berlangsung selama 2 hari ini di komplek Kampus Cordova Hidayatullah Tanjung Selor.
Upgraring ini diikuti oleh puluhan dai yang tersebar di wilayah Kalimantan Utara. Kegiatan ini sekaligus menjadi ajang temu kangen para dai yang memiliki tempat tugas dakwah yang berbeda baik dari aspek kultur, budaya, maupun geografis.
Dalam kegiatan ini ditelurkan rekomendasi diantaranya seorang juru dakwah (dai) atau muballig dituntut harus memampu melakukan diagnosa terhadap banyak problematika yang dihadapi umat dewasa ini.
Zaman makin berkembang, sehingga dinamika masalah keummatan pun bisa semakin kompleks. Dari kemampuan “diagnosa” yang dilakukan, diharapkan dai dapat memerankan fungsinya dengan baik sebagai pengabdi umat.
Diharapkan dengan adanya “Up Grading Dai” ini, para dai Hidayatullah dapat menempatkan dirinya secara bijak di tengah kemajemukan ummat Islam, mampu “mendiagnosis” problematika ummat sekaligus menjadi “problem solver”nya.
Serta mampu mentranformasikan kondisi ummat menjadi lebih baik dalam hal ibadah, tata perilaku, dan keilmuan.
Sementara itu, Ketua Pengurus Wilayah Hidayatulla Kaltara, Ustadz Nur Yahya Asa, dalam kesempatan tersebut mengingatkan kepada segenap dai untuk selalu menjaga keikhlasan karena hanya niat yang luruslah yang bisa membuat seorang dai bisa tetap survive di berbagai medan tugas.
Dai yang tangguh, lanjut Yahya, adalah dai yang bekerja dan berbuat semata-mata mengharap balasan dari Allah Ta’ala semata. Dai tangguh selalu mengedepankan amal ma’ruf kepada umat yang ia bina dengan kebijaksanaan, kearifan, dan keteladanan.
Ia bahkan menegaskan, dai adalah pemimpin serta pelopor setiap kebajikan di mana saja dia berada. Dai tangguh semacam ini tak akan pernah terpengaruh dengan pujian juga cacian, ketika lemah dapat segera kembali bangkit, serta selalu menjaga shalat jamaah 5 waktu di masjid.
Seorang dai juga harus punya keberanian dan selalu bersemangat. Beliau menganalogikan segerombolan perampok atau pencuri yang dipimpin oleh orang yang penuh semangat dan keberanian. Dai seharusnya harus lebih dari itu karena ia hadir untuk memberi kebaikan dan kemaslahatan, bukan ketakutan dan ancaman.
Untuk mengetahui siapa yang menjadi pemimpin dari sekelompok pencuri itu tidak susah, cukup kita ketahui siapa yg paling semangat di antara mereka maka dia itulah yg menjadi pemimpinnya, tukas Yahya.
“Sebab, sudah menjadi fitrah bagi manusia bahwa seorang pemimpin itu harus lebih memiliki semangat berlipat ganda dibandingkan dengan orang-orang yang dipimpinnya,” tegas Yahya Asa menandaskan saat sesi Penutupan Upgrading Dai Hidayatullah tersebut.
Upgrading Dai Pembangunan se-Kalimantan Utara ini terselenggara atas kerjasama diantaranya Laznas Baitul Maal Hidayatullah (BMH), PD Hidayatullah Bulungan, dan lain-lain. Sponsor berbagai instansi pemerintah maupun swasta turut serta melancarkan kegiatan yang berlangsung selama 2 hari ini. (ziz/hio)