MAMUJU (Hidayatullah.or.id) – Hidayatullah Peduli membantu korban banjir di dua lokasi yang berbeda lokasi di kecamatan Simboro dan kecamatan Mamuju, kabupaten Mamuju Sulawesi Barat dengan lebih dari 3000 korban terdampak atau 1.300 kepala keluarga.
Aksi ini berhasil menghimpun sejumlah bahan dan makanan pokok, pakaian layak pakai dan pakaian baru dari pedagang pasar serta alat-alat sekolah.
“Aksi ini adalah kontribusi unit TK, SD dan SMP dan Rumah Tahfidz Al-Furqan, Muslimat Hidayatullah, SAR Hidayatullah, serta Baitul Maal Hidayatullah (BMH) bergabung menggalang dana warga, walimurid murid dan masyarakat luas,” jelas Herman, kordinator aksi.
Salah satu penerima paket tersebut adalah pria lanjut usia, Daeng Rate, dengan beban seorang istri yang tinggal di “rumah” yang sudah bergeser sekitar 50 meter dari tempat semula.
Daeng Rate mengaku sangat bersyukur mendapatkan paket pakaian dan bahan makanan dengan sejumlah uang tunai. “Mudah mudahan diberkahi ‘ki Allah nak,” kata Daeng Rate dengan mata berkaca kaca.
Profesi pengumpul kardus bekas dengan pendapatan tertinggi paling besar 30.000 sehari itu bahagianya memuncak saat tau kalau dirinya akan dibangunkan rumahnya kembali oleh Hidayatullah Peduli.
Di hampir semua sudut kota Mamuju sebenarnya tergenang banjir pada hari itu (22/3), hujan mengguyur wilayah Mamuju sejak tengah malam sebelumnya hingga pukul 10.00 siang dan bertepatan dengan pasangnya air laut.
Arus air bandang terbesar membanjiri perempatan Simbuang setinggi leher orang dewasa hingga merusak kios kios dan rumah rumah penduduk sekitar sebagian lain rumah dan seisinya hilang diterjang banjir besar yang baru pertama kalinya terjadi di Mamuju.
Salah satu faktor banjir tersebut meluapnya muara sungai Mamunyu, Rimuku dan sungai Karema ditambah air laut sedang pasang.
Di sore harinya meski air berangsur surut namun masih menyisakan endapan lumpur dan perabot rumah tangga berlumuran lumpur, bebatuan dan pohon bawaan banjir yang berserakan.
Tersisa, isak tangis dan keringat orang yang sedang memunguti kembail barang-barang milik mereka yang berserakan dan sebagian hilang.
Tercatat sebanyak 30 warga Simbuang kehilangan hunian, rumah dan kios, pakaian dan alat-alat rumah tangga.
“Kami akan berupaya mendirikan kembali pemondokan mereka seperti semula,” lanjut Herman.
Korban kebanyakan berstatus menumpang di atas tanah milik salah seorang tokoh masyarakat sehingga tidak bisa dibangunkan secara permanen, bentuk bangunan hanya mengembalikan ke bentuk semula yakni pondokan berbahan kayu dengan atap daun rumbia dan seng.
Yang terpenting, menurutnya. Bangunan mushallaa sebagai sarana ibadah maupun taman pengajian dan kegiatan majelis taklim sangat sibutuhkan mengingat jauhnya jarak dengan masjid sekitar. */Muhammad Bashori