Hidayatullah.or.id — Hujan deras yang cukup tinggi melanda Aceh mengakibatkan sebagian daerah di kawasan barat selatan Aceh dilanda banjir dan longsor. Salah satu yang terdampak dari hujan deras adalah Hidayatullah Aceh Barat yang terendam air selama tiga hari semenjak Selasa (04/11/2014) lalu.
Derasnya hujan membuat kampus Pondok Pesantren Hidayatullah Aceh Barat tergenang air dengan ketinggian mencapai 2 Mdari permukaan tanah.
“Alhamdulillah, tidak semua material ditaruh di pondok sehingga tidak terjadi kerugian yang sangat besar,” ujar Ahmad Syakir, pengasuh Pesantren Tahfidzul Qur’an di Dusun Cot Kande, Desa Gampong Lapang, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat, Nanggroe Aceh Darussalam.
Tiga hari menurut Syakir adalah hari paling menghawatirkan bagi para pengasuh dan santri di kawasan pondok pesantren Hidayatullah Aceh Barat.
Ia mengatakan, terjadinya banjir akibat meluapnya air dari sungai Merebo yaitu sungai utama Kecamatan Kota Aceg Barat.
“Selama dua hari belakangan ini hujan tidak reda-reda sehingga kalipun tidak bisa menampung air dengan kubik yang sangat besar,” paparnya ke hidayatullah.com, Jum’at (07/11/2014).
Besarnya kubik air, mengakibatkan banyak barang-barang perlengkapan dan material pembangunan pondok pesantren Hidayatullah Aceh ini terwaba air. Bahkan pasir, semen, koral, kayu-kayu untuk membangun tempat pengajian pun ikut hanyut terbawa air.
Semenjak Jumat, air sudah mulai surut dan para santri sudah memulai aktifitas untuk membersihkan halaman pondok pesantren setelah diungsikan ke pondok cabang di Aceh Kota.
“Dengan cara manual dahulu untuk membersihkan lumpur-lumpur yang ada. Karena pompa airnya ikut terendam air dan sumur masih penuh dengan lumpur,” ucap Syakir.
Seperti diketahui, sebanyak 12 kecamatan di Kabupaten Aceh Barat dilanda banjir mengusul hujan lebat yang terjadi hampir sepekan semenjak Sabtu (31/10/2014) lalu. Banjir bahkan sempat membuat rumah penduduk rusak, jalan ambruk dan terputus serta membuat sebagian warga terkurung dan terisolasi.
Menurut Syakir, yang dibutuhkan saat ini untuk menjadikan pesantren ini bisa kembali beraktifitas normal adalah perlengkapan para santri di asrama berupa; baju, kompor, serta logistik untuk bisa bertahan hidup. “Karenakan semua terendam dan terbawa arus air yang sangat deras,” katanya.*/Khuluq
Selamatkan Mushaf Al Qur’an
Seorang santri tahfidz Al-Quran membuat kecemasan para pengasuhnya karena ingin menyelamatkan mushaf Al-Quran dengan cara menerjang banjir di Aceh Barat.
Seperti diketahui, musibah hujan deras yang menimpa sebanyak 12 kecamatan di Kabupaten Aceh Barat hampir sepekan semenjak Sabtu (31/10/2014) rupanya sempat merendam Pesantren Tahfidzul Qur’an di Dusun Cot Kande, Desa Gampong Lapang, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat, Nanggroe Aceh Darussalam.
Kala itu air semakin meninggi membuat semua barang-barang milik pondok pesantren ini mulai mengambang dan hanyut.
Tiba-tiba di tengah banjir, seorang santri bernama Saiful, yang kebetulan tidak bisa berenang ingin menyelamatkan mushaf Al-Qur’an yang saat ini sedang terapung.
Santri kelas 2 SMU asal Bireun ini secara spontan mengambil galon air dengan cara melilitkan di tubuhnya. Akibatnya, ia sempat terguling di bawah air dan terseret sehingga sempar membuat panik para pengasuhnya.
Akibatnya semuanya menjadi makin panik. Tidak lama salah seorang pengasuhnya berusaha menyelamatkan sang santri.
“Alhamdulillah bisa terselamatkan oleh pengasuhnya,” Ahmad Syakir, pengasuh Pesantren Tahfidzul Qur’an di Dusun Cot Kande, Desa Gampong Lapang, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat, Nanggroe Aceh Darussalam kepada hidayatullah.com, Jumat (07/11/2014).*/Khuluq