Hidayatullah.or.id — Ustadz Ismail Mappiasse mengingatkan bahwa orang yang mengaku Muslim, khususnya bagi kader Hidayatullah, seharusnya tidak mudah mengeluh dan tak pula kikir (pelit). Karena ibadah yang dilakukan seorang Muslim sejatinya menghantarnya menjadi manusia enerjik dan berkarakter mulia.
Sebaliknya, setiap orang yang mengaku Muslim harus selalu bergairah, penuh semangat, santun, serta gemar membantu serta senantiasa menyayangi saudara-saudaranya sesama Muslim dan manusia sekitarnya.
Hal itu disampaikan Ustadz Ismail saat melaporkan perjalanan dakwahnya usai shalat Magrib di Kampus Pondok Pesantren Hidayatullah Depok, Jawa Barat, Kamis (17/04/2014) malam. Ismail bersama puluhan dai lainnya sedang mengikuti upgrading dan training kepemimpinan yang digelar di kota ini.
“Kalau masih ada orang Islam yang suka mengeluh, suka sekali menyalahkan, berarti sholatnya belum benar karena itu semua adalah perbuatan keji. Orang yang sholatnya benar tidak akan melakukan kemungkaran,” kata Ustadz Ismail di hadapan para santri dan jamaah.
Secara umum telah dipahami bahwa shalat merupakan ibadah wajib bagi kaum Muslimin 5 waktu dalam sehari. Mengutip ayat Al Qur’an Surah Al Ankabut ayat 45, Ismail menegaskan kembali firman Allah Ta’ala bahwa sesungguhnya shalat adalah pencegah bagi orang beriman dari melakukan keji dan mungkar.
Perbuatan fahisyah dan munkar yang dimaksud ayat tersebut sebagaimana dalam tafsir ulama, jelas Ismail, adalah perbuatan buruk suka mengeluh, sombong, malas, pelit atau sekke’, berzina, berbuat kasar, dengki, marah, membunuh jiwa, dan perbuatan jelek lainnya yang bertentangan dengan fitrah kemanusiawiaan kita.
Namun kenyataannya, ujar Ismail, banyak dari kita kaum Muslimin yang rutin sholat lima waktu tetapi tidak jua ada perubahan ke arah yang lebih baik. Kondisi ini boleh jadi karena shalat kita bukanlah shalat yang dimaksud yaitu yang bisa mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.
“Sholat tidak berefek karena kita sholat hanya sekedar sholat, tidak mengerti esensi dari ibadah yang dilakukan,” kata Ismail yang pernah menjadi dai di Kapal Pelni selama sebulan lebih berlayar di laut dari satu kota ke wilayah lainnya.
Atas realitas tersebut, Ismail mengingatkan kepada kaum Muslimin khususnya kader Hidayatullah, agar tidak berhenti belajar mendalami segenap ajaran Islam mulai dari masalah ibadah hingga muamalah. Dengan demikian, segala tindak tanduk kita sebagai orang beriman tidak keluar dari koridor yang telah dituntunkan oleh Tuhan.
Ustadz yang saat ini bertugas di Kalimantan Utara ini menambahkan jamaah Hidayatullah harus bersyukur atas anugerah dari-Nya berupa kampus-kampus Hidayatullah sebagai miniuatur peragaan ajaran Islam yang menentramkan.
“Dengan lingkungan islami seperti ini, kita bisa dengan nikmat menjalankan ibadah sholat berjamaah. Kampus yang tersuasana seperti ini menjadi wadah kita untuk lebih dekat kepada Allah Ta’ala, ini yang harus kita syukuri,” tandasnya.
Sekedar diketahui, sebanyak 60 dai utusan Pengurus Wikayah (PW) Hidayatullah se-Indonesia mengikuti Training (Pelatihan) Kepemimpinan II “Membangun Leadership dan Managerial Skill Leader” di Kalimulya, Cilodong, Depok, Jawa Barat.
Pelatihan yang berlangsung di Aula Hidayatullah Training Center (HiTC) ini digelar oleh Departemen Organisasi dan Politik PP Hidayatullah bekerjasama dengan HiTC selama lima hari ini dibuka pada Rabu, 17 Jumadil Akhir 1435 H (16/4/2014) malam. (ybh/hio)