DEPOK (Hidayatullah.or.id) – Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah IV M. Samsuri, berpesan kepada mahasiswa yang telah wisuda dan telah menyandang gelar sarjana agar tak lekas berpuas diri, justru harus belajar dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.
“Anda harus terdepan dalam bekerja keras. Manjadda wajada, siapa yang bersungguh sungguh akan mendapatkan hasilnya. Kerja keras itu harus konsisten. Sampai kapan, sampai akhir hayat kita. Maka jadilah pembelajar sepanjang hayat,” kata Samsuri.
Hal itu disampaikan Samsuri ketika menyampaikan sambutan sekaligus arahan dalam acara Penugasan Dai Sarjana Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Hidayatullah di Gedung Aula Sekolah Pemimpin Kampus Hidayatullah Depok, Jawa Barat, Selasa, 8 Dzulqaidah 1443 (7/6/2022). (7/6/2022).
Samsuri mengatakan, ketika kita berada di tengah masyarakat hendaknya jangan merasa paling pintar. Seorang sarjana, menurutnya, harus lebih banyak menunjukkan dirinya sebagai pekerja keras.
“Saya titip pesan sekali. Ketika di tengah tengah masyarakat sebagai role model, tunjukkan bahwa saudara saudara adalah pribadi pribadi pekerja keras. Tentu dari aspek ibadah harus nomor satu, tetapi aspek menggali perekonomian di tengah tengah masyarakat harus juga dilakukan,” katanya.
Samsuri mengaku sangat berbahagia karena pada kesempatan itu ia dapat bersilaturrahim dengan para ustadz dan kader Hidayatullah yang akan mengemban misi keagamaan sekaligus misi ekonomi masyarakat yang menjadi misi karakter bangsa.
“Saya terharu datang ke sini. Sehingga hari ini saya tidak salah memilih satu jadwal yang penting dari beberapa jadwal yang lain,” ujarnya.
Dia mengutarakan, selain kemampuan agama, lulusan STIE Hidayatullah tentu juga memiliki kemampuan di bidang manajemen dan kemampuan di bidang ekonomi dimana ini bisa menjadi bekal untuk bermasyarakat.
“Sebagai dai sarjana yang hadir di tengah masyarakat, ini saya kira merupakan tugas yang sangat mulia,” kata dia seraya menekankan bahwa ukuran kesuksesan adalah apabila hidup kita memberikan manfaat yang sebesar besarnya untuk sesama.
“Semua pasti sepakat yang namanya keberhasilan dan kesuksesan sejati tidak diukur dengan tingginya jabatan, timbangan harta, atau karena banyaknya istri,” katanya diselingi guyonan.
Samsuri menambahkan, sukses yang sejati adalah ketika memberikan manfaat yang sebesar besarnya untuk sesama. Maka, terangnya, hidup kita harus memberikan kontribusi dimanapun kita berada dan apapun tugas kita.
“Ballighu ‘Anni Walaw Ayah, jadi memang harus menyampaikan dan menyebarkan kebaikan. Tentu, ketika akan menyampaikan dan menyebarkan kebaikan maka kita sendiri harus membekali diri kita supaya bisa menjadi role model,” ungkapnya.
Samsuri mengatakan bahwa ketika nantinya sarjana diterjunkan ke tengah tengah masyarakat, maka ia adalah pemimpin di tengah tengah masyarakat. Sementara seorang pemimpin masyarakat harus menjadi contoh/ teladan atau role model dari aspek apapun.
Keteladanan
Lebih jauh, sosok pendidik ini menyampaikan bahwa dakwah yang terbaik bukan hanya dari sisi ucapan semata tapi perbuatan dengan memberikan contoh di tengah tengah masyarakat.
“Keteladanan akan jauh lebih dimengerti dan jauh dipatuhi oleh masyarakat. Oleh sebab itu, supaya Saudara bisa berkontribusi lebih banyak di tengah tengah masyarakat, maka Anda harus menjadi role model terutama di dalam akhlak dan juga di dalam karakter,” pesannya.
Dalam pada itu, Samsuri mengimbuhkan, ketika kita berada di tengah tengah masyarakat tidak boleh hanya mau didengar. Namun, harus banyak mendengarkan.
“Artinya, sikap rendah hati itu menjadi sangat penting,” ujarnya menekankan sambil menukil perkataan psikolog Barat, Alfred Adler, bahwa orang jenius akan dikagumi, orang kaya dicemburui, orang berkuasa atau punya kedudukan cenderung ditakuti, tetapi hanya orang orang berkarakter yang dipercaya di masyarakat.
“Jadilah orang yang bisa dipercaya, menjadi katalisator yang memberikan pelayanan yang terbaik. Bukan menjadi penghambat. Ketika di masyarakat, harus menjadi katalisator bagi masyarakat,” pesannya.
Mantan Kepala Biro Perencanaan Kemendikbudristek ini menekankan bahwa pangkat, jabatan, materi, dan sebagainya yang melekat dalam diri kita sejatinya adalah titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaiknya baiknya bagi kemaslahatan sesama.
“Kaya boleh, cerdas harus, memiliki kekuasaan tidak dilarang. Tetapi, semua itu harus dilatarbelakangi dengan karakter hebat agar semuanya dimanfaatkan semata untuk pelayanan yang terbaik. Kalau punya harta, digunakan untuk kemaslahatan. Kalau punya kecerdasan diamalkan. Saya yakin Anda memilliki kecerdasan itu maka saatnyalah untuk diamalkan,” tandasnya.
Acara Penugasan Dai Sarjana Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Hidayatullah ini juga dihadiri Anggota Badan Wakaf Indonesia (BWI) Hendri Tanjung, pembina dan pengawas Pondok Pesantren Hidayatullah Depok, Ketua Yayasan Hidayatullah Depok Ust Lalu Mabrul.
Hadir juga Ketua Senat STIE Hidayatullah Depok Dudung A. Abdullah, Ketua STIE Hidayatullah Muhammad Saddam dan jajarannya, mantan Anggota Dewan Mudzakarah Hidayatullah yang juga mantan Ketua STIE Hidayatullah Abdul Muhaimin serta unsur orpen, amal, dan badan usaha Hidayatullah beserta tamu undangan, tokoh agam dan masyarakat.
Tampak pula pengurus DPP Hidayatullah Drs Wahyu Rahman dibersamai Muhammad Arfan AU yang sekaligus membacakan SK Penugasan Dai ini.*/Anchal