Hidayatullah.or.id -– Teladan Nabi Ibrahim dan keluarganya seolah tak ada habisnya untuk dibicarakan. Ibarat oase di tengah padang sahara, keteladannya dirindukan oleh setiap individu Muslim.
Ibrahim adalah figur teladan selain Nabi Muhammad dalam meniti jalan kebaikan dalam kehidupan ini. Keteladanan itu ada dalam setiap episode perjalanan dakwah Nabi Ibrahim.
Demikian dikatakan oleh Akib Junaid Kahar di hadapan peserta Rapat Koordinasi Kampus Madya Hidayatullah Regional Sulawesi, Maluku, dan Kalimantan Timur yang berlangsung sejak Jumat-Ahad (17-19 Oktober 2014) di Kota Palu, Sulawesi Tengah.
Akib berharap teladan Ibrahim bisa menjadi contoh kader dakwah di organisasi Hidayatullah.
“Saya tidak bisa membayangkan, jika profil santri-santri Hidayatullah seperti Ismail. Santri yang berkarakter punya komitmen ketaatan terhadap seruan dakwah dengan resiko apapun juga,” ucap Akib yang memangku amanah anggota Dewan Syura Hidayatullah 2010-2015.
Dengan karakter demikian, niscaya terjadi perkembangan dakwah yang sangat pesat. Sebab seorang kader dakwah berjiwa Ismail tak lagi pusing hendak ditempatkan di mana atau bertugas sebagai apa.
Kader dakwah seperti itu, masih menurut Akib, tak lagi mengenal istilah “daerah basah” atau “daerah kering”.
“Baginya sama saja, selama itu adalah perintah dan dalam rangka dakwah dan perjuangan Islam,” tegas Akib mengobar semangat peserta.
Dalam acara yang digelar di kampus Hidayatullah Palu, Sulawesi Tengah itu, Akib mengajak para kader dakwah menjadi teladan untuk diri dan keluarga.
Jika seorang telah mempraktekkan apa yang ia ucapkan. Niscaya serta merta orang lain meniru perilaku dan titah kebaikan itu.
Sebaliknya, ketika seruan itu sebatas wacana dan aturan teoritis semata, maka alih-alih perintah itu ditiru. Justru ia bisa mejadi bahan cemoohan dan olokan semata. Atau sekedar dilakukan karena alasan terpaksa dan tak ada pilihan lain, ujarnya.
Para pendakwah, menurut Akib wajib meyakini terlebih dahulu apa yang ia dakwahkan. Tak cukup dengan itu, ia juga harus memberi bukti atas semua isi ceramahnya.
Ia memberi tamsi, pendakwah layaknya seorang sales rompi anti peluru. Bagaimana ia mampu meyakinkan orang lain akan khasiat rompi tersebut. Jika ia sendiri ragu dengan kualitas yang ia jajakan setiap hari.
“Untuk memberi bukti dan meraih keyakinan, kalau perlu ia diberondong dulu dengan hujan peluru,” pungkas Akib Junaid.*/Masykur Abu Jaulah