AdvertisementAdvertisement

Kader Tangguh Tidak Lahir dari Kasur Empuk, Tapi Tempaan

Content Partner

MAROS (Hidayatullah.or.id) – Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia, Abdul Aziz Qahhar Mudzakkar mengatakan bahwa kader dan generasi yang tangguh lahir dari kerja keras dan penempaan dalam menghadapi rintangan.

“Generasi yang tangguh tidak lahir dari kasur yang empuk. Juga tidak lahir dari perjuangan biasa-biasa saja. Akan tetapi generasi yang tanggu adalah dia yang hidup di tempat yang penuh dengan kesederhanaan dan penuh rintangan serta tantangan,” kata Aziz Qahhar.

Hal itu disampaikan Aziz Qahhar ketika memberikan pidato sambutan peletakan batu pertama Asrama Santri di Pesantren Hidayatullah, Pucak Maros, Ahad, 20 Agustus 2017.

“Pada akhirnya mereka akan tumbuh pula menjadi generasi yang cerdas secara spiritual,” lanjut Senator Sulsel tiga periode ini.

Aziz yang juga Anggota Dewan Pertimbangan Pimpinan Umum Hidayatullah mengajak masyarakat yang hadir agar senantiasa bahu-membahu membangun dan mengembangkan serta mendukung pesantren tahfiz ini. Karena, lanjutnya, dari sinilah lahir kader-kader tangguh dan mandiri.

Pada kesempatan ini Aziz Qahhar juga sekaligus menutup daurah Al-Quran bersanad yang sudah dilaksanakan beberapa hari sebelumnya.

Pesantren Tahfiz Hidayatullah ini berlokasi di Kecamatan Tompobulu, Desa Tompobulu, Dusun Arra, Maros. Asrama Santri ini merupakan bagian dari Yayasan Ummul Qura.

Cabang Pesantren Hidayatullah ini konsen di bidang tahfizul qur’an. Dengan lokasi yang jauh dari pusat perkotaan sehingga layak menjadi pusat program menghafal dan kaderisasi.

Salah satu pembina Tahfiz di Yayasan Ummul Qura Pucak, Maros, Ahmad Harun, mengatakan Yayasan Ummul Qura Maros mulai dirintis pada 2010 dan aktif menerima santri pengahafal Alquran sejak 2013 sampai sekarang.

Saat ini, sebut dia, tercatat 20-an santri yang sudah menghafal 30 juz. Mereka sudah tersebar di berbagai kampus dan instansi.

“Misalnya Kampus Ar Raayah Sukabumi dan STIS Balikpapan. Ada juga yang menjadi imam masjid di beberapa masjid,” ungkap Ahmad Harun.

Harun menerangkan, lembaga tahfidznya tersebut relatif kondusif dari kebisingan kota sehingga tepat menjadi pusat pendidikan pendalaman dan penghafal AlQur’an.

“Kita hanya biasa mendengar kicauan burung dan binatang-binatang lain,” katanya. (ful/hio)

- Advertisement -spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Harga Mati Rejuvenasi

SAAT ini, organisasi Islam dihadapkan pada tantangan besar untuk terus berkembang dan beradaptasi dengan dunia yang semakin berubah. Di...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img