MAMUJU (Hidayatullah.or.id) – Dengan kesibukan dan profesi semua kader yang berbeda-beda lantas tetap bisa hadir pada setiap ada kegiatan-kegiatan kelembagaan itu adalah indikasi kepemimpinan yang berjalan efektif. Kepemimpinan efektif ini kemudian mendukung dalam rangka meluaskan khidmat dakwah Hidayatullah di nusantara.
Hal itulah yang mudah dilakukan kader ketika kepemimpinan yang memanggil. Dan, rupanya inilah yang membuat Hidayatullah ini terus berkembang, karena ketaatan sering melampaui kompetensi kader itu sendiri.
Demikianlah dikemukakan Ketua Bidang Tarbiyah DPP Hidayatullah Drs. Tasmin Latif saat memberikan wejangan di hadapan seluruh kader Hidayatullah Sulawesi Barat saat melaksanakan Halaqah Kubro yang diadakan empat bulan sekali itu di Kampus II Hidayatullah Salutalawar, Kabupaten Mamuju, Sulbar, baru baru ini.
Ustadz Tasyrif, sapaan familiar calon anggota DPD RI asal Provinsi Sulawesi Selatan (non-partai/independen) ini juga menegaskan agar selalu meniru semangat para pendahulu Hidayatullah dalam menjalankan tugas dengan kemampuan seadanya tapi mampu berkhidmat untuk bangsa sebagai penyuluh agama dengan membuka kanal dakwah hingga jauh ke pedalaman Papua.
“Bahkan ketika kader diminta laporan saat kembali ke Kampus Pusat Hidayatullah di Gunung Tembak, mereka selalu mengatakan keberhasilannya lantaran didoakan oleh jamaah dan mendapat pertologan Allah Taala,” katanya.
Peserta halaqah serius menyimak wejangannya yang penuh semangat. Tasyrif juga menegaskan kiranya kader Hidayatullah selalu mengedepankan ibadah-ibadah nawafil. Menurutnya penerapan ibadah-ibadah yang lain kian dimudahkan kalau gerakan nawafil lembaga dijalankan dengan baik.
Kader menurutnya, harus ikhlas dalam artian fokus dalam menjalankan amanahnya. Tidak tergoda dengan embel-embel atau predikat semu yang sering mengalihkan tujuan.
Dimisalkan, dalam mengelola sekolah mencari murid yang banyak itu perlu. Namun, tegas dia, meningkatkan kualitas pembelajaran agar jadi penyelesaian masalah itu juga lebih penting. “Karenanya jumlah yang banyak kalau tidak bisa menyelesaikan masalah adalah musibah,” pesannya.
Kampus Hidayatullah Salutalawar sebagai tuan rumah tak urung ia sarankan agar menjadi pusat pendidikan berbasis boarding, meski kondisi yang sekarang sudah mengalami kemajuan dibanding tahun-tahun sebelumnya.
“Saya suka melihat perkebangan di Kampus Salutalawar ini, ini sebagai sarana merawat kultur berjamaah dan menyelematkan sistem yang terpola ini,” ujarnya.
Kampus dengan luas sekira 3 hektar yang berjarak 19 kilometer dari kota Mamuju itu memiliki panorama menghadap ke lautan. Dan saat ini sedang berjalan kegiatan pendidikan penghafal quran sebanyak 38 santri putra. Sehingga menjadi fokus program pada tahun 2019 untuk pengembangan tahifidz unggulan di Sulawesi Barat.*/Muhammad Bashori