BATAM – Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah KH Nashirul Haq mengatakan segenap dai Hidayatullah harus selalu membesarkan Allah Subhanahu wa Ta’aala dalam setiap amanah yang diemban.
Pesan tersebut diutakarannya saat melepas sekaligus menyampaikan taushiah dalam acara penugasan kader dai/daiyah sarjana Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Hidayatullah di Kota Batam, Ahad (6/5/2018).
“Para kader yang akan bertugas, hendaknya meluruskan niat dalam mengemban setiap amanah yang diberikan kepada kita, terutama tugas dakwah, warabbaka fakabbir. Jadi, tujuan kita mengemban risalah dakwah ini adalah membesarkan Allah Subhanahu Wata’ala, bukan pribadi, kelompok, atau yang lainnya,” pesannya.
Kandungan ayat 3 Surah Al Muddatsir tersebut memuat pesan agar setiap muslim khusnya para kader dai harus selalu mengagungkan Allah SWT. Jiwa raganya selalu terwajahi kebesaran Allah. Sehingga tidak ada yang besar di hadapannya selain Allah.
Seiringan dengan itu, dai harus mengejanwatahkan nilai-nilai yang terkandung dalam ayat selanjutnya, watsiyabaka fa thahhir. Yakni seruan untuk selalu menjaga dan menyucikan hati, meluruskan niat jangan sampai seorang dai menyampaikan risalah-Nya untuk mendapat keuntungan duniawi.
“Karena seorang dai adalah qudwah. Makanya, salah satu kaidah dakwah adalah alqudwah qabla da’wah, dahulukan dulu keteladanan baru mengajak orang. Sebuah pepatah mengatakan, lisanul hal afsahu min lisanil maqal,” lanjutnya.
Ust Nashirul lantas menceritakan pengalamannya saat ia diamanahi oleh pendiri Hidayatullah Allahuyarham Abdullah Said untuk tugas ke Cilodong setamatnya dari bangsu SMA.
Sebelum berangkat menuju tempat tugas barunya, ia dipanggil oleh Abdullah Said lalu didoakan kemudian ditugaskan. Sewaktu mau berangkat ke Madinah untuk melanjutkan amanah studinya, Nashirul juga panggil dan dibekali nasehat.
“Bersyukurlah adik-adik sekalian sebelum ditugaskan, sudah dibekali terlebih dahulu. Bekal mental dan ilmu selama kuliah. Kami dulu, hanya modal semangat dan mental untuk siap ditugaskan dimana saja. Bahkan saya tulis siap tugas ke Wamena, Banjarmasin, Palangkaraya,” katanya.
Dalam pada itu, Ust Nashirul mengingatkan, ilmu akan terasa manfaatnya ketika digembleng di lapangan. Kalau ilmu dalam kelas saja, tidak bisa melahirkan apa-apa, tidak bisa melahirkan pemimpin, tidak menumbuhkan keberanian serta tidak melahirkan inovasi dan kreativitas.
“Kelak, inilah nanti perkuliahan sejati yang akan dihadapi. Alhamdulillah, bagi santri Hidayatullah sudah tidak susah untuk mengemban amanah di daerah, karena sudah pengalaman apa yang ia jalani selama di pondok,” katanya.
Ia mengimbuhkan, dakwah adalah tugas mulia. Dakwah adalah pekerjaan para nabi dan rasul. Itulah profesi paling mulia: adda’watu ilallah, wa Man ahsanu qaulan mimman da’a ilallah.
“Jadi, apapun profesi dan jabatan kita, tugas kita semua ini adalah dai. Sehingga hendaknya juga seorang dai menjaga muruah, menjaga diri, berakhlaq. Warujza fahjur, menghindari dosa dosa,” ingatnya.
Pelepasan penugasan kader dai/daiyah sarjana Sekolah Tinggi Ilmi Tarbiyah (STIT) Hidayatullah di Kota Batam, ini menugaskan sebanyak 55 dai/daiyah yang dikirim ke berbagai daerah di Indonesia baik kawasan perintisan, terpencil, minoritas dan di kampus-kampus Hidayatullah yang masih membutuhkan tenaga dai.
Penugasan tersebut turut disaksikan oleh Dirjen Pembangunan Kawasan Transmigrasi (PKTrans) Kemendesa PDTT H.M Nurdin yang sekaligus didapuk memberikan wejangan kepada para dai sarjana tentang wawasan kebangsaan. Hadir pula Ketua Yayasan Hidayatullah Batam KH Jamaluddin Nur yang juga Ketua Departemen Hubungan Antar Lembaga DPP Hidayatullah dan Ketua DPW Hidayatullah Kepri Khoirul Amri dan jajaran serta sejumlah tokoh masyarakat dan undangan.*/Azhari