JAKARTA (Hidayatullah.or.id) — Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Dr KH Anwar Abbas menyerukan agar umat kuasai kapital jika ingin menjadi penentu. Dia mengingatkan bagaimana umat Islam Indonesia yang mayoritas tak punya kuasa langsung menentukan nasib bangsa dan negara.
“Yang menjadi penentu (arah bangsa) adalah yang menguasai sumber daya material di Indonesia. Kita saat ini mayoritas namun bukan lah penentu,” ujar Buya Anwar dalam acara Kuliah Peradaban mengangkat topik “Peran Umat Islam Membangun NKRI Dulu, Sekarang, dan Besok”, digelar secara hibryd yang disiarkan secara langsung di channel Hidayatullah ID, Selasa, 26 Rabiul Awal 1443 (2/10/2021).
Buya Anwar mengingatkan bahwa peradaban berkaitan erat dengan kemajuan. Dia juga memnyampaikan terjemah Al-Qur’an bahwa “Era (kekuasaan) itu akan Allah pergulirkan di antara manusia”.
“Tidak akan ada satu bangsa yang mampu mempertahankan kekuasaannya selama-lamanya,” ungkapnya.
Anwar Abbas mengungkap bahwa menurut prediksi pakar, pada tahun 2040/2050, Indonesia akan menjadi negara maju dengan penghasilan bruto tertinggi keempat di dunia. “Yang menjadi pertanyaannya, ketika negeri ini menjadi negara maju siapa yang akan menjadi penentu.”
12 Posisi Strategis
Buya Anwar juga menyebut bahwa kontribusi umat Islam bagi bangsa ini bisa dilihat dari 12 posisi strategisnya: agamawan, cendekiawan, politisi, pengusaha, birokrat, jurnalis, professional, pendidik, pekerja sosial, budayawan, tentara/polisi, yuridikatif.
“Kedua belasnya adalah penentu ritme kehidupan kita berbangsa. Semuanya di tangan umat, tapi kenapa kita tak bisa menjadi penentu, karena ada satu posisi yang tidak kita tempati, yakni pengusaha,” papar Buya Anwar yang juga salah satu Ketua Pengurus Pusat Muhammadiyah tersebut.
Buya Anwar mengingatkan bahwa yang menjadi penentu adalah yang menguasai sumber daya material di Indonesia.
“Jumlah etnis Tionghoa hanya 3% tapi mereka lah yang menjadi penentu. Mereka menguasai kapital dan kemudian dapat menguasai politik,” ungkapnya.
Oleh karena itu, menurut Buya Anwar, umat Islam harus menghijrahkan mentalitas, “dari mental pekerja menjadi mental pengusaha”.
“Sulit bagi kita untuk memajukan bangsa ini selama generasi kita tak memiliki mentalitas pengusaha. Negara tak bisa maju jika tak ada uang. Pendidikan kita tak mengajarkan bagaiman cara mendapatkan uang itu,” imbuhnya.
Buya Anwar pun berharap agar umat Islam segera mengambil langkah agar bisa menjadi penentu saat Indonesia menjadi negara maju. Untuk itu, dia menasehatkan agar membiasakan anak didik untuk berbisnis
“Saya berharap Hidayatullah bisa memulai, melalui jaringan pendidikannya yang sudah tersebar. (Agar kelak) Dari 10 orang terkaya, 9 antaranya dari kalangan Muslim, 6 di antaranya dari Hidayatullah,” pungkasnya.*/Fida A/ Hidayatullah.com