SEBUAH perjalanan sarat pelajaran penuh dedikasi dan pengabdian, terukir dalam kisah inspiratif Ustadz Muhammad Sanusi, seorang dai yang tak kenal lelah menebar cahaya dakwah di pelosok negeri.
Lahir di Subang, Jawa Barat, pada 16 Agustus 1975, Sanusi bagaikan lentera yang menerangi jalan bagi umat di Papua. Sejak tahun 1997, ia bergabung dengan Pondok Pesantren Hidayatullah di Timika, Papua, dan sejak saat itu, perjalanan dakwahnya dimulai.
Setelah kurang 2 tahun bergabung di Pondok Pesantren Hidayatullah Timika Papua sebagai guru, pada tahun 1999 Sanusi mendapat tugas meneruskan perintisan dakwah di Serui. Selain berdakwah dengan menjalin silaturrahim dengan siapapun di sana, Sanusi juga membantu perintisan Hidayatullah Serui.
Tahun 2000 menjadi titik balik bagi Sanusi. Bertepatan Hidayatullah bertransformasi dari organisasi sosial menjadi organisasi masyarakat, dan Sanusi mendapat amanah baru sebagai Ketua Departemen Dakwah di Jayapura.
Tak hanya berdakwah, Sanusi juga ditugaskan meneruskan perintisan layanan pendidikan umat yaitu Madrasah Tsanawiyah (MTs) Hidayatullah Jayapura, mengantarkan pendidikan formal bagi masyarakat setempat.
Pengabdian Sanusi tak berhenti di situ. Pada tahun 2006, ia ditugaskan ke Kabupaten Merauke, dan kemudian ke Kabupaten Fakfak untuk merintis MTs Al-Fath.
Di Fakfak, Sanusi tak hanya mengajar, tetapi juga berdakwah ke daerah-daerah binaan di kota Fakfak dan sekitarnya.
Ya, Sanusi telah mewakafkan dirinya untuk menyebarkan ajaran Islam dan membantu masyarakat. Bagi Sanusi, dengan memilih dakwah sebagai jalan hidup, dia ingin mengabdi tidak hanya kepada agama, tetapi juga kepada bangsa dan negara.
“Dakwah adalah jalan hidup yang saya pilih untuk mengabdi kepada agama, bangsa, dan negara, semata mata demi untuk kemajuan umat dan agar agama ini tegak,” katanya.
Dapat Amanah Baru
Tahun 2010, Sanusi kembali mendapat amanah baru, kali ini di Kota dan Kabupaten Sorong Papua Barat. Ia diamanahkan sebagai Ketua DPD Hidayatullah dan Kepala Madrasah Aliyah (MA) Hidayatullah di Kabupaten Sorong.
Dedikasi dan pengabdiannya tak kenal lelah, ia terus menebar cahaya dakwah di pelosok Papua Barat. Dibersamai sang isri tercinta, Sri Handayani, ia terus bergerak dalam simfoni dakwah yang membumi.
Pada tahun 2013, Sanusi kembali ke Fakfak untuk memimpin DPD Hidayatullah di sana. Dan pada penghujung tahun 2016, ia ditugaskan ke Manokwari, ibukota Papua Barat, sebagai Ketua Departemen Perkaderan DPW Hidayatullah Papua Barat dan sekaligus Ketua Yayasan Kampus Madya Hidayatullah Manokwari.
Pengalaman dakwah Sanusi di Manokwari tak terlupakan. Ia berdakwah tak hanya di daerah perkotaan Manokwari, tetapi juga di daerah binaan Transmigrasi dari SP 1 hingga SP 11. Ia bahkan turun berdakwah ke pedalaman yang jauh dari kota Manokwari, menembus medan jalan yang terjal dan curam.
“Tantangannya menarik dan sangat menantang karena harus menempuh perjalanan panjang, belum lagi medan jalan yang sebagian besar masih bebatuan tajam dan curam,” kenang Sanusi, seperti dikutip dari laman Posdai.or.id.
Dedikasi Sanusi tak sia-sia. Kehadiran Hidayatullah di Papua Barat Daya membawa dampak positif bagi masyarakat. Mereka merasa terbantu dari segi moril dan materi, terbebas dari buta huruf Al-Quran, dan mendapatkan pemahaman keagamaan yang lebih baik.
“Semoga kami senantiasa diberikan keistiqomahan dalam berdakwah di jalan Allah SWT dengan mengedepankan kepentingan Ummat demi menggapai ridho Allah SWT,” kata Sanusi penuh harap.
Kisah Muhammad Sanusi adalah bukti nyata bahwa dedikasi dan pengabdian tak kenal batas. Ia bagaikan lentera yang tak pernah padam, menerangi jalan bagi umat di pelosok negeri.
Ustadz Sanusi dikarunai 6 orang anak. Mereka adalah Uswatun Hasanah (tahun ini selesai dari STIBA Ar Raayah Sukabumi), Farih Ramadhan (semester 4 STIBA Ar Raayah Sukabumi), Fikroh Luthfi Auliya (tahun ini masuk STIBA Ar Raayah Sukabumi), Umar Abdullah (Kelas 5 MI integral Hidayatullah), Uzair Ubadillah (kelas 1 MI) dan yang terakhir bernama Fardan Mu’tashim Billah (2,5 tahun)
Sanusi berkomitmen untuk terus berada di jalan dakwah ini meski dengan tantangan yang tidak ringan. Inspirasinya akan terus menggema, mendorong generasi muda untuk terus berkarya dan membawa manfaat bagi agama, bangsa dan negara. (ybh/hidayatullah.or.id)