AdvertisementAdvertisement

[Khutbah Jum’at] Etika Bermedia Sosial dan Memperhatikan 5 Kaidah

Content Partner

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي امْتَنَّ عَلَى الْعِبَادِ بِأَنْ يَجْعَلَ فِي كُلِّ زَمَانِ فَتْرَةٍ مِنَ الرُّسُلِ بَقَايَا مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ، يَدْعُونَ مَنْ ضَلَّ إِلَى الْهُدَى، وَيَصْبِرُونَ مِنْهُمْ عَلَى الأَذَى، وَيُحْيُونَ بِكِتَابِ اللَّهِ أَهْلَ الْعَمَى، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا، أَمَّا بَعْدُ

فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِىي وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْن. قَالَ اللهُ تَعَالَى: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.. وَقَالَ اللهُ تَعَالَى: وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلاً مّمّن دَعَآ إِلَى اللّهِ وَعَمِلَ صَالِحاً وَقَالَ إِنّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

Jama’ah Shalat Jum’at rahimakumullah,

Pada moment yang mulia ini, khatib mengajak kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi, untuk mengevaluasi diri.

Apakah pesan dan ajakan peningkatan takwa dari Khatib pada Jumat yang lalu sudah kita lakukan?

Apakah sepekan belakangan ini kita sudah berupaya maksimal untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT?

Jika nurani kita dengan jujur menyatakan tidak atau belum maksimal, maka pada momen yang mulia ini, Khatib mengajak jamaah untuk sama-sama bertekad meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan cara melaksanakan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari seluruh yang diharamkan.

Semoga kita disatukan Allah dengan kaum muttaqin lintas generasi. Aamiin Ya Rabb

Jama’ah Shalat Jum’at rahimakumullah,

Era digital dewasa ini, telah membuat arus informasi demikian deras memenuhi diskursus ruang-ruang publik, apalagi sejak maraknya kultur media sosial ditengah masyarakat. Trend penggunaan media sosial dari tahun ketahun terus mengalami peningkatan di negeri ini.

Menurut laporan We Are Social, jumlah pengguna internet di Indonesia telah mencapai 213 juta orang per Januari 2023. Jumlah ini setara 77% dari total populasi Indonesia yang sebanyak 276,4 juta orang pada awal tahun ini.

Jumlah pengguna internet di Tanah Air naik 5,44% dibandingkan tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Pada Januari 2022, jumlah pengguna internet di Indonesia baru sebanyak 202 juta orang.

Adapun jumlah pengguna media sosial di Indonesia hingga Januari 2023 , tercatat mencapai 167 juta orang. Jumlah tersebut setara 78 persen dari jumlah total pengguna internet di Indonesia yang mencapai 212,9 juta.

Kondisi ini menunjukan betapa dengan manjanya orang Indonesia dalam mengkonsumsi informasi, serta betapa mudahnya dalam berkomunikasi. Kultur menerima dan mengirim berita dengan segera membuat berita dengan cepat tersebar ke seluruh penjuru dunia.

Luas bola dunia yang mencapai lebih dari setengah miliar kilometer persegi seolah mengkerut. Informasi beredar secara instan, kehidupan sosial banyak bergeser ke dunia maya, dan sebagian orang bahkan rela menghabiskan separuh waktunya tenggelam dalam interaksi lintas dunia.

Lebih radikalnya, pola interaksinya sudah semakin bebas dan semakin sulit untuk dibatasi.

Masing-masing orang menggunakan media sosial untuk kepentingannya sendiri-sendiri; dari sekedar mencari popularitas, ajang pamer, mengais rejeki, bahkan medsos disesaki debat kusir saling menjatuhkan, ghibah (gosip), fitnah, berita bohong (hoax), hingga peningkatan jumlah musuh-musuh baru.

Media sosial juga sering digunakan unutk tujuan politik tertentu. Aroma persaingan menjelang tahun politik 2024. Sudah mulai memanas di komunikasi dunia maya.

Saling caci, saling hujat, saling fitnah, tidak hanya dengan bahas literal dan verbal, namun juga dengan media visual yang diedit dan dibuat dengan cara yang menjijikan dan kotor.

Jama’ah Shalat Jum’at rahimakumullah,

Islam bukan agama yang anti perkembangan teknologi. Namun demikian memiliki prinsip-prinsip yang tidak boleh dilanggar.

Islam juga memiliki ajaran akhlak yang agung, bukan hanya sekedar konsep namun dipraktekan dan ada contoh real yang dilakukan Rasulullah.

Oleh karenanya, menyikapi pola interaksi dunia maya yang sekang ini sudah menjadi budaya di masyarakat kita, sebagai seorang beriman kita dituntut bijak.

Sudah seyogianya kita memposisikan media sosial tak lebih dari sekadar alat untuk melakukan kebaikan dan mempermudah melakukan kebaikan.

Terlebih menjelang tahun politik 2024, dimana tensi persaingan meraih simpati masyarakat untuk mendapat dan mempertahankan kekuasaan demikian tinggi.

Oleh karenanya, jamaah sekalian, mari kita jadikan media sosial untuk ibadah dan kebaikan. Mari kita jaga jari kita dalam menggunakan handphone kita dengan memperhatikan hal-hal berikut:

Pertama, pahami aturan hukum yang berlaku.

Terkait dengan kehidupan era baru di dunia maya saat ini, ada hal hal yang perlu dipedomani agar tidak membawa dampak buruk terhadap psikologi dan hubungan kita dengan orang lain.

Undang-undang (UU) No. 19 Tahun 2016 perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik adalah aturan hukum yang berlaku di negeri ini. Didalamnya terdapat ketentuan, beberapa larangan dan konsekwensi hukuman.

Bahkan, Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah menerbitkan Fatwa MUI Nomor 24 tahun 2017 tentang Hukum dan Pedoman Bermuamalah Melalui Media Sosial.

Fatwa ini sangat bermanfaat bagi umat Islam untuk menjadi pedoman dan panduan dalam menyikapi derasnya informasi di era media sosial saat ini.

Oleh karenanya, kiranya sangat tepat jika kaum muslimin juga memahami dan menelaah peraturan yang berlaku dinegeri ini, sehingga interaksi kita tidak berujung jeruji besi. Ketikan jari kita tidak berakhir di penjara.

Kedua, gunakan etika yang baik

Mari kita jadikan media sosial sebagai sarana berbuat kebaikan dan menyebarkan kebaikan. Oleh karenya perlu dibingkai dengan cara cara yang baik, rangkai kata kata dan kalimat yang baik.

Gunakan tanda baca dan emot yang baik dan tepat. Buat dan kirim gambar serta video baik yang mendorong orang berbuat baik.

Hindari mengirim kata, kalimat, tanda baca, maupun emot yang menjelekan dan menghinakan. Jaga jari kita mengirim gambar dan video yang berisi fitnah dan provokasi.

Bukankah Allah SWT sudah mengingatkan, Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Hujurat (49) ayat 11:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاۤءٌ مِّنْ نِّسَاۤءٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّۚ وَلَا تَلْمِزُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْاَلْقَابِۗ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِيْمَانِۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan itu) lebih baik daripada mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olok itu) lebih baik daripada perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela dan saling memanggil dengan julukan yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) fasik setelah beriman. Siapa yang tidak bertobat, mereka itulah orang-orang zalim.”

Demikian pula, bukankah Rasulullah SAW sudah menegaskan:

لَيْسَ الْمُؤْمِنُ بِالطَّعَّانِ وَلَا اللَّعَّانِ وَلَا الْفَاحِشِ وَلَا الْبَذِيءِ

Seorang mukmin bukanlah orang yang banyak mencela, bukan orang yang banyak melaknat, bukan orang yang keji, dan bukan pula orang yang kotor omongannya.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)

Ketiga, cek and re-check

Saat informasi tampil dilayar HP kita, sebaiknya terlebih dahulu kita cek dan re-check apakah informasi tersebut sesuai kenyataan atau hoaks.

Sebaiknya kita cari informasi pembanding untuk melihat validitas informasi yang kita dapatkan. Inilah tabayyun.

Sebaiknya kita konfirmasi terlebih dahulu ke pihak yang terkait. Sebaiknya kita lakukan cover both sides, mengkonfirmasi kepada kedua belah pihak apabila menyangkut dua pihak yang berkonflik.

Bukankah dalam Al Qur’an, surat Al Hujurat ayat 6, Allah SWT memerintahkan untuk melakukan tabayyun (klarifikasi):

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ جَاۤءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْٓا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًاۢ بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ (٦)

“Hai orang-orang yang beriman, jika seorang fasik datang kepadamu membawa berita penting, maka telitilah kebenarannya agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena ketidaktahuan(-mu) yang berakibat kamu menyesali perbuatanmu itu”

Keempat, saring sebelum sharing

Tidak semua informasi boleh disampaikan dan dikabarkan kepada khalayak ramai. Walaupun sesuai kenyataan, apakah cara kita menyampaikan informasi tersebut akan menyebabkan kerugian bagi sekelompok orang.

Pendek kata, yang lebih aman bagi kita menyebarkan informasi yang di dalamnya mengandung kebaikan dan kemaslahatan bagi orang banyak.

Kita harus menyadari bahwa informasi yang berasal dari media sosial memiliki dua kemungkinan yakni benar dan salah.

Dari dua hal ini kita harus mengetahui bahwa yang baik di media sosial itu belum tentu benar.

Yang benar belum tentu bermanfaat. Dan, yang bermanfaat belum tentu cocok untuk disampaikan ke ranah publik.

Tidak semua informasi yang benar itu boleh dan pantas disebar ke ranah publik. Kita tidak boleh langsung menyebarkan informasi.

Jika dahulu, orang yang cerdas adalah orang yang memiliki banyak informasi. Maka sekarang, orang yang cerdas adalah orang yang mampu menyaring banyak informasi.

Jama’ah Shalat Jum’at rahimakumullah,

Kelima, gunakan seperlunya

Yang paling rentan dilupakan saat bermedia sosial adalah betapa berharganya waktu. Berbagai kemudahan yang disediakan sering membuat pengguna berselancar berjam jam melewati batas kebutuhan semestinya.

Orang kadang tidak hanya bertegur sapa dengan sesama atau publikasi aktivitas di medsos, tapi juga sampai pada kegiatan kegiatan mubazir bahkan maksiat, yang kesemuanya menghabiskan banyak waktu.

Seringkali kita mengabaikan waktu terbaik dengan keluarga, dengan pasangan, dan anak-anak kita. Kita sering lihat orang berkumpul tapi asyik dengan komunikasi gawainya.

Maka, mulai sekarang, mari kita gunakan media sosial seperlunya, kita perkokoh waktu terbaik dengan orang sekeliling kita.

Jama’ah Shalat Jum’at rahimakumullah,

Manusia dianugerahi akal sehat, hati nurani, yang memungkinkan dia berlaku bijaksana. Sebagaimana perangkat dunia lainnya, tidak seharusnya manusia diperbudak media sosial. Justru, semestinya, ia mengendalikannya.

بَارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah Kedua:

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ


فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Daiyah Sarjana STIS Hidayatullah Siap Bangun Generasi Cerdas untuk Indonesia Emas 2045

BALIKPAPAN (Hidayatullah.or.id) -- Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Hidayatullah Balikpapan menggelar acara penugasan daiyah sarjana tahun 2024 di Kampus...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img