إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْه ُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اما بعـد قال الله تعالى: اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا
Hadirin jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala
Muhammad Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam diangkat menjadi seorang nabi dan rasul sejak mendapatkan wahyu al-Qur’an surat al-‘Alaq. Sejak itulah mulai ada ketidaksukaan, penentangan, bahkan permusuhan kepada Rasulullah dari orang-orang kafir Quraisy di Makkah.
Padahal, Muhammad sebelumnya mereka gelari sebagai Al-Amin, orang yang bisa dipercaya dan karakter amanah itu tetap tidak berubah. Namun misi kenabian dan kerasulan yang dibawa Muhammad mengubah sikap orang-orang kafir Quraisy. Padahal al-Qur’an diturunkan baru beberapa surat dan ayat. Pengikut Rasulullah juga belum seberapa banyak, tidak punya persenjataan dan kekuatan yang diandalkan.
Rasulullah hijrah ke Madinah karena penindasan orang-orang musyrik Quraisy yang luar biasa terhadap Rasulullah dan para sahabatnya. Ini karena dakwah Islam belum di-backup oleh kekuasaan, backup baru pribadi pribadi tertentu yang memiliki keluarga bangsawan, penguasa atau pengusaha. Artinya, belum merdeka untuk bisa menjalankan syariat Islam dan mendakwahkan Islam.
Sementara sahabat-sahabat yang tidak memiliki back up keluarga, seperti Amar bin Yasir, Bilal bin Rabbah dan beberapa keluarga yang lain disiksa, ditindas, diintimidasi bahkan dibunuh. Rasulullah sendiri setelah pamannya Abu Thalib dan Istrinya Khadijah wafat, tidak ada lagi back up, sehingga sempat mengalami pemboikotan dan gangguan dakwah yang serius.
Hadirin jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala
Dakwah Islam selama 13 tahun di Makkah harus dilakukan secara sembunyi sembunyi. Dari rumah-rumah, itupun malam hari, harus berbisik-bisik karena jika ketahuan maka langsung ditangkap dan disiksa.
Setelah Rasulullah SAW selesai membaiat pada ‘Aqabah yang kedua, Rasulullah mengizinkan sahabat-sahabatnya untuk hijrah ke Madinah. Berbagai cara dilakukan oleh para sahabat untuk bisa hijrah ke Madinah.
Rasulullah bersama dengan sahabat setianya Abu Bakar ash-Shiddiq juga harus menggunakan banyak strategi untuk bisa berhasil hijrah keluar dari Makkah menuju Madinah. Sebab resikonya jika ketahuan, akan ditangkap dan dibunuholeh orang-orang kafir Quraisy.
Madinah Lembaran Baru
Hijrah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya membuka lembaran baru dalam dakwah untuk menyebarkan agama Islam. Hal yang paling utama adalah Rasulullah diangkat menjadi pemimpin dan diberikan kemerdekaan dan kekuasaan di Madinah.
Kekuasaan itulah yang mem-backup dakwah Islam sehingga terjadi akselerasi kuantitas dan kualitas orang-orang beriman. Dakwah dilakukan secara merdeka dan terbuka, menjalankan ibadah juga mudah bahkan proyek pertama Rasulullah hijrah adalah membangun masjid Quba. Menata kehidupan ekonomi dan sosial dengan tatanan Islam.
Baru dua tahun hijrah, terjadi perang Badar yang sangat fenomenal dan dimenangkan oleh Rasulullah dan para sahabat. Dengan waktu yang relatif singkat, bisa mengalahkan pasukan kafir Quraisy yang jumlahnya tiga kali lipat.
Hadirin jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala
Disinilah urgensinya kekuasaan dan kemerdekaan dalam Islam. Kekuasaan dalam Islam bukan untuk sekedar berkuasa mendapatkan jabatan fasilitas dan status sosial. Namun kekuasaan bagi umat Islam adalah untuk backup dakwah Islam dan memudahkan orang-orang beriman bisa menunaikan ketaatan beribadah dan bermuamalah dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagaimana janji Allah dalam surat an Nisa ayat 100:
وَمَن يُهَاجِرْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ يَجِدْ فِى ٱلْأَرْضِ مُرَٰغَمًا كَثِيرًا وَسَعَةً ۚ وَمَن يَخْرُجْ مِنۢ بَيْتِهِۦ مُهَاجِرًا إِلَى ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ ثُمَّ يُدْرِكْهُ ٱلْمَوْتُ فَقَدْ وَقَعَ أَجْرُهُۥ عَلَى ٱللَّهِ ۗ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا
“Dan barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka akan mendapatkan di bumi ini tempat hijrah yang luas dan (rezeki) yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh, pahalanya telah ditetapkan di sisi Allah. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS An-Nisa’: 100)
Hijrah Tempat Masih Boleh
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah RA, Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada hijrah setelah Fathu Makkah, tetapi (yang ada adalah) jihad dan niat. Maka, apabila kalian diperintahkan jihad, maka berangkatlah.” (HR Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Artinya, hal ini menunjukkan bahwa, dari saat hari fathul (pembebasan) Kota Mekah sampai hari ini, tidak ada hijrah dalam arti perpindahan tempat secara fisik. Kecuali jika kondisi umat Islam di daerah tertentu mengalami kondisi sebagaimana yang dialami oleh Rasulullah dan para sahabat saat di Makkah.
Contoh era sekarang adalah saudara-saudara Muslim di Uighur, Rohingya dan India. Uighur adalah sebuah kelompok etnis asal Turki yang mendiami wilayah Asia Timur dan Tengah. Di wilayah ini tinggal sekitar 11 juta etnis Uighur, etnis minoritas Cina yang mendominasi Xinjiang. Mereka mengalami penindasan yang luar biasa.
Saudara-saudara Muslim di sana tidak bisa melaksanakan ibadah sama sekali. Jika ketahuan berjenggot, pakai jilbab atau simbol simbol Muslim maka langsung dipenjara. Bulan Ramadhan, semua Muslim dipaksa makan siang sehingga tidak ada yang bisa menjalankan puasa Ramadhan.
Etnis Muslim di Myanmar, khususnya etnis Rohingya, mengalami banyak tekanan dan diskriminasi dari pemerintah Myanmar. Mereka sering kali dianggap sebagai pendatang ilegal dan tidak diakui sebagai warga negara Myanmar. Pemerintah Myanmar juga telah melakukan kekerasan terhadap etnis Rohingya yang menyebabkan banyak orang menjadi pengungsi.
Hadirin jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala
Muslim di India yang ratusan tahun lalu mayoritas di India dengan peninggalkan masjid-masjid yang luar biasa seperti Taj Mahal. Namun sekarang nasibnya tragis, satu kampung muslim dibuldoser, masjid dirobohkan, muslim sering didiskriminasi di semua bidang kehidupan.
Ketiga saudara kita di Uighur, Rohingya dan India dengan kondisi seperti itu mau tidak mau harus hijrah karena tidak ada back up kekuasaan dan tidak bisa melakukan perlawanan. Dunia internasional juga bungkam dengan penindasan yang jelas jelas melanggar hak azazi manusia. Mereka tidak bisa merdeka untuk bisa melaksanakan perintah-perintah syariat Islam dengan leluasa.
Memaknai Kemerdekaan sebagai Hijrah
Kemerdekaan bangsa Indonesia yang sudah 78 tahun ini bisa dimaknai sebagai ‘hijrah.’ Ada benang merah persamaan semangat hijrah dan kemerdekaan bangsa Indonesia. Meski bangsa ini sudah merdeka 78 tahun tapi masih ada sebagian masyarakat yang terjajah.
Perjuangan kita berbeda dengan pendahulu kita, para pahlawan berjuang demi memerdekakan negara kesatuan republik Indonesia dari jajahan penjajah.
Hadirin jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala
Sedangkan sekarang, perjuangan kita adalah memerangi kemalasan, kebodohan, dan kemiskinan, bukan lagi merebut kemerdekan dari tangan penjajah. Masih banyak diantara kita yang masih terbelenggu oleh kemalasannya sehingga dijajah oleh kebodohannya sendiri.
Banyak pula yang masih tertindas dengan kemalasan sehingga hidupnya tetap di garis kemiskinan. Bagaimana kita bisa menikmati kemerdekaan? Padahal Indonesia telah merdeka sejak 78 tahun yang lalu, tapi kita masih belum merdeka karena terjajah kemalasan, kebodohan, dan kemiskinan.
Maka semangat hijrah sangat relevan untuk kita bisa merdeka. Hijrah dari kemalasan, kebodohan dan kemiskinan dengan bekerja keras, belajar keras dan ibadah yang ikhlas.
Negara kesatuan Republik Indonesia ini diperjuangkan oleh para ulama dan santri. Mereka gigih berjuang dengan pengorbanan harta dan jiwanya. Maka wajib kita sebagai generasi yang menikmati kemerdekaan ini untuk mengisi pembangunan bangsa ini dengan karya karya. Tidak menjadi generasi rebahan, mager (males gerak), bermalas malasan, kongkow-kongkow, asyik dengan gadgetnya.
Saatnya kita untuk hijrah dari kebiasaan dan karakter yang tidak baik menjadi pribadi yang disiplin, jujur, tekun dan semangat. Kita tidak ingin terjajah kembali, kita tidak ingin bernasib seperti saudara kita di Uighur, Rohingya ataupun daerah-daerah yang tertindas tidak bisa melaksanakan ajaran Islam dengan baik.
Bisa jadi Muslim di Indonesia bisa seperti di Rohingya, Uighur dan India yang terjajah dan terintimidasi jika generasi muslim tidak hijrah dari karakter karakter yang buruk.
Allah memberikan jaminan kepada orang-orang beriman yang hijrah dan jihad di jalan Allah dengan derajat yang paling tinggi.
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَهَاجَرُوا۟ وَجَٰهَدُوا۟ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ بِأَمْوَٰلِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ أَعْظَمُ دَرَجَةً عِندَ ٱللَّهِ ۚ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْفَآئِزُونَ
“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah, dengan harta dan jiwanya, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah. Dan mereka itulah orang-orang beruntung.” (Q.S. At Taubah ayat 20)
Kemerdekaan yang hakiki adalah bebas dari teologi kemusyrikan, belenggu kebodohan, fanatisme kesukuan, kriminalisasi. Maka semangat hijrah untuk meraih kemerdekaan yang hakiki tersebut.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم
KHUTBAH PENUTUP DAN DOA
Unduh sekarang atau klik di sini