Oleh Asih Subagyo, M.Kom
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا وَرَسُوْلِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى ا للهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَتَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا ، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ
Jamaah Jumat Rahimakumullah…
Alhamdulillah, marilah kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, penguasa jagad raya, dan penggenggam seluruh hati manusia, atas segala nikmat yang diberikan kepada kita, yaitu nikmat keimanan, kesehatan dan ketenangan hati atas agama Islam. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada pembawa risalah Islam, penerima wahyu -Al-Quran suci kalam Ilahi- Nabi Muhammad SAW.
Diutusnya Nabi Muhammad SAW adalah sebagai khatimul anbiya (penutup para Nabi) sekaligus penyempurna atas semua rislah yang telah Allah ta’ala perintahkan atas Nabi dan Rasul sebelumnya. Oleh karenanya Rasulullah SAW, juga merupakan teladan yang dalam setiap perkataannya, akhlaknya dan aktifitas kesehariannya.
Dari Al Mustafa ini, dapat kita teladani bahwa Nabi Muhammad SAW menyampaikan risalah, menunaikan amanat, menasehati ummat, dan berjihad di jalan Allah ta’ala hingga sampai batas waktu yang Allah ta’ala tentukan. Sehingga seluruh manusia tercerahkan dengan risalah Islam ini. Yang keluar dari kegelapan dunia, yang bersatu hati setelah sebelumnya tercerai berai. Maka cahayapun datang menyinari jagad raya.
Jama’ah Jum’at Rahimakumullah…
Kita menyadari bahwa negara Indonesia terdiri dari berbagai suku dan bahasa dari Aceh sampai Papua. Menurut data dari Biro Pusat Statistik, ada 652 bahasa dan lebih dari 1.340 suku bangsa di Indonesia. Demikian juga jika kita lihat dalam peta dunia, tentu lebih banyak lagi suku, bangsa dan bahasa yang beraneka ragam.
Sebagai orang beriman, selayaknya kita menyadari bahwa ketika Allah ta’ala menciptakan manusia di dunia dengan keadaan berbeda suku, bangsa, ras, bahasa, warna kulit tersebut adalah supaya saling mengenal. Tidak untuk saling menjatuhkan dengan berbagai bentuk intimidasi dan diskriminasi kepada salah satu kelompok tapi supaya saling ta’aruf (mengenal satu dengan lainnya).
Hal ini sebagaimana dalam firman Allah Subhanallahu wa ta’ala dalam Al-Qur’an Surat Al-Hujurat (49) ayat 13.
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْاۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.”
Dalam Tafsir As Sa’di di jelaskan bahwa keberadaan kelompok/suku baik besar maupun kecil itu agar masing-masing orang tidak menyendiri. Sebab jika demikian, maka tentu tidak akan tercapai tujuan saling mengenal satu sama lain yang bisa menimbulkan saling tolong menolong, bahu-membahu, saling mewarisi satu sama lain serta menunaikan hak-hak kerabat.
Adanya manusia dijadikan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku bertujuan agar berbagai hal positif tersebut bisa terwujud yang bergantung pada proses saling mengenal satu sama lain serta pemaduan nasab. Namun ukuran kemuliaan di antara mereka adalah takwa.
Orang yang paling mulia di antara sesama adalah yang paling bertakwa kepada Allah, paling banyak melakukan ketaatan serta paling mampu mencegah diri dari kemaksiatan, bukan yang paling banyak kerabat serta kaumnya, bukan yang keturunannya paling terpandang (karena level sosial).
Jama’ah Jum’at Rahimakumullah…
Sampai saat ini isu-isu negatif tentang Islam bahkan kebencian terhadap islam atau lebih dikenal dengan sebutan islamofobia, masih sangat gencar dimuat oleh banyak media. Baik media elektronik, media sosial, atau media massa lainnya. Isu yang dibangun adalah bahwa umat Islam tidak toleran dengan umat lain, umat Islam tidak Pancasilais, umat Islam tidak cinta NKRI dan narasi sejenis lainnya. Akibatnya, banyak individu atau kelompok yang mengaku paling toleran, paling pancasila, paling cinta NKRI.
Sehingga dalam memandang fenomena yang terjadi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara tersebut, kita merasakan adanya upaya untuk melakukan pembelahan sesama anak bangsa. Seolah hilang rasa persaudaraan diantara kita, hanya karena hal-hal yang sepele dan tidak terverifikasi dengan baik, tidak ada tabayun tidak berbasis data dan fakta, sehingga cenderung hoax (kebohongan). Padahal dulu kita selalu hidup damai dan saling berdampingan, tidak membedakan suku, agama, ras dan seterusnya.
Oleh karenanya, sebagai orang beriman, tidak pantas individu atau satu kelompok orang yang mengaku beriman untuk berbuat buruk tersebut. Apalagi kepada sesama saudara muslim, tidak seharusnya saling membenci. Karena Islam sudah mengajarkan bahwa orang-orang beriman adalah saudara. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurat [49]: 10)
Berdasarkan ayat tersebut dikatakan bahwa hanya orang-orang yang beriman saja yang bersaudara. Artinya, dengan keimanan dalam dada mereka, mereka saling terpaut dan saling berpegang teguh pada tali agama Allah, tidak untuk bercerai berai.
Syaih Prof Wahbah Az-Zuhaili dalam Tafsir Al Wajiz menjelaskan bahwa,” Sesungguhnya orang-orang mukmin itu saling bersaudara dalam agama dan akidah. Berdamailah dengan saudara kalian saat terjadi perselisihan dan pertentangan. Bertakwalah kepada Allah saat terjadi perselisihan tentang hukum-hukumNya dan berlakulah sebagai penengah, supaya kalian dirahmati dan ditolongNya dalam menciptakan perdamaian, sebagai hasil dari ketakwaan kalian.”
Jama’ah Jum’at Rahimakumullah
Memang jika kita melihat berbagai perbedaan yang ada tersebut, dapat menyimpan potensi konflik yang cukup besar. Jika tidak dikelola dengan baik, tentu saja hal tersebut akan mengkristal dan menimbulkan peristiwa yang kontraproduktif. Karenanya, kita perlu menekankan satu titik temu di antara berbagai perbedaan yang ada, mulai dari bangsa, suku, agama, hingga bahasanya, yaitu kita adalah manusia.
Oleh sebab itu, sudah sepatutnya kita saling bersinergi, menjaga, menghormati, dan memuliakan satu sama lain agar dapat menjalani hidup dengan penuh damai. Dalam hal ini maka, menjaga ukhuwah Islamiyah adalah kuncinya.
Jangan mau kita diadu domba, dipecah belah, diintervensi dan lain sebagainya, hanya karena urusan remeh temeh, oleh pihak-pihak yang tidak menginginkan persatuan. Sehingga tidak ada kata lain, sebagai seorang beriman, maka kita harus senantiasa menjaga dan meningkan ukhuwah islamiyah ini kapanpun, dimanapun dan dalam keadaan apapun juga.
Hal ini dipertegas dengan sebuah hadits berikut.
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ، وَتَرَاحُمِهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
“Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan panas (turut merasakan sakitnya).” (HR. Bukhari no. 6011 dan Muslim no. 2586)
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِه وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ … أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
Jama’ah Jum’at Rahimakumullah…..
Pada khutbah kedua ini, khatib mengajak seluruh jama’ah untuk terus meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan selalu menjaga dan menguatkan ukhuwah Islamiyah semampu kita.
Semoga kita diberi kekuatan untuk menjauhi segala hal yang bisa merusak ukhuwah Islamiyah. Mari kita berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala di hari yang diberkahi ini:
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍّ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ فِي الْعَالَمِيْنَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الثَّبَاتَ فِي اْلأُمُوْرِ، وَنَسْأَلُكَ عَزِيْمَةَ الرُّشْدِ، وَنَسْأَلُكَ شُكْرَ نِعْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي اْلأُمُوْرِكُلَّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ اْلآخِرَةِ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
—-ooo000()000ooo—