AL-QUR’AN menunjukkan kebatilan sebuah keyakinan melalui berbagai cara. Adakalanya sebuah kekeliruan dikritik secara terbuka, tapi adakalanya tersamar. Keduanya sama-sama dipakai.
Dan, terkadang sebuah pemikiran dibedah penyimpangannya melalui berbagai saluran sekaligus, agar tidak tersisa celah untuk membelanya. Salah satu yang diperlakukan seperti ini adalah akidah Kristen terhadap Nabi ‘Isa ‘alaihis salam.
Al-Qur’an pernah secara dramatis menggambarkan dahsyatnya kemunkaran akidah Trinitas:
“Dan mereka berkata: “Tuhan yang Maha Pemurah mempunyai anak”. Sungguh kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat munkar. Hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, bumi terbelah, dan gunung-gunung pun runtuh; karena mereka menyerukan bahwa Allah yang Maha Pemurah mempunyai anak. Tidak layak bagi Tuhan yang Maha Pemurah untuk mempunyai anak. Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan yang Maha Pemurah selaku seorang hamba.” (QS. Maryam: 88-89).
Al-Qur’an pun terang-terangan memvonis penganut Trinitas dengan menyatakan:
“Sungguh telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah ialah Al-Masih putera Maryam.” Padahal, Al-Masih (sendiri) berkata: “Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu!” Sungguh orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, pasti Allah mengharamkan surga untuknya dan tempatnya ialah neraka. Tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun. Sungguh kafir (pula)lah orang-orang yang mengatakan: “Bahwa Allah ada satu dari yang tiga.” Padahal, sekali-kali tidak ada Tuhan selain Tuhan yang Maha Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. Mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya? Dan, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Al-Masih putera Maryam itu hanyalah seorang Rasul. Sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul, dan ibunya adalah seorang wanita yang sangat jujur. Keduanya biasa makan makanan. Perhatikan, bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (Ahli Kitab) tanda-tanda kekuasaan (Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memperhatikannya).” (QS5. Al-Maidah: 72-75)
Di saat bersamaan, Al-Qur’an juga menempuh cara lain untuk menggambarkan sosok sejati Nabi ‘Isa; bahwa beliau adalah manusia biasa seperti kita. Misalnya, minimal terdapat 4 surah yang namanya bisa dihubungkan dengan beliau, yaitu Ali ‘Imran, al-Maidah, Maryam, dan ash-Shaff. Mari meneliti rahasia di balik nama-nama ini.
Ali ‘Imran berarti keluarga ‘Imran. Beliau adalah kakek Nabi ‘Isa, yakni ayah dari Maryam. Menurut Imam as-Suyuthi dalam ad-Durrul Mantsur (penafsiran QS Ali ‘Imran: 33), beliau adalah ‘Imran bin Matsan, dan istrinya bernama Hannah binti Faqudz.
Mereka dikenal sebagai keluarga yang shalih dari Bani Israil pada zamannya. Hannah memiliki seorang saudari bernama Elisabet, dan ia adalah istri Nabi Zakariya sekaligus ibunda dari Nabi Yahya.
Benar-benar keluarga yang hebat, sebab di dalamnya terdapat tiga orang Nabi (Zakariya, Yahya, ‘Isa) dan seorang wanita suci (Maryam). ‘Imran adalah imam besar di masa itu, dan Hannah dikenal sangat shalihah.
Nama surah kedua yang terhubung dengan Nabi ‘Isa adalah al-Maidah, surah ke-5. Dinamai demikian karena di dalamnya terdapat kisah diturunkannya hidangan (maidah) dari langit untuk Nabi ‘Isa dan para sahabatnya.
Allah berfirman:
“(Ingatlah), ketika pengikut-pengikut ‘Isa berkata: “Hai ‘Isa putera Maryam, sanggupkah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?” ‘Isa menjawab: “Bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang yang beriman!” Mereka berkata: “Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati kami dan supaya kami yakin bahwa kamu telah berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikannya.” ‘Isa putera Maryam berdoa: “Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit, (yang mana hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami, yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, serta menjadi tanda kekuasaan-Mu. Berilah kami rezeki, dan Engkaulah pemberi rezeki yang paling utama.” Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu. Barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah (turun hidangan itu), maka sesungguhnya Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorang pun di antara umat manusia.” (QS Al-Maidah: 112-115)
Nama surah ketiga yang terkait dengan Nabi ‘Isa adalah Maryam, surah ke-19. Sosok Maryam dikenal sebagai gadis suci yang sangat tekun beribadah kepada Allah sejak masih kecil.
Banyak kisah teladan yang dihubungkan dengan beliau. Kita juga sudah mengetahui bahwa beliau adalah ibunda Nabi ‘Isa, yang mengandung tanpa melalui proses pembuahan laki-laki, sebagai salah satu tanda kekuasaan Allah.
Nama surah terakhir yang terhubung dengan Nabi ‘Isa adalah ash-Shaff, surah ke-61. Surah ini disebut juga dengan al-Hawariyyun, yakni sahabat-sahabat setia Nabi ‘Isa. Dinamai demikian karena kisah mereka disebutkan di dalamnya, tepatnya pada ayat terakhir.
Nama surah-surah ini betul-betul menggambarkan sosok Nabi ‘Isa sebagai manusia biasa, sebab beliau memiliki kakek, nenek, ibu, makan, minum, dan hidup di tengah-tengah masyarakat bersama para pengikutnya.
Dengan sendirinya, sangat aneh jika beliau disembah dan dijadikan tuhan. Dari sini pula, kita harus banyak belajar mengkritik segala sesuatu dengan cerdas.
Sebab, dewasa ini ada teramat banyak kebatilan yang harus ditunjukkan penyimpangannya dari berbagai segi, baik secara terbuka maupun sembunyi-sembunyi. Wallahu a’lam.
USTADZ ALIMIN MUKHTAR