Hidayatullah.or.id – Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah melakukan penugasan dai sarjana ke berbagai wilayah nusantara baru baru ini guna menguatkan dakwah pelosok.
Penugasan dai sarjana ini terselenggara berkat kerjasama DPP Hidayatullah, Laznas BMH dengan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Hidayatullah Depok.
Kepala Humas Laznas BMH Pusat Imam Nawawi mengatakan program dakwah di pelosok merupakan program strategis untuk membumikan Islam sebagai nilai-nilai dasar dalam kehidupan umat.
Hal ini, jelas dia, karena daerah pelosok merupakan daerah yang sangat haus dengan nilai-nilai spiritual, namun disaat yang sama belum ada dai yang membimbing umat.
Imam menyebutkan seperti yang terjadi di Dusun Salu Rindu yang terletak di daerah puncak pegunungan Malunda, Maje’ne, Sulawesi Barat.
“Di sana sudah hampir 3 tahun tidak ada sholat Jum’at. Bukan saja karena masjid yang sudah memprihatinkan, tapi dai yang selama ini membimbing warga di dusun tersebut telah meninggal dunia,” ungkapnya.
Oleh karena itu, terangnya, upaya untuk terus melahirkan dai sarjana yang difokuskan siap membangun negeri dari pelosok terus menjadi komitmen Laznas BMH.
“Dalam penugasan kali ini ada 21 dai sarjana yang telah ditetapkan daerah tugasnya untuk mereka berkiprah membangun negeri di pelosok. Mulai dari NTT sampai ke Aceh,” imbuh Imam Nawawi.
Dr. Dudung A. Abdullah selaku Ketua STIE Hidayatullah menegaskan bahwa para dai ini telah disiapkan sedemikian rupa mulai dari aspek akademik hingga mental untuk siap mengemban tugas keumatan.
“Mereka, para dai sarjana STIE Hidayatullah Depok telah ditempa sedemikian rupa dengan kurikulum integral yang memungkinkan mereka memiliki bekal secara akademik dan mental untuk siap berkontribusi dalam membangun negeri dari pelosok,” ungkap Dudung.
“Kita doakan, semoga mereka bisa istiqomah dalam amanah dakwah ini dan mampu mengukir perubahan di pelosok untuk kemajuan bangsa dan negara ke depan,” sambungnya kala memberikan orasi ilmiah.
Sementara itu, Junaidi, salah seorang dai sarjana yang mendapatkan tugas di Nusa Tenggara Timur (NTT) mengaku siap tidak siap harus siap.
“Ya, saya jujur, saya terkejut dapat tugas di NTT. Saya, kan orang Madura. Tapi sudah disampaikan oleh para dosen dan pembimbing di sini, bahwa kalau ada masalah cukup gelar sajadah, bangun sholat malam. Jadi, insya Allah keguncangan jiwa akan bisa diatasi dan tidak perlu lari dari tugas,” ucapnya sembari tersenyum.
Dengan ditugaskannya 21 dai sarjana ini insya Allah Program Dai Tangguh yang selama ini dijalankan Laznas BMH akan semakin menguat di tengah-tengah masyarakat.
“Penugasan kali ini tentu akan menguatkan jaringan dakwah dan kekuatan yang sudah ada melalui Program Dai Tangguh. Insya Allah, dengan komitmen dan konsistensi kita semua membangun bangsa dengan dakwah dari pelosok,” ujar Imam.
Dia menambahkan, perubahan masa depan umat, bangsa dan negara akan dapat kita wujudkan bersama.
“Tentu saja semua ini bisa berjalan dengan baik berkat kekuatan sedekah dan zakat yang secara pasti terus menggulirkan perubahan demi perubahan,” pungkas Imam Nawawi. (ybh/hio)