JAKARTA (Hidayatullah.or.id) — Bidang Perekonomian DPP Hidayatullah rutin menggelar acara diskusi rutin setiap hari Rabu dengan nama Majelis Reboan.
Inisiator Majelis Reboan yang juga Kepala Bidang Ekonomi DPP Hidayatullah Asih Subagyo mengatakan Majelis Reboan ini wadah sharing dan kolaborasi semua pihak terutama para penggerak ekonomi umat untuk senantiasa mampu membangun kekuatan ekonomi umat secara lebih nyata.
Pada pertemuan pada Rabu (13/11/2019) lalu membahas tentang potensi ekonomi umat dengan menghadirkan Ketua Bidang Ekuintek LH DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Memed Sosiawan.
Dalam pemaparannya, praktisi ekonomi ini mengatakan resesi ekonomi alias kemerosotan ekonomi dunia dan Indonesia bersifat pasti.
“Resesi itu membayangi ekonomi global, jadi memang pasti. Jadi di Indonesia itu pasti. Pengaruhnya biasanya 3 sampai 4 bulan. Yaitu karena trade war (perang dagang) yang sebenarnya lanjutan daripada currency war (perang mata uang) yang diawali dengan oil war,” ulasnya ketika memaparkan materi “Tadabbur dan Prediksi Ekonomi Keuangan dan Industri Pasca Terbentuknya Kabinet Indonesia Maju” di Forum Majelis Reboan DPP Hidayatullah di Pusat Dakwah Hidayatullah, Jakarta Timur, Rabu (13/11/2019).
Menurutnya, Indonesia kian serius menghadapi masalah ekonomi saat melihat transformasi struktur ekonomi Indonesia yang bisa dikatakan cenderung melemah.
Dia menyebutkan, sejak Indonesia merdeka sampai tahun 1985, sektor pertanian masih memberikan kontribusi yang tertinggi terhadap PDB dibandingkan dengan sektor lainnya. Dan, pemberi kontribusi yang kedua adalah sektor pertambangan.
“Namun sejak 1995 kontribusi yang tinggi dari sektor pertanian dan sektor pertambangan mulai digantikan oleh sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan hotel dan restoran,” ujarnya.
Meskipun sampai 2010 kontribusi sektor industri dan pengolahan terus meningkat sejak tahun 1985. Namun, dia menilai, setelah terlihat bahwa kontribusi sektor industri dan pengolahan cenderung menurun terus dan penurunan kontribusinya diisi oleh kontribusi sektor keuangan dan sektor jasa.
Kebijakan pemerintah yang cenderung menomorsatukan infrastruktur juga perlahan namun pasti akan mengubah mata pencaharian rakyat.
“Jadi kita antisipasi dengan adanya jalan tol maka ini akan banyak jadi migrasi. Para petani pindah jadi buruh, buruh kemudian menjadi pekerja lepas, dan kemudian pindah ke kota. Jadi Indonesia lemah,” tegasnya.
Kondisi ini dinilai kian memburuk jika memperhatikan sektor tambang.
“Kenapa tambang ini, tambang kan kita kelola barang mentah dikeruk dijual lama-lama habis. Kalau habis bagaimana kira-kira, itu pertanyaan kita terhadap masa depan anak cucu kita,” tegasnya.
Pada kesempatan pertemuan sebelumnya, Rabu (30/10), tema yang diangkat dalam forum rutin yang dihadiri para penggerak ekonomi umat itu adalah “Wakaf sebagai Instrumen Pemberdayaan Ekonomi Umat”.
“Majelis Reboan ini wadah sharing dan kolaborasi semua pihak terutama para penggerak ekonomi umat untuk senantiasa mampu membangun kekuatan ekonomi umat secara lebih nyata,” terang inisiator Majelis Reboan yang juga Kepala Bidang Ekonomi DPP Hidayatullah Asih Subagyo.
Potensi Wakaf umat
Terkait tema wakaf, Asih menjelaskan, hal ini untuk memperluas perspektif perihal wakaf yang sebagian masyarakat masih berpandangan sederhana.
“Wakaf sering dipahami secara sederhana. Kampung-kampung banyak tanah wakaf rata-rata dipakai untuk kuburan, padahal wakaf itu fungsinya sangat luas, sangat besar. Jadi ke depan, bagaimana wakaf itu menjadi sumber pemberdayaan ekonomi umat,” imbuhnya.
Dalam paparannya, narasumber Majelis Reboan Bambang Kuswijayanto selaku co-founder & deputy president Bank Waqf Internasional menjelaskan bahwa di antara tantangan serius wakaf untuk lebih berdaya di tengah-tengah umat adalah soal profesionalitas.
“Tantangan wakaf saat ini adalah hadirnya nazhir yang profesional, berorientasi kepentingan umat, dilengkapi dengan sistem yang baik, di mana kala diminta pertanggungjawaban semuanya tersedia dan jelas,” tegasnya.
Ketika hal itu terwujud, menurutnya, masyarakat akan semakin mengerti jenis-jenis wakaf, di antaranya wakaf tunai yang dapat mendorong wakaf menjadi kekuatan ekonomi umat.
“Wakaf tunai sangat mungkin mendorong program wakaf produktif, kita create dalam beragam program, kita kelola secara profesional, kemudian hasilnya ada yang kita wakafkan, kemudian ada yang diberikan sebagai investasi,” ulasnya.
Menurutnya, saat wakaf bisa mengundang dan mendorong investasi, maka wakaf akan menjadi generator ekonomi umat.
“Saat wakaf mampu mengundang dan mendorong investasi, maka akan banyak proyek-proyek keumatan, seperti pendirian layanan masyarakat berupa rumah sakit atau lainnya,” ujarnya.
Ia menambahkan, dalam kondisi seperti itu, orang boleh investasi dengan niat sebagian keuntungannya diserahkan menjadi wakaf. “Ini akan menjadi wakaf generator, sehingga lama-lama membesar dan akhirnya sama dengan dana abadi di mana wakaf bisa mengambil alih hotel, rumah sakit, dan lainnya,” urainya.*/Imam Nawawi