AdvertisementAdvertisement

Memulai Kegiatan Pesantren

Content Partner

Ust Abdullah Sa'idApa yang dicita-citakan Ustadz Abdullah Said sebagai langkah awal untuk mendirikan pesantren ternyata kesampaian juga bahkan melampaui target.  Kelima tenaga yang diboyong dari Jawa itu  ada yang dapat mengajarkan Bahasa Arab seperti  Muhammad Hasyim HS, ada yang mampu mengajarkan  Bahasa Inggris yakni Kisman. Berarti  sudah memungkinkan  sekali mendirikan sebuah pesantren yang menurut ukuran umum sudah dianggap layak dikatakan pesantren berkualitas.

Apalagi ada juga  yang mampu mengajarkan pelajaran-pelajaran lain  seperti tajwid yaitu Ahmad Hasan Ibrahim, yang mengajarkan dasar-dasar Islam dan pelajaran tafsir dan  hadits juga ada yaitu Usman Palese dan Nazir Hasan.  Adapun untuk penanaman aqidah, fiqhudda’wah dan ilmu kepemimpinan akan ditangani langsung oleh Ustadz Abdullah Said.

Kegiatan belajar mengajar ini bertempat di rumah Haji Muhammad Rasyid, seorang pengusaha asal Sinjai yang cukup sukses di Balikpapan.  Kegiatan pendidikan yang tersebar beritanya sampai di masyarakat adalah Kursus Bahasa Arab, Kursus bahasa Inggris dan Kursus Da’wah.

Satu demi satu peminat datang mendaftar disamping santri modal keluaran kursus muballigh dan hasil dari dua kali TC Darul Arqam juga  peserta dari up grading mental.  Santri-santri yang dimaksudkan adalah: Amin Bachrum, Hasan Suradji, Yusuf Suradji, Sudiono Arjo, Sarbini Nasir, Abdul Halim, Amin Muhmud P, Abdul Muis Zubair, Marzuki Latief. Ditambah dengan yang baru  mendaftar seperti : Abdul Qadir Jailani, Usman Asy’ari,  Rasyidin Noor,  Talmi Tsani, Syahyuddin, Zamzam, Untung Suropati, Amin Palese, Aida Chered, Hasanah Luqman, Marfu’ah, Nursiah, Amansyah, Mustamir, Makmur SK, Idas, Mukri, Abdul Kadir HM.

Yang menetap di Asrama Gunung Sari itu adalah Abdul Qadir Jailani, Soewardhany Soekarno, Muis Zubair, Marzuki Latief, Abdul Kadir HM, Abdul Hamid, Rasyidin Noor, Muhammad Dhani, Muhammad Ali, Amin Palese (adik kandung Usman Palese). Santri-santri lain berkumpul pada waktu belajar.  Inilah yang merupakan santri-santri yang mengantar berdirinya Pondok Pesantren Hidayatullah yang diistilahkan Ustadz Abdullah Said dengan santri modal.

Selama kegiatan ini berjalan kurang lebih satu tahun, sempat mendapat kunjungan beberapa tokoh seperti K.H. A.R. Fachruddin, Ketua PP. Muhammadiyah yang diberi kesempatan untuk memberi kuliah awal tahun.

Prof. DR. HAMKA pada 24 Mei 1973, yang menitip pesan sambil menepuk-nepuk bahu Ustadz Abdullah Said,”Teruskan usaha ini Nak, ini adalah usaha yang mulia….!  Pada kesempatan kunjungan Buya Hamka ini diminta memberi kuliah didepan santri-santri yang diistilahkan Ustadz Abdullah Said Kuliah Pertengahan Tahun. Seterusnya kunjungan Buya Abdul Malik Ahmad, memberi Kuliah Akhir Tahun. Prof. DR. Abdul Kahar Muzakkir menjelang wafatnya sempat bersilaturrahim dengan Keluarga Hidayatullah di rumah Dr.Muslim Gunawan sekembali dari perjalanan ke Sabah-Malaysia.

Kunjungan beberapa tokoh Muhammadiyah Pusat ini cukup memberi motivasi dan mendatangkan berkah untuk dapat melangkah lebih maju.

Awalnya menggunakan nama: PONDOK PESANTREN PANGERAN HIDAYATULLAH, seperti yang terpampang di depan rumah Haji Muhammad Rasyid.  Papan nama ini cukup menantang  untuk membuka mata masyarakat Balikpapan bahwa di kota ini akan didirikan sebuah Pondok Pesntren yang pertama. Sengaja mengambil nama dari salah seorang Pahlawan Kalimantan, Pangeran Hidayatullah untuk menarik perhatian masyarakat Kalimantan. Namun setelah Buya Malik Ahmad memberi kritikan ketika bertamu bahwa nama ini terlalu kedaerahan. Tidak sesuai dengan cita-citamu yang ingin  mengembangkannya keluar daerah Kalimantan ini. Pakai HIDAYATULLAH saja. Akhirnya Ustadz Abdullah Said segera mencabut papan nama itu  dan mengganti dengan nama PONDOK PESANTREN HIDAYATULLAH.

Sejak dimulainya kegiatan itu, 1973, setiap hari mengadakan perbincangan serius dengan Amin Bachrun yang sengaja dipanggil pulang dari Berau, yang sedang bekerja di perusahaan minyak DELTA dan istrinya, Atikah  untuk membantu mengurus konsumsi santri yang semakin bertambah jumlahnya. Karena waktu itu Amin Bachrunlah yang dianggap paling dewasa diantara kawan-kawan yang ada untuk dijadikan sparring partner dalam berbincang bagaimana mengembangkan lebih maju lembaga pendidikan dan pengkaderan yang direncanakan ini.

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Daiyah Sarjana STIS Hidayatullah Siap Bangun Generasi Cerdas untuk Indonesia Emas 2045

BALIKPAPAN (Hidayatullah.or.id) -- Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Hidayatullah Balikpapan menggelar acara penugasan daiyah sarjana tahun 2024 di Kampus...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img