KRISIS kepemimpinan sering terjadi di berbagai organisasi dan bahkan di tingkat negara karena sejumlah faktor kompleks yang saling terkait. Salah satu penyebab utamanya adalah kurangnya pemahaman dan praktik yang tepat terkait dengan esensi kepemimpinan. Banyak pemimpin cenderung fokus pada kekuasaan dan kontrol daripada pada pelayanan dan pemberdayaan. Ketika pemimpin kurang memahami peran mereka sebagai pelayan dan penggerak perubahan positif, mereka cenderung menghadapi resistensi dari bawah dan kurang mampu memimpin dengan efektif.
Selain itu, kurangnya pengembangan kepemimpinan yang holistik dan berkelanjutan juga dapat menyebabkan krisis kepemimpinan. Banyak organisasi dan negara tidak memiliki sistem yang baik untuk mengidentifikasi, melatih, dan mendukung para pemimpin masa depan, sehingga mereka sering kali tidak siap untuk menghadapi tugas-tugas kepemimpinan yang kompleks dan beragam. Jikapun ada sistem dan pola transformasi kepemimpinan, seringkali tidak dapat berjalan dengan baik sesuai, karena kurangnya perencanaan yang matang, dan dibiarkan berjalan secara alamiah.
Selain itu, krisis kepemimpinan juga bisa disebabkan oleh kurangnya integritas dan moralitas dalam kepemimpinan. Ketika pemimpin tidak berpegang pada nilai-nilai etika dan moral yang tinggi, mereka cenderung terjerumus dalam perilaku yang tidak etis dan tidak bertanggung jawab, yang dapat merusak kepercayaan dan dukungan dari bawah.
Krisis kepemimpinan sering kali dipicu oleh ketidakmampuan pemimpin untuk mengakui kesalahan dan belajar dari kegagalan, serta kurangnya kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan dan memimpin transformasi yang diperlukan. Dalam konteks negara, krisis kepemimpinan juga bisa dipengaruhi oleh politik yang berorientasi pada kepentingan pribadi dan partisan, yang dapat menghambat kemampuan pemimpin untuk memimpin dengan visi yang jelas dan kepentingan yang lebih besar bagi masyarakat.
Sehingga, krisis kepemimpinan telah menjadi isu yang meresahkan di berbagai sektor, di mana hal ini menciptakan ketidakpastian dan kekhawatiran tentang masa depan disemua lembaga itu. Realitas ini terjadi hampir merata disemua sekala dan level orgnisasi, dimulai dari organisasi sosial, korporasi, hingga lembaga pemerintah. Dengan kasat mata kita menyaksikan contoh-contoh di mana kelemahan dalam regenerasi kepemimpinan telah menyebabkan ketidakstabilan, ketidakefektifan, bahkan mengancam kegagalan dan keberlanjutan organisasi.
Pada saat yang bersamaan, Organisasi juga menghadapi tantangan yang kompleks dan beragam, baik dari internal maupun dari eksternal, mulai dari perubahan teknologi yang cepat hingga perubahan kehidupan sosial, ekonomi, budaya dan politik yang kerap kali tidak terduga. Dalam situasi ini, penting untuk memahami sumber-sumber pemimpin itu berasal, dalam rangka untuk mengatasi krisis kepemimpinan ini.
Ketika krisis kepemimpinan terjadi, dampaknya dapat meluas mengancam stabilitas, kesejahteraan, dan masa depan organisasi. Sebab, kepemimpinan yang lemah dapat menyebabkan kurangnya visi, kurangnya koordinasi, dan kurangnya kepercayaan di antara anggota organisasi atau masyarakat. Hal lain dapat berupa inovasi terhambat, keputusan yang tidak efektif diambil, lemahnya solidaritas, dan risiko-risiko tidak dikelola dengan baik, meningkatkan ketidakpastian dan mengurangi kinerja keseluruhan elemen organisasi. Dan pada gilirannya organisasi menjadi lumpuh.
Dalam menghadapi krisis kepemimpinan yang melanda di hampir semua sektor itu, kita harus mencari ke akar permasalahannya, salah satu argument yang dapat ditawarkan adalah berkenaan denganmencari jejak asal-usul pemimpin itu. Dengan memahami bahwa sumber-sumber kepemimpinan yang beragam, kita dapat mengidentifikasi dan mengembangkan pemimpin yang mampu mengatasi tantangan yang kompleks dan beragam di masa kini dan masa depan. Dengan demikian, pengetahuan tentang darimana pemimpin berasal menjadi kunci dalam menjawab tantangan-tantangan kepemimpinan yang kita hadapi hari ini.
Tentang Asal-Usul Pemimpin
Berkenaan dengan adanya krisis kepemimpinan di atas, maka pertanyaan tentang asal usul pemimpin menjadi menarik untuk dibahas kemabali. Sebab hal ini telah menjadi perdebatan berabad-abad yang memicu adrenalin dalam berbagai konteks, dan seringkali tidak berujung, baik dalam konteks organisasi, maupun dalam politik bernegara.
Beberapa teori menegaskan bahwa pemimpin lahir dengan bakat bawaan sejak lahir, sementara yang lain berpendapat bahwa pemimpin diciptakan melalui pendidikan dan pelatihan, dan ada juga yang meyakini bahwa pemimpin ditemukan melalui proses pencarian dan penilaian. Namun, mungkin kebenaran sebenarnya terletak di antara ketiga teori ini, atau bisa jadi gabungan dari ketiganya. Secara ringkas darimana pemimpin berasal dapat dijelaskan sebagai berikut :
Pendekatan pertama, menyatakan bahwa “pemimpin itu dilahirkan” dalam konteks ini dijelaskan bahwa seseorang memiliki bakat bawaan atau karakteristik alami yang membuatnya menjadi pemimpin yang efektif. Ini mencakup faktor-faktor seperti kepribadian, kecerdasan, dan kemampuan komunikasi yang secara inheren ada pada individu tertentu sejak lahir. Bahkan ada juga yang mengkaitkan dengan keturunan, sehingga seorang pemimpin akan melahirkan anak pemimpin juga. Kelebihan dari teori ini adalah mengakui peran faktor-faktor bawaan dalam menentukan kepemimpinan, yang bisa menjadi sumber kekuatan bagi pemimpin yang memiliki bakat alami. Namun, kelemahannya adalah tidak semua orang dilahirkan dengan bakat alami kepemimpinan, dan teori ini cenderung mengabaikan peran pengalaman, pembelajaran, dan pengembangan pribadi dalam membangun kepemimpinan yang efektif..
Pendekatan kedua, berpendapat bahwa “pemimpin itu diciptakan”, di mana menekankan bahwa kepemimpinan dapat dikembangkan melalui pendidikan, pelatihan, dan pengalaman. Ini berarti bahwa siapa pun dapat menjadi pemimpin yang efektif dengan komitmen, usaha, dan kesempatan yang tepat untuk belajar dan berkembang, jika di treathment melalui serangkaian latihan kepemimpinan serta ditempa memalui berbagai jenis pengalaman yang relevan. Kelebihan dari teori ini adalah memberikan harapan bagi siapa pun untuk menjadi pemimpin yang sukses dengan usaha dan dedikasi yang cukup. Namun, kelemahannya adalah tidak semua orang memiliki akses yang sama terhadap kesempatan pendidikan dan pelatihan yang diperlukan untuk mengembangkan kepemimpinan, dan beberapa individu mungkin lebih sulit untuk mengubah diri mereka menjadi pemimpin yang efektif.
Pendekatan ketiga, menguraikan bahwa “pemimpin itu ditemukan”, alasannya adalah bahwa pemimpin itu dapat muncul sebagai respons terhadap kebutuhan dan kondisi tertentu dalam suatu situasi atau lingkungan. Ini berarti bahwa kepemimpinan muncul secara organik sebagai hasil dari keadaan yang mengharuskannya. Pemimpin seperti ini, biasanya berasal di luar proses kepemimpinan yang baku. Kelebihan dari teori ini adalah mengakui peran konteks dan situasi dalam menentukan kepemimpinan, yang berarti bahwa pemimpin dapat muncul dari berbagai latar belakang dan pengalaman. Namun, kelemahannya adalah bahwa tidak semua situasi menghasilkan pemimpin yang efektif, dan teori ini cenderung mengabaikan peran individu dalam mempengaruhi hasil kepemimpinan, bahkan akan membahayakan jika ternyata kepemimpinannya justru keluar dari fatsoen yang ada.
Ketiga hal pendekatan tersebut, seringkali menjadi kenyataan dan sekaligus merupakan tantantang bagi organisasi. Sehingga, dalam konteks organisasi, pemimpin yang efektif semestinya adalah mereka yang dapat menggabungkan bakat alami mereka dengan pembelajaran yang relevan serta pengalaman yang terus-menerus. Mereka tidak hanya memiliki kemampuan untuk mengarahkan dan memotivasi orang lain, tetapi juga memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan dan mengambil keputusan yang tepat dalam situasi yang kompleks.
Sedangkan dalam konteks politik, pemimpin yang berhasil adalah mereka yang diakui dan dipercaya oleh masyarakat untuk memimpin dengan keadilan, integritas, dan keberanian. Mereka harus mampu mengartikulasikan visi mereka, membangun koalisi yang kuat, dan mengatasi tantangan-tantangan yang kompleks dalam pemerintahan dan diplomasi. Meskipun dalam konteks demokrasi transaksional, seringkali hal ini terabaikan karena, semua direduksi dengan pendekatan wani piro? Dan anehnya, budaya seperti ini mulai juga merambah ke organisasi-organisasi sosial dan profesi dalam memelih pemimpinnya.
Dengan demikian, walaupun asal usul pemimpin mungkin bervariasi, tetapi yang pasti, kepemimpinan yang efektif membutuhkan kombinasi dari bakat bawaan, pembelajaran dan pengembangan, serta pengakuan dan dukungan dari masyarakat atau organisasi yang mereka pimpin.
Mencari Pemimpin dan Relevansinya Terhadap Organisasi Islam
Dalam konteks organisasi Islam, relevansi dari konsep asal usul pemimpin yang telah dijelaskan sebelumnya sangatlah penting. Pemimpin organisasi Islam tidak hanya bertanggung jawab atas pengelolaan organisasi secara efektif, tetapi juga memiliki peran yang lebih besar dalam memimpin umat menuju kebaikan dan kesejahteraan. Sebab kepemimpinannya tidak hanya dipertanggungjawabkan dihadapan anggota dan pimpinan Organisasi, melainkan juga dipertanggungjawabkan dihadapan Allah ta’ala.
Masing-masing organisasi Islam biasanya telah memiliki mekanisme dalam proses pemilihan dan transformasi kepemimpinan. Biasanya mereka menczri dan menelusuri rekam jejak kader yang memiliki talenta untuk memimpin dan kemudian diajukan untuk dipilih. Ada yang mengadopsi mekanisme demokrasi dengan prinsip one men one vote, ataupun melalui mekanisme keterwakilan melalui mekanisme majelis syura yang memilih. Kesmuanya memiliki muara untuk mendapatkan pemimpin yang ideal yang sesuasi visi, misi dan jatidiri organisasinya.
Dengan demikian maka, dalam rangka mencari pemimpin yang tepat dalam organisasi Islam, melui mekanisme apapun juga, setidaknya perlu diperhatikan beberapa hal di bawah ini:
Pertama-tama, pemimpin organisasi Islam perlu memahami bahwa kepemimpinan bukanlah sekadar posisi atau jabatan, tetapi juga merupakan amanah yang diberikan oleh Allah ta’ala. Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur’an dan Al Hadist, di mana Allah ta’ala dan Rasululah SAW memberikan petunjuk tentang karakteristik seorang pemimpin yang adil, tegas, dan berkomitmen untuk mematuhi ajaran Islam. Oleh karena itu, pemimpin organisasi Islam haruslah individu yang memiliki integritas, keimanan yang kuat, pemahaman yang mendalam tentang ajaran Islam, serta kemampuan untuk menginspirasi dan membimbing orang lain sesuai dengan nilai-nilai Islam yang budaya dan jatidiri dalam organisasi tersebut.
Kedua, relevansi konsep asal usul pemimpin dengan pemimpin organisasi Islam juga terkait dengan pentingnya pendidikan dan pelatihan dalam membentuk kepemimpinan yang efektif. Pemimpin organisasi Islam perlu terus mengembangkan pengetahuan dan keterampilan mereka, baik dalam bidang manajemen organisasi maupun dalam pemahaman ajaran Islam. Hal ini membantu mereka untuk mengelola organisasi dengan baik, memimpin tim dengan bijaksana, dan mengambil keputusan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.
Ketiga, relevansi ini juga mencakup pentingnya pencarian dan pengakuan terhadap bakat kepemimpinan dalam komunitas Muslim. Pemimpin organisasi Islam perlu secara aktif mencari individu yang memiliki potensi untuk menjadi pemimpin yang efektif, kemudian memberikan dukungan, kesempatan dan bimbingan yang diperlukan untuk mengembangkan kemampuan serta kapasitas mereka. Akan tetapi mereka juga dibatasi pemahamannya terhadap visi dan misi organisasi tersebut. Dengan demikian, organisasi Islam akan dapat terus menghasilkan pemimpin yang mampu membawa perubahan positif dalam masyarakat dan menjadi teladan bagi umat Islam lainnya, akan tetapi tidak menyimpang dari garis perjuangan organisasi.
Dengan demikian, relevansi konsep asal usul pemimpin dalam rangka mencari keberadaan pemimpin dalam organisasi Islam sangatlah penting dalam menjaga integritas, kualitas, dan keberlanjutan kepemimpinan dalam konteks yang sesuai dengan ajaran dan nilai-nilai Islam. Pemimpin organisasi Islam haruslah individu yang memiliki kualitas kepemimpinan yang tinggi, serta komitmen yang kuat untuk melayani umat dan memperjuangkan kebaikan berdasarkan nilai-nilai Islam, sehingga mampu menjadi penggerak sekaligus uswah/tauladan bagi seliruh elemen dalam Organisasi.
Oleh karenanya tidaklah mungkin dalam proses regenerasi pemimpin, terutama dalam organisasi Islam calonnya dari mereka yang berasal dan berada di luar sistem dari organisasi itu, atau setidaknya, mereka yang sudah sekian lama tidak aktif dalam organisasi tersebut. Semestinya tidak ada tempat bagi mereka yang seperti itu. Sebab dia tidak ikut merasakan denyut -nadi, langkah serta dinamika bagaimana organisasi itu tumbuh dan berkembang menghadapi tantangan yang ada.
Penutup
Kepemimpinan adalah fenomena kompleks yang tidak dapat dijelaskan hanya dengan satu teori ataupun satu pendekatan saja, sebab kenyataannya masing-masing saling terhubung. Pemimpin mungkin dilahirkan dengan bakat alami, dibentuk melalui pendidikan dan pelatihan, atau dicari dan ditemukan dalam situasi tertentu. Keberhasilan seorang pemimpin tergantung pada kombinasi faktor-faktor ini, serta kemampuannya untuk beradaptasi dengan situasi dan konteks yang selalu berubah.
Akhirnya, Organisasi akan selalu membutuhkan pemimpin yang memiliki kombinasi bakat, pendidikan, dan pengalaman. Pada gilirannya, bukan masalah perdebatan dari mana pemimpin itu berasal, sebab pemimpin yang efektif adalah mereka yang mampu memimpin dengan visi, integritas, dan komitmen untuk kemajuan dan keberlangsungan organisasinya, melalui melayani serta membawa kesejahteraan bagi orang lain terutama anggotanya.
Sehingga pekerjaan mencari pemimpin ini bukan merupakan pekerjaan mudah, dan tiada akhir. Mekanisme proses kepemimpinan dalam organisasi biasanya sudah ada dan baku dalam setiap Organisasi, akan tetapi dengan melihat realitas di atas, akan menjadi model pendekatan baru yang dapat dipertimbangkan. Wallahu a’lam.
*) ASIH SUBAGYO, Penulis adalah peneliti senior Hidayatullah Institute