AdvertisementAdvertisement

Meneladani Ibunda Aida Chered

Content Partner

Ketua Umum DPP Hidayatullah Nashirul Haq mencium tangan Ketua Majelis Penasihat Muslimat Hidayatullah,Ustadzah Aida Chered (kiri), Sabtu (26/12/2020) sore (Foto: Nisa/ Mushida.org)

“JIKA BUKAN pandemi, jamaah Hidayatullah akan datang berbondong – bondong takziyah wafatnya ibunda Aidah Chered di Gunung Tembak ini,” kata bapak Pemimpin Umum Hidayatullah KH Abdurrahman Muhammad saat memberikan kalimat takziyah di pemakaman.

Subhanallah Allahu Akbar

Ini salah satu indikator dari kebaikan almarhumah. Persaksian kebaikan dari segenap kader, anggota dan jamaah Hidayatullah.

Kisah dan persaksiannya memberikan inspirasi dan motivasi bagi banyak kader, santri dan jamaah Hidayatullah.

Sebagaimana ada seorang ibu muda gelisah, setelah mendengar beberapa kalimat takziyah dari beberapa ustadz yang mempersaksikan ibunda Aida Chered.

“Bi, apa yg harus kita kerjakan di sini?”

“Memangnya umi kenapa?”

“Umi malu dengan almarhumah Ibunda Aida Chered. Tapi juga bingung, umi harus bagaimana?”

“Alhamdulillah, itu perasaan positif. Artinya umi ada keinginan untuk bisa lebih baik.
Sebab ada orang yang mendengar cerita itu biasa saja, tidak termotivasi untuk meneladani. Ada yang merasa sudah baik, bahkan ada yang lebih baik. Na ‘udzubilahi min dzalik,” jawab suaminya

” Iya, tapi umi harus bagaimana?,” tanyanya mendesak

“Tenang umi, tidak juga langsung bisa seperti almarhumah Ibunda Aida Chered. Bertahap lah dan pelan-pelan, perbaiki ibadah dulu, harus lebih aktif halaqah, semakin semangat infak, santun dan tidak mudah marah,” jawab suaminya

Satu sisi kita sedih kehilangan ibunda Aidah Chered. Kehilangan figur, teladan, mujahidah dan penasehat yang tulus ikhlas.

Satu sisi lain, ada rasa salut dan haru memiliki ibunda Hidayatullah yang luar biasa. Haru menjadi bagian dari santri atau kader Hidayatullah yang dikenal atau tidak oleh beliau.

Satu sisi lain lagi, ada pelajaran dan peringatan bagi kita.

Apakah bisa meneladani beliau dengan segala keterbatasan yang kita miliki?

Terlalu banyak jika kita urai tentang keteladanan yang beliau sampaikan dan tunjukkan selama hidup.

Apakah kita selama ini sudah memberikan perjuangan dan pengorbanan dalam Islam di Hidayatullah sebagaimana beliau?

Ini pertanyaan penting untuk evaluasi diri, sekaligus meningkatkan kualitas diri. Momentum seperti ini sangat bagus utk memompa semangat bisa lebih baik

Apakah kelak saat kita wafat juga bisa dipersaksikan oleh banyak orang?

Apa kira-kira yang dipersaksikan saudara, teman dan orang-orang terhadap kematian kita nanti?

Dua pertanyaan yang menggelitik dan auto kritik bagi diri kita sendiri. Ada rasa harap dan was-was dalam menghadapi kematian dengan segala persaksian.

Ibunda Aida Chered, wafatnya pun menjadi inspirasi bagi santri, kader dan jamaah Hidayatullah untuk termotivasi bisa berjuang dan berkorban lebih baik.

Beliau wafat dengan segala amal kebaikannya. Kita yang ditinggalkan tidak cukup hanya membanggakan beliau tapi harus meneruskan cita citanya dengan meneladani karakternya dan kerja kerasnya.

ABDUL GHOFAR HADI

- Advertisement -spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Daiyah Sarjana STIS Hidayatullah Siap Bangun Generasi Cerdas untuk Indonesia Emas 2045

BALIKPAPAN (Hidayatullah.or.id) -- Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Hidayatullah Balikpapan menggelar acara penugasan daiyah sarjana tahun 2024 di Kampus...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img