Perkampungan Pengkaderan Yang Diimpikan
Penjudian dalam bentuk lotre yang dinamakan lotto, singkatan dari lotre totalisator ini, sangat besar daya rusaknya kepada masyarakat. “Kalau penjudian gaya baru ini dibiarkan berlanjut, masyarakat akan mengalami kehancuran yang sulit dibayangkan. Karena disamping hartanya akan habis ditelan judi, juga moralnya mengalami degradasi yang luar biasa. Mengapa tidak? Berbarengan hadirnya judi dalam bentuk lotre ini, muncul pula peramal-peramal dadakan diseluruh sudut-sudut kota yang untaian-untaian kalimatnya dikutip dari mimpi semalam kemudian dituang dalam bentuk tulisan lalu penjudi memberi tafsir terhadap mimpi itu.
Hasil tafsir itulah dijadikan pegangan untuk memenangkan undiannya setiap malam dengan terlebih dahulu menebak salah satu angka atau lebih dari 49 angka. Tokoh peramal waktu itu seorang haji bernama Haji Sulaimana. Ini menyeret masyarakat kecil yang ingin segera merubah nasib dengan instan ke lembah kesesatan”. Demikian sering diungkapkan Ustadz Muhsin Kahar dan muballigh-muballigh di Makassar pada umumnya kala itu.
Dalam salah satu khutbahnya yang disampaikan pada hari Jum’at, 14 Februari 1969 di mesjid Nurul Jama’ah, Jalan Lamuru, Bontoala-Makassar menyatakan, “Negara kita sekarang ini sudah sangat rusak. Karena masyarakat tidak lagi memperhatikan kewajiban amar ma’ruf nahyi munkar. Padahal ini juga kewajiban mutlak, sama halnya dengan kewajiban shalat, kewajiban puasa Ramadhan, kewajiban zakat. Akibatnya, segala bentuk kemaksiatan dan pelanggaran-pelanggaran agama berjalan mulus. Untuk itu masyarakat perlu digembleng terus menerus untuk berani menyatakan yang benar itu benar dan yang salah itu salah. Karena orang yang terlibat pelanggaran, seperti menjudi, itu berdosa karena perbuatannya. Tapi kita juga berdosa kerena turut menyaksikan perbuatan itu lalu tidak menegur atau mencegahnya.
Akhirnya tibalah pada titik puncak panasnya hati pemuda-pemuda Islam di Makassar, seperti panasnya kota Anging Mammiri waktu itu, ingin menghanguskan segala bentuk kemaksiatan, terutama judi. Mereka tidak lagi dibayangi rasa takut terhadap resiko, walaupun penjudian dalam bentuk lotre ini dikordinasi oleh pemerintah kota dibawah kekuasaan walikotanya yang cukup populer dan gigih membangun Kota Makassar dan melakukan peruabahan-perubahan, Muhammad DaEng Patompo. Otomatis aparat keamanan berada di belakangnya.
Pertemuan perencanaan pengganyangan ini diadakan di lantai tiga menara Ta’mirul Masajid, mesjid milik Mihammadiyah Rabu (malam), 27 Agustus 1969, diarahkan langsung oleh Ustadz Muhsin Kahar dan H.Mahyuddin Thaha Dibuka dengan pembacaan Al-Qur’an oleh Ustadz M.Arsyad Palantei.
Terjadilah peristiwa pengganyangan judi itu dengan modal kader-kader yang selesai digembleng di Maros, kemudian melibatkan pemuda-pemuda Muhammadiyah di Makassar. Pelaksanaannya jatuh pada Kamis (malam), 28 Agustus 1969. Sebelumnya pada Kamis pagi ditugaskan Ustadz Muhsin Kahar seorang kader mengantar secarik kertas untuk menyampaikan kepada beberapa pimpinan Pemuda Muhammadiyah tentang kepastian waktu pelaksanaan pengganyangan itu.
Peristiwa itu bertepatan dengan berlangsungnya Muktamar PII (Pelajar Islam Indonesia) yang ke- 12 di Makassar. Maksudnya Ustadz Muhsin Kahar ingin melibatkan peserta Muktamar PII namun tidak berhasil karena ketika Muhammad Asad Kahar (adik kandung Muhsin Kahar) mencoba mengkordinir anak buahnya yakni PII dari Labbakang- Pangkep, M.Zoubair Bakry (Ketua Pimpinan Wilayah PII Sulsel) langsung mencegatnya. M.Zoubair Bakry khawatir kalau-kalau nantinya tokoh-tokoh yang tengah hadir di Makassar waktu itu yang notabene adalah mantan orang-orang partai Masyumi yang telah dikubur pemerintah seperti Prof. K.H. Abdul Ghaffar Ismail ( muballigh kondang dan ulama besar, yang terkenal dengan Pengajian Malam Selasa-nya yang sudah berlangsung selama setengah abad di Pekalongan), Prawoto Mangkusasmito (mantan Ketua Masyumi dan mantan Wakil Perdana Menteri pada kabinet Wilopo 1952-1953), EZ. Muttaqin (Ketua GPII-Gerakan Pemuda Islam Indonesia) – dikait-kaitkan dengan peristiwa pengganyangan itu.
Kendatipun tidak terlaksana sebagaimana yang diinginkan; karena tidak semua pemuda yang mendapat instruksi melaksanakan pengganyangan itu. Ada yang dicegat karena sempat bocor kepada orang-orang tua yang tentu saja banyak perhitungan. Hanya sebagian kecil yang tetap meneruskan niatnya, yakni penghuni asrama Muhammadiyah Jalan Bandang dan anak-anak disekitar Jalan Andalas, Jalan Bandang, Jalan Diponegoro. Namun hasilnya cukup memadai. Berhasil mengobrak abrik tempat penjualan kupon dan mencederai sebagian penjualnya yang terdiri dari orang-orang Cina. Tapi yang lebih penting Lotto yang sangat merusak terutama masyarakat kecil diberhentikan oleh pemerintah.
Seusai pengganyangan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulselra, K.H.Muhammad Aqib dipanggil menghadap oleh Penanggung Jawab Keamanan di Kota Besar Makassar untuk mempertanggung jawabkan perbuatan itu yang menurut dugaan digerakkan oleh Muhammadiyah karena terbukti banyak sekali anak-anak Muhammadiyah yang terlibat. Pak Kyai membantah dengan alasan, “Ini bukan gerakan Muhammadiyah, kalau Muhammadiyah yang begerak tidak begini bentuknya. Muhammadiyah adalah organisasi massa yang besar, banyak sekali anggotanya. Makassar ini akan tenggelam kalau Muhammadiyah yang bergerak. Yang benar adalah gerakan ini dilakukan oleh anak-anak muda yang sangat jengkel melihat maraknya perjudian. Hanya mungkin banyak anak-anak Muhammadiyah yang terlibat didalamnya. Makanya sebelum Muhammadiyah bergerak, hentikanlah cepat perjudian ini”.
Peristiwa yang menghebohkan Sulsel itu membuat ruang tahanan Kodim 1408 Makassar penuh sesak. Banyak sekali anggota Pemuda Muhammadiyah yang ditahan. Bahkan beberapa tokoh seperti Kyai Ustadz Ahmad Marzuki Hasan, K.H.Fathul Mu’in Daeng Maggading , Ustadz M.Arief Marzuki dan ayahanda Ustadz Muhsin Kahar sendiri, Kyai Abdul Kahar.
Bahkan seterusnya ada yang dipindahkan ke lembaga pemasyarakatan dan dipengadilankan seperti: M.Thahir Fatwa (guru SD Muhammadiyah asal Bulukumba), M.Munzir Rowa (guru SD Muhammadiyah asal Bone), M.Jalil Thahir (aktivis Pemuda Muhammadiyah asal Sidrap), Abdurrahman (pemuda Muhammadiyah, asal Sinjai).
Informasi dari penjara yang disampaikan Ustadz Abdul Jalil Thahir, Muhsin Kahar harus meneruskan perjuangan, jangan sampai menyerahkan diri. Kami di penjara insya Allah akan bersabar bagaimanpun siksaan yang kami rasakan. Kami anggap sebagai lanjutan pengkaderan.