DEOXYRIBO Nucleic Acid atau DNA merupakan suatu molekul dalam sel tubuh makhluk hidup yang terdiri dari unsur karbon, hidrogen, oksigen, posfat, dan basa nitrogen. DNA merupakan pengatur kehidupan dalam sel tubuh makhluk hidup.
Apabila DNA tidak bekerja, maka akan menyebabkan tidak akan ada makhluk hidup. Apabila setiap sel bekerja, maka hal tersebut akan menghasilkan kehidupan yang sangat kompleks.
Dalam sebuah metafora, maka organisasi diibaratkan sebagai organisme hidup. Sehingga dia mengalami siklus hidup, berupa lahir, tumbuh, berkembang, dewasa, menua, lalu mati. Sebagai organisme, tentu di dalamnya mengandung DNA. Dan DNA inilah yang mengarahkan identitas, pertumbuhan, dan keberlanjutannya.
Dalam konteks organisasi, maka DNA organisasi tidak berupa molekul biologis, sebagaimana dalam pengertian ilmu Biologi dan genetika yang dipahami selama ini dan yang diuraikan di atas. Namun dia berupa sekelompok prinsip, nilai, dan praktik yang membentuk inti budaya dan strategi organisasi. Dan seringkali, itulah sejatinya yang disebut sebagai jatidiri organisasi.
Berkenaan dengan perjalanan organisasi, eksistensi DNA menjadi kunci dalam membentuk identitas yang kuat. DNA organisasi mengacu pada nilai-nilai, kebiasaan, budaya, dan prinsip-prinsip inti yang membentuk landasan filosofis dan operasional suatu entitas. Ini menjadi vital, karena DNA organisasi memberikan arah dan petunjuk, memperkuat kepemimpinan dan keputusan, membangun kohesi antar elemen organisasi, dan membentuk perilaku yang mendasari semua aspek operasional.
Sebagai sebuah jatidiri, maka DNA organisasi tidak hanya menandai identitas atau karakter suatu entitas, tetapi juga menjadi landasan yang mendasari keputusan, tindakan, dan interaksi dalam setiap aspek operasionalnya.
Sebagai kode genetik yang mengatur nilai-nilai, budaya, dan strategi, DNA organisasi menjadi panduan dalam pembentukan perilaku, pengambilan keputusan, dan kultur yang memengaruhi hubungan antara anggota, arah perkembangan, serta respons terhadap perubahan.
Memahami, merumuskan, dan memelihara DNA organisasi adalah krusial dalam memastikan kesinambungan, kohesi, dan kesesuaian organisasi dengan tujuan, visi, serta nilai-nilai yang ingin diusung, memungkinkan perubahan yang relevan dan konsisten dalam dinamika yang terus berubah.
Sehingga, dengan demikian, organisasi yang tidak menanamkan DNA pada dirinya, alih-alih akan mampu berkembang dan ekspansi, dia dapat dipastikan tidak memiliki arah dan masa depan, tidak ada yang diwariskan kepada generasi mendatang, dan akhirnya punah ditelan jaman.
Mengapa DNA Organisasi Penting
Pertama-tama, DNA organisasi adalah landasan bagi nilai-nilai yang dianut. Nilai-nilai ini bukan sekadar teori, melainkan prinsip-prinsip yang diterapkan dalam setiap aspek organisasi, mulai dari pengambilan keputusan hingga interaksi sehari-hari.
Misalnya, jika nilai kejujuran dan transparansi merupakan bagian dari DNA organisasi, hal ini tercermin dalam komunikasi terbuka, transparansi keputusan, dan kepercayaan yang ditanamkan.
Selanjutnya, DNA organisasi yang seringkali dirumuskan dalam bentuk jati diri, akan membentuk budaya (culture) yang memengaruhi perilaku individu dan berdampak kolektif.
Budaya organisasi yang kuat, yang dimulai dari aspek ubudiyah (spiritual), hingga berkembang dalam aspek yang lainnya seperti budaya kerja keras, kolaborasi, inovasi, atau pun keberagaman, menjadi landasan bagi cara individu berinteraksi dan bekerja dalam organisasi. Budaya ini menjadi penentu utama produktivitas, motivasi, dan kualitas kerja.
Selain itu, DNA organisasi memberikan identitas yang membedakan suatu entitas dari yang lain. Hal ini mencakup visi, misi, dan tujuan organisasi yang tercermin dalam semua program-program yang dirumuskan dan sejumlah regulasi serta keputusan organisasi yang diambil. Sehingga keberadaan DNA organisai yang jelas akan membantu dalam menjaga fokus, mengarahkan strategi, dan memberikan arah yang konsisten bagi perkembangan organisasi.
Namun dalam beberapa kasus, kehadiran DNA organisasi juga terletak pada daya adaptasinya. Organisasi yang memiliki DNA yang fleksibel dapat beradaptasi dengan perubahan lingkungan, teknologi, dan kebutuhan pasar (umat). Mereka mampu mempertahankan nilai-nilai inti dalam organisasi, pada saat yang sama juga menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi.
Penting untuk dicatat bahwa DNA organisasi itu mengandung dua hal, yang pertama ada hal-hal khusus yang bersifat statis, hal ini berkenaan dengan prinsip-prinsip utama yang menjadi inti organisasi. Disisi lain ada yang bersifat dinamis; ia harus berkembang seiring waktu. Perubahan dalam lingkungan, pengetahuan baru, dan tuntutan pasar mungkin memerlukan perubahan dalam DNA organisasi untuk memastikan relevansi dan keberlanjutannya.
Dengan demikian maka memahami DNA organisasi merupakan kunci untuk memahami inti dari sebuah organisasi itu sendiri dengan seluruh aspek turunannya. Analisis yang cermat terhadap nilai, praktik, dan strategi organisasi memungkinkan pengembangan yang lebih baik, restrukturisasi yang efektif, serta transformasi yang sukses.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa, urgensi DNA organisasi tidak hanya sebatas dalam membentuk identitas, melainkan dalam menentukan keberhasilan dan keberlanjutan suatu entitas, yaitu sustainabilitas organisasi itu sendiri. Ini adalah fondasi yang memandu perilaku, keputusan, dan kultur dalam organisasi, memberikan arah yang jelas, dan memengaruhi cara organisasi beradaptasi dengan perubahan.
Dengan memahami dan menghargai urgensi DNA organisasi, entitas dapat menjaga keberlanjutan, relevansi, dan keunggulan dalam dunia yang terus berubah.[]
*) ASIH SUBAGYO, penulis peneliti senior Hidayatullah Institute (HI)