AdvertisementAdvertisement

Mentor dan Teladan Nabi Menjadi Usahawan Sukses

Content Partner

DALAM perkembangan bisnis modern, jika seseorang ingin membangun bisnis rintisan (start-up), agar terjadi akselerasi yang signifikan. Maka Entrepreneur tersebut, mesti didampingi seorang Mentor.

Dan selanjutnya, banyak contoh sukses yang mempertegas sekaligus membuktikan kebenaran tesis tersebut. Dalam bahasa lain, mentor yang juga sering disebut, dengan Coach. Meski ada perbedaan mendasar antara Mentor dan Coach. Namun dalam konteks ini kita samakan.

Menurut KBBI, mentor/men·tor/ /méntor/ n pembimbing atau pengasuh (biasanya untuk mahasiswa): tiap mahasiswa diberi seorang –. Artinya, secara spesifik mentor itu, merupakan pembimbing atau pengasuh mahasiswa, selama kuliah. Namun kini telah memiliki perluasan makna, dan dikaitkan dengan bisnis.

Semangatnya sama, meski implementasi berbeda. Intinya adalah adanya orang atau sekelompok orang, yang memiliki pengalaman (empiris) di bidang bisnis dan/atau orang yg memiliki ilmu dan pemahaman bisnis untuk membimbing, mendampingi start up dalam menjalankan bisnisnya, hingga berhasil.

Dia merupakan tempat mengadu dan mencari solusi atas permasalahan bisnisnya. Dalam hal mentornya seorang pengusaha yang sudah berhasil, biasanya juga menularkan, serta memberi contoh kiat-kiat suksesnya.

Pendeknya seorang Mentor, selalu mengarahkan kesuksesan kepada yang dimentori, dengan menghindari kesalahan dari apa yg pernah dilakukan, atau pengalaman dari kebanyakan pengusaha lainnya.

Darinya, mentor bisa jadi sangat galak dalam membimbing dan mengarahkannya. Karena ada tanggung jawab besar, untuk mentransfer ilmu dan kesuksesannya. Dan inilah, model yang kini diadopsi oleh mayoritas startup.

Ternyata model mentoring bisnis ini bukan hal yang baru. Dalam beberapa kisah dalam Sirah Nabawiyah, ada salah satu episode hidup Rasulullah Muhammad Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam sebelum diangkat menjadi Rasulullah. Yaitu, aktifitas beliau sebagai pebisnis handal. Dimana sebelum melakoni aktifitas sebagai pebisnis, Rasulullah magang dan mendapat Mentor yang handal.

Dan ternyata bukan orang jauh, yaitu pamannya sendiri, Abu Thalib. Karena pamannya inilah yg pertama kali mengenalkan Rasulullah dalam bisnis. Saat usia beliau masih sangat belia, yaitu dua belas tahun.

Ya, dalam usia semuda itu beliau diajak dalam sebuah misi dagang. Dan tidak tanggung-tanggung, yaitu melakukan perdagangan internasional, ekspor-impor. Dari Mekkah ke negeri Syam, yang jaraknya ratusan kilometer. Dan memerlukan perjalanan berhari-hari.

Tentu dalam perjalanan dagang itu, banyak pelajaran yang beliau ambil. Dari aspek bisnisnya, sampai bagaimana berkomunikasi dengan orang asing, dlsb. Berdagang berarti, memasarkan. Mengajak orang untuk membeli itu adalah sebuah seni, yang membutuhkan talenta, kemampuan da kemauan.

Sehingga, berdagang itu, merupakan aktifitas pembentukan kepribadian yang utuh. Bahkan dalam misi dagang itu, beliau sempat ketemu Pendeta Bahira, dan dengan melihat ciri yang ada pada diri beliau, berdasar tanda-tanda yang ada dan tercatat di kitab sucinya, bahwa Muhammad ini adalah calon orang besar.

Dus, model magang beliau ini, dan di bawah bimbingan sang mentor, berlangsung sampai pada beberapa misi dagang. Dan sang paman di bawah Abu Thalib, me-mentori, sampai kemudian beliau bisa mandiri dan memimpin kafilah dagang, baik ke Syam maupun Yaman dan lain sebagainya.

Dan, setiap misi dagang tersebut, beliau selalu meraup keuntungan yang besar. Seorang mentor kadang dia tidak menyadari saat melakoni peran itu. Bisa jadi, bersebab karena dorongan diri untuk berbagi terhadap orang disayangi, dlsb.

Atas kecakapannya itu maka beliau dipercaya oleh Kadhijah, konglomerat Mekkah saat itu, untuk membawa dagangannya ke luar negeri. Dan ditangan beliau, keuntungan berlipat ganda, bersebab kepiawian beliau dalam berdagang.

Sebuah kecakapan yg tidak diperoleh secara instan. Melainkan melalui proses yang panjang. Di barengi dengan kemampuan soft skill beliau berupa pemasar ulung, yang dilandasi sikap akhlakul karimah. Yang darinya mengantarkan beliau mendapatkan predikat sebagai al-amin. Sebuah gelar yang disematkan bersebab interaksi sosial yang baik.

Kembali ke soal mentor. Bisa jadi dia adalah sosok yang patut diteladani karena keberhasilannya. Namun tidak jarang mereka adalah King Maker.

Sebenarnya dia sendiri bukan orang (pengusaha sukses). Namun, justru mampu mengantarkan orang lain untuk sukses. Dia tahu jalan dan cara untuk sukses. Namun, dia tidak cocok untuk melewati jalan itu. Tetapi bisa menunjukkan jalan, dan mengajari untuk itu.

Dan mentor ini ternyata tidak hanya soal urusan bisnis. Namun hampir disemua aspek kehidupan. Banyak contohnya. Dan paman nabi tersebut salah satu contohnya. Dan selanjutnya, kita bisa memilih peran yang cocok untuk diri kita sendiri. Wallahu a’lam.

________
ASIH SUBAGYO

- Advertisement -spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Liga Santri se-Kota Jayapura Bergulir, Pondok Pesantren Hidayatullah Tuan Rumah

JAYAPURA (Hidayatullah.or.id) – Liga Santri se-Kota Jayapura resmi bergulir pada Rabu, 6 Rabi'ul Akhir 1446 (9/11/2024) dimana kampus Pondok...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img