Malam masih pekat, seperti biasa saya membuka PC kesayangan di rumah, kemudian ketemu buku Haryatmoko yang berjudul “Etika Publik untuk Integritas Pejabat Publik dan Politisi.”
Sekalipun terbit pada tahun 2011, buku itu seakan relevan dibaca oleh siapapun yang kini berada di dalam pemerintahan maupun legislatif di DPR.
Satu uraian menarik ada di halaman 165 tentang Transparansi Menghadapi Korupsi Kartel-Elite.
Di sana dituliskan, “Bagaimana mungkin wakil rakyat bisa mengawasi korupsi atau pelanggaran seperti itu kalau partai atau pemimpin mereka menjadi bagian di dalam transaksi besar itu?
Kemudian dilanjutkan, “Apalagi alat penegak hukum (polisi, jaksa) yang jabatan pemimpinnya ditentukan oleh penguasa politik; bahkan seandainya ada aparat yang jujur dan penuh dedikasi pun, tidak bisa tidak juga harus menuruti kemauan kartel-elite itu.
Banyak strategi manipulatif lain yang membuat masyarakat tidak sadar telah diperdaya sehingga kasus-kasus korupsi menguap begitu saja dan koruptor menikmati impunity (tiada sanksi hukum).”
Penjelasan di atas bukanlah uraian baru, namun itulah yang selama ini belum bisa diatasi oleh negeri ini, sekalipun koruptor terus ditangkap dan seruan anti korupsi tidak pernah berhenti disuarakan.
ICW mencatat, sebagaimana rilis sebuah media online, bahwa ada 169 kasus korupsi sepanjang semester I 2020.
Peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW) Wana Alamsyah mengatakan, terdapat 169 kasus korupsi selama periode semester satu tahun 2020.
Hal ini ia katakan berdasarkan pemantauan yang dilakukan ICW sejak 1 Januari hingga 30 Juni 2020. “Kasusnya ada sekitar 169 kasus korupsi sepanjang semester satu 2020,” kata Wana melalui telekonferensi, Selasa (29/9/2020).
Dari 169 kasus korupsi yang disidik oleh penegak hukum, kata Wana, 139 kasus di antaranya merupakan kasus korupsi baru.
Hal ini menunjukkan bahwa realitas bangsa Indonesia masih belum beranjak dari kegelapan berupa langkanya cahaya kejujuran. Ini berarti, keadilan, kesejahteraan, dan kemajuan bangsa masih menjadi mimpi besar seluruh rakyat Indonesia.
Dakwah dan Tarbiyah
Menyadari kondisi tersebut, apa peran yang bisa kita hadirkan untuk mewujudkan mimpi rakyat Indoensia tersebut? Bagi Pemuda Hidayatullah, jelas, langkah yang harus dikuatkan adalah gerakan dakwah dan tarbiyah.
Dakwah secara umum berarti memperkuat gerakan edukasi, pencerahan dan penyadaran generasi milenial perihal pentingnya menjadi manusia yang jujur, yakin sepenuh hati bahwa rezeki sudah Allah tentukan, sehingga yang perlu jadi mainstream dalam hidup adalah kerja penuh kesungguhan, ikhlas, dan hadirkan mindset dalam diri tidak makan kecuali hasil keringat sendiri.
Mungkin ini terkesan biasa, namun kala ini mewujud dalam bentuk kesadaran dan budaya baru generasi milenial, ke depan mereka bukan lagi orang yang setiap pemilu datang pikirannya, apa yang saya dapatkan dari orang yang akan saya pilih. Tapi sebuah langkah pasti bahwa orang atau partai yang dipilihnya benar-benar jujur, dapat dipercaya dan benar-benar terbukti membela rakyat.
Tarbiyah berarti mengajak generasi milenial kembali pada tradisi-tradisi progresif beradab dalam bentuk aktif dalam komunitas keilmuan, pelatihan, dan kreativitas yang dapat mendorong skill dan kemampuan menjawab tantangan bahkan mandiri dan terdepan secara ekonomi, sehingga keberadaannya mampu memberi kontribusi bagi bangsa dan negara, bukan malah jadi beban dan sampah pembangunan.
Upaya ini bisa dilakukan dengan menjadikan sarana media sosial sebagai alat komunikasi dan publikasi perihal beragam program pendidikan yang dijalankan dan ditawarkan, sehingga semakin banyak generasi muda tersentuh dan terlayani dengan program ini.
Jika ini bergulir dan terus berjalan, maka pencerahan akan terus terjadi dan keadaan perlahan pasti akan dapat kita ubah menjadi lebih baik.
Oleh karena itu, isu, problem, dan segala PR bangsa Indonesia tak cukup dikutuk, tapi harus kita temukan solusi mengatasinya, meski dengan memulai satu langkah yang sederhana. Pepatah mengatakan, “Perjalanan 1000 mil itu dimulai dari satu langkah.”
Di sini, kaum muda harus siap bekerja keras, bekerja sungguh-sungguh dan bekerja ikhlas yang dibuktikan dengan komitmen pada apa yang telah direncanakan untuk segera dituangkan dalam nafas kehidupan sehari-hari. Insha Allah dengan penyempurnaan ikhtiar dalam wujud doa dan musyawarah, keadaan ini perlahan akan bisa kita ubah, insha Allah.
Terlebih dalam kajian Manhaj Sistematika Wahyu kita temukan satu fakta luar biasa, bahwa kejahiliyahan kaum kafir Quraisy bisa diatasi dengan langkah nyata Iqra’ Bismirabbik yang terus digulirkan dan dihadirkan dalam kehidupan nyata. Dengan kata lain, Pemuda Hidayatullah insha Allah bisa dan akan Allah mampukan untuk mewujudkan mimpi seluruh rakyat Indonesia. Bersemangatlah wahai kaum muda tercinta.*
Imam Nawawi, Ketua Umum Pemuda Hidayatullah