Hidayatullah.or.i – Meski dalam kesederhanaan dengan swadaya warga masyarakat, pelaksanaan pembukaan Musabaqah Tilawatil Qurán (MTQ) Tingkat Kelurahan Pasir Panjang, Kecamatan Meral Barat, Kabupaten Karimun, Provinsi Kepri, Senin (25/1/2016) malam, berlangsung meriah.
Seratusan warga terlibat dalam acara pembukaan yang dihadiri Camat Meral Barat Irwan Dinovri dan Lurah Pasir Panjang, Dirgahayu Nur.
Sekitar 500 warga sekitar kelurahan turut menghadiri kegiatan yang digelar di halamam Pesantren Hidayatullah Pasir Panjang ini. Hadir juga Anggota DPRD Karimun Yusuf Sirat sebagai tamu undangan.
“Kegiatan ini terselenggara berkat bantuan seluruh lapisan masyarakat. Swadaya masyarakat. Dibantu juga beberapa perusahaan seperti PT KDH yang memberikan dana kegiatan dan juga PT Wahana membantu fasilitasnya,” kata Ketua Panitia yang juga Ketua RW 01 Pasir Panjang, Khuzairin.
Mengenai acara yang digelar di Pesantren Hidayatullah, tambah Khuzairin, juga bertujuan untuk memperkenalkan lingkungan pesantren dan panti asuhan tersebut ke masyarakat yang sejauh ini telah cukup dikenal di bilangan Panjang.
Irwan Dinovri dalam sambutannya sebelum membuka acara memberikan semangat kepada peserta.
“Kita berharap peserta semangat mengikutinya. Semoga bisa tampil juga di MTQ tingkat kecamatan, kabupaten, provinsi atau nasional. Kan yang bangga kita juga semua,” ujarnya.
Acara yang diselenggarakan sejak Senin (25/1/2016) dan penutupannya, Kamis (28/1/2016) itu melombakan seni membaca Al-Quran (nagham) dan turunannya.
Sementara itu, Ustadz Syaefudin, pimpinan Pondok Pesantren Al-Qur’an Hidayatullah Pasir Panjang mengatakan pesantrennya saat ini sedang mencoba menerapkan sistem Kulliyatul Mu’allimin Islamiyyah (KMI).
“Dengan sistem itu, para murid akan mendapatkan pelajaran agama lebih tinggi daripada tingkat Aliyah,” ujar Ustadz Syaefudin, lulusan Darul Huffadz, Bone, Sulawesi Selatan.
Hanya saja, katanya, untuk para pengajarnya pun setidaknya yang pernah mondok di pondok pesantren yang menerapkan sistem yang sama.
“Alhamdulillah, ada beberapa yang memenuhi kualifikasi, tapi masih belum memadai,” kata Syaefudin yang mulai merintis sekolah ini sejak tahun 2008.
Karena keterbatasan guru itu, aku Syaefudin, dirinya pun masih harus mengajar beberapa mata pelajaran.
Meski begitu Syaefudin masih bersyukur, karena murid-muridnya tetap bisa belajar. Bahkan, beberapa perlombaan seperti musabaqah tilawatir al-Qur’an, membaca kitab, dan beberapa cabang olahraga berhasil diraih oleh santri-santrinya.
“Alhamdulillah, melalui perlombaan ini, Pesantren Hidayatullah Karimun cukup diperhitungkan di tingkat kabupaten,” aku Syaefudin. Kemampuan membaca kitab bertuliskan arab ini, kata Syaefudin, sebab sejak kelas 2 SMP para santri sudah harus berbahasa Arab di kelas.
Hanya saja, kondisi ini membuat beberapa santri tidak bisa bertahan. “Sebenarnya tidak hanya itu, alasan lainnya juga karena mereka tidak terbiasa dengan kedisiplinan yang ditanamkan. Aktivitas sejak jam 4 pagi hingga malam,” ujar Syaefudin. Tapi, kata pria ramah ini, begitulah sekolah yang berupaya menghasilkan kader dai.
Sekolah yang termasuk non formal ini, terang Syaefudin juga memberikan keterampilan kepada para santrinya, seperti merangkai bunga, komputer, beladiri, peternakan, dan juga perikanan.
“Agar nantinya mereka bisa menyesuaikan dengan kondisi daerah dakwah,” harap Syaefudin yang ingin mendidik kader dai yang mandiri dan siap berkarya.
Menurut Ustadz Jamaluddin Nur, Ketua Pimpinan Wilayah Hidayatullah Kepulauan Riau, Pondok Pesantren Hidayatullah Karimun ini merupakan pengembangan kedua di provinsi Kepri.
“Alhamdulillah, Pesantren Hidayatullah Karimun berkembang cukup baik. Masyarakat juga banyak mendukung,” papar Ustadz Jamal. Namun begitu, harap Ustadz Jamal, para pengurus harus terus memacu dengan menambah sumber daya manusia dan kemampuan para dai.
“Juga bagaimana pondok bisa mengelola sumber daya alam, sumber daya insani, dan sumber daya finansial,” ulasnya.
Bawah Pohon dan Mushola Jadi Tempat Belajar
Pondok Pesantren Hidayatullah Tanjung Balai Karimun berada di Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau. Untuk menuju daerah ini, jika ditempuh dari Pelabuhan Sekupang Batam harus menggunakan kapal Ferry dengan harga tiket Rp 85 ribu.
“Kapal sudah ada sejak jam 6 pagi, dan terakhir sekitar pukul 5 sore,” ujar salah seorang pekerja kapal Ferry.
Menurut Ustadz Syaefudin, pesantren kini tengah berusaha melakukan penambahan fasilitas bangunan lokal belajar. Pasalnya, saat ini hanya tersedia lokal belajar sebanyak 7 kelas.
“Idealnya, untuk menampung seluruh murid, pesantren harus memiliki 10 lokal belajar. Walhasil, santri yang tidak kebagian kelas masih belajar di bawah pohon dan musholla pesantren,” terang Ustadz Syaefudin.
Ia berharap, ada kaum Muslimin dan Muslimat yang dapat membantu pengembangan pesantrennya.* (ybh/hio)